Chapter 36

1.3K 134 3
                                    

Pada akhirnya, Hayam diomeli habis-habisan oleh Wira. Dan aku pun juga terkena imbas nya. Padahal, Wira juga membantu ku dalam menjalankan rencana. Untunglah, di tengah itu Yunda Sudewi menengahi kami. Ia meminta pada Wira untuk tidak memarahi kami lagi.

Keesokan harinya, aku kembali bekerja. Melayani Yunda Sudewi, membantu segala keperluan Yunda Sudewi dan lain-lain. Yuna Sudewi kali ini meminta ku untuk membantunya bersiap untuk acara santai bersama kedua orang tua nya.

"Derana, aku ingin memakai ini," ucap Yunda Sudewi sambil menyodorkan tusuk konde dengan ornamen bunga cendana.

"Wah, indah nya. Kapan Yunda membelinya?" Tanya ku.

"Wira yang memberikannya," ucap Yunda Sudewi sambil tersenyum kecil.

"Baiklah, aku akan memakaikan nya."

Menjadi pelayan pribadi Yunda Sudewi membuat ku belajar menata rambut, pakaian, dan lainnya. Layaknya asisten pribadi.

"Aku ingin menyinggung soal pernikahan," ucap Yunda Sudewi.

Aku yang sedang menyisir rambut Yunda Sudewi kini menghentikan gerakan.

"Pernikahan? Dengan Wira?" tanya ku.

"Tentu saja, memangnya mau dengan siapa lagi? Hayam? Yang ada aku dihajar oleh mu," canda Yunda Sudewi.

Aku tertawa sesaat, namun aku kembali menyisir rambut Yunda Sudewi.

"Sudah bicarakan dengan Wira?" tanya ku.

"Ia selalu saja menghindar dari pembicaraan tentang pernikahan. Bahkan, ada masa, aku ragu. Apakah ia benar-benar mencintai ku atau tidak. Tapi, ia selalu meyakinkan ku. Lalu pada akhirnya aku sadar, pernikahan itu bukan tentang dua orang saja, tapi juga keluarga. Keluarga ku... Bisa dibilang cukup kolot. Dan sekarang, aku ingin mencoba untuk membicarakannya baik-baik dengan keluarga ku," kata Yunda Sudewi.

"Harusnya, bukan Yunda Sudewi sendirian yang berjuang. Wira juga. Enak sekali dia terima jadi. Aku akan bicara padanya kalau begitu," sahut ku.

"Jangan. Biar aku saja yang meyakinkan orang tua ku," kata Yunda Sudewi lagi, "Sekarang tugas mu adalah merias ku secantik mungkin, mengerti?"

Aku menghela nafas ku, lalu mengangguk kecil, "Baiklah."

***

Yunda Sudewi pergi dengan kereta kuda menuju rumah peristirahatan orang tua nya di Trowulan. Ia menyuruh ku untuk tetap di keraton. Ia ingin pergi sendiri.

Itu perintah Yunda, maka dari itu aku hanya bisa mematuhinya. Kereta kuda berjalan menjauh dari gerbang depan. Aku pun berbalik dan berjalan masuk kembali ke kompleks keraton.

Lalu, aku sekarang harus apa?

Karena bingung, aku pun memilih untuk mampir ke ruang kerja Sri Rajasanagara, alias Hayam. Ku ketuk pintu, lalu memberikan salam.

"Salam Yang Mulia, saya Derana."

Dari dalam terdengar sahutan, "Masuk!"

Ketika aku membuka pintu, aku bisa melihat Hayam yang tengah memegangi pelipisnya. Raut wajah nya terlihat lelah.

"Hayam..."

Ia menoleh, dan tersenyum, "Derana. Ada urusan apa kemari?"

"Aku ingin melihat mu saja. Karena aku tak ada kerjaan."

Him, Sri Rajasanagara [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang