4# Bunuh!

1.5K 50 0
                                    

Happy Reading All


















Alika segera menarik paksa tangannya dari jabatan Farez. Ya, lelaki psikopat tersebut bernama Alfarez Leonard Louis. Alika sudah tak sanggup, gadis itu ingin menangis saja sekarang. Lalu bagaimana nasib bersama mereka.

Karena anak terpandang, Farez tidak akan menolak bukan? Ya lelaki itu pun mengiyakan ajakan para tamu tersebut. Alika dapat bernapas lega. Gadis itu memilih pulang lebih dulu kepada kedua orang tuanya. "Maaf ya, Pak, saya izin pulang lebih dulu. Ayah, Ibu, maaf, ya?" Alika segera berlari secepat mungkin untuk turun.

Saat melihat kebelakang lorong yang panjang dan tidak terlalu terang tersebut. Terdapat lelaki 'itu' berjalan yang lumayan cepat juga untuk menyusul Alika. Alika sudah benar, perasaannya tidak pernah salah. Ia sudah berpikir bahwa ini semua pasti akan kembali terjadi. Mengapa Sisil tak percaya padanya, justru dirinya yang katanya harus percaya.

Alika takut, sungguh takut jika ia bertemu lelaki tersebut, umurnya pun hanya saat itu.

Akhirnya terlewati juga lorong panjang tersebut, sepi juga. Kini Alika harus turun menggunakan lift. Namun mengapa sangat lama liftnya terbuka. Apakah masih lama, atau memang apa. Jantung Alika sudah di ujung sekali, jika ia bertemu dengan lelaki itu mungkin jantungnya sudah lepas. Saat ini liftnya masih di lantai 15, 5 lantai lagi sampai di lantainya. Namun mengapa rasanya begitu sangat lama.

Sedangkan langkah Farez semakin dan semakin dekat dengan Alika. Bahkan suara sepatu lelaki itu sudah begitu dekat dengan Alika. Gadis itu tak ingin mati sekarang, tolonglah siapa pun tolong Alika. Sisil, ya Sisil. Hanya gadis itu yang bisa menolongnya. Saat melihat telapak tangannya, gadis itu sama sekali tak menggenggam handphone.

Astaga, Alika lupa!

Handphone miliknya berada pada Nitta, tadi ia sendiri yang meminta untuk memegangi karena ingin mengambil minum. Ya sudah, ini mungkin saatnya.

Ting!

Tuhan masih baik padanya, lift terbuka sebelum Farez sampai. Alika cepat-cepat masuk, dan memencet tombol turun ke lantai satu. Saat sedikit lagi tertutup, sebuah tangan penuh dengan urat tipis membelah dan kembali membuka pintu lift tersebut. Alika berjengit sedikit dan jantungnya benar lah lepas. Namun mengapa, ia tidak pingsan juga.

Alika mencoba terus menerus memencet tombol lift tersebut. Namun, terlambat, lelaki itu sudah ikut masuk dan berada di dalam lift bersama Alika. Gadis yang malang, gadis itu memundurkan langkahnya sampai menyentuh dinding lift di belakangnya. Sedangkan Farez diam menghadap Alika.

"Try run, Sweetie?" tanya Farez dengan smirk andalannya.

Dan kenyataan semakin buruk. Pintu lift tertutup dan yah, hanya tersisa Alika dan Farez, laki psikopat tersebut. Farez mulai memajukan langkahnya mendekati Alika. Gadis itu semakin sulit untuk berdiri, karena kakinya lemas seperti jelly. Alika hanya mampu menampung beban tubuhnya dengan berpegangan pada belakang dinding lift itu.

"Kamu ma-mau ap-apa? A-ak-aku mohon, mohon to-tolong jangan apa-apain aku!"

Farez menggeleng-gelengkan kepalanya kecil. "No, saya tidak akan berbuat apa-apa, asal. . ."

"Asal aku gak ngelaporin kamu ke polisi? Iya, 'kan? Kalau emang itu aku janji sama kamu, aku gak akan laporin kamu ke polisi, aku akan tutup rahasia ini rapat-rapat, bahkan sampai aku mati! Aku janji! Tapi aku mohon, tolong jangan. . . hiks jangan bu-bunuh aku, tolong!"

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang