9# Apartemen 2

1.1K 25 2
                                    

Happy Reading All





















Pagi hari telah tiba. Alika bangun dari tidurnya. Dan melihat Farez yang tertidur di sofa dengan selimut yang sudah jatuh ke lantai. Alika memiliki ide yang cemerlang, ia mencoba untuk kabur pagi ini. Di lihat jam masih menunjukkan pukul 04.50 masih sepi, bukan? Jadi, terdapat dua cara untuk dapat membuka pintu Apartmen tersebut. Satu dengan kunci, namun harus menekan passwordnya, yang kedua hanya dengan gesekan kartu khusus pintu tersebut bisa terbuka.

Mengapa Alika bisa tahu? Karena Alika melihat Farez keluar menggunakan kartu itu, semalam. Alika mencari sebuah kartu gesek untuk membantunya keluar dari pintu tersebut. Gadis itu mulai mencari-cari, dari mulai laci, lemari, kulkas, bawah ranjang, semuanya gadis itu cari. Namun sayang, hasilnya nihil, tak Alika temukan kartu gesek tersebut.

Sampai sebuah titik terang datang. Kantung celana Farez, pasti disana. Alika mulai berjalan pelan-pelan ke arah, Farez. Jantung Alika rasanya ingin lepas saja dari tempatnya. Tuhan, tolong kali ini berpihak lah pada Alika. "Semoga berhasil," gumamnya. Alika sampai di hadapan Farez yang sedang tertidur.

Alika berjongkok di hadapan Farez. Namun entah mengapa, ia menjadi salah fokus ke wajah Farez yang sedang tertidur. Mengapa disaat tidur saja, lelaki itu masih terlihat tampan. Apakah sebelum tidur, ia memakai sabun pencuci wajah? Ah entah lah! Ingin setampan apa pun lelaki ini, tetap saja seorang pembunuh tidak pantas hidup bahagia.

Alika terus melanjutkan aksinya, sampai ketika ia sedang memeriksa kantung sebelah kiri Farez, lelaki itu mengulet.

"Eunghh! Kamu udah bangun?" Suara khas Farez ketika baru saja bangun dari tidurnya, membuat Alika lagi-lagi terpesona.

Alika gugup, ia harus beralaskan apa. "I-iya udah," balasnya.

"Kamu ngapain disini?" Farez mengucek matanya pelan.

Sudah Alika duga, pasti pertanyaan ini muncul.

"Eum. . . ini aku lihat di tangan kamu ada nyamuk, terus pas aku samperin eh dia kabur."

Farez diam sejenak.
"Iya, kah?"

"Oh kamu gak percaya sama aku? Yaudah!"

Alika berlagak ingin pergi meninggalkan Farez. Namun lelaki itu segera menarik pergelangan tangan Alika, sampai gadis itu terduduk kembali dihadapannya.

"Bukan gitu manis, eunghh!" Farez mengambil tangan kanan Alika untuk ia himpit jadikan bantal guling, di sela-sela dada sampai kepalanya (kebayangkan?). "Saya percaya sama kamu, percayaaaaa banget. Tapi apa kamu percaya sama saya?" tanyanya.

Apa aku harus bersikap baik di depan dia, supaya kelihatan kalau aku percaya, batin Alika.

Alika menarik tangannya yang sedang di himpit oleh Farez, sedangkan lelaki itu cemberutkan wajahnya. Alika tersenyum, entah serius atau tidak. Alika beralih mengusap rambut Farez menggunakan tangan kirinya.

"Kata siapa aku gak percaya sama kamu, dari awal aku menjalin hubungan sama kamu, aku udah berusaha untuk percaya kok sama kamu, dan saat ini aku memang udah percaya, kalau kamu memang serius cinta sama aku, 'kan?"

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang