17# Bukti Pembunuhan

700 17 0
                                    

Happy Reading All



























Sebelum memasuki kamar tidurnya, Alika terdiam di depan pintu. Lalu berpikir, bagaimana mungkin lelaki itu membunuh kembali, sedangkan ia sudah berjanji padanya tidak akan pernah membunuh orang kembali. Dan Alika sudah berjanji akan menemani lelaki itu berobat.

Memang terkadang Farez kesal jika di suruh untuk berobat. Pikirnya, dirinya tak memiliki sakit apa-apa. Penyakit yang katanya 'suka membunuh' tapi menurut Farez itu bukan penyakit namun hobi.

Alika memejamkan matanya mengambil ketenangan. Dan memegang gagang pintu kamarnya, kemudian mendorong dengan pelan.

"Ahh!" jerit kecil Alika karena ada seseorang yang menariknya lalu memojokkannya ke dinding sebelah pintu.

Jebret!

Mama yang mendengarnya berlari ke atas, sedangkan Farez mengurung gadisnya di dalam kungkungannya. Memandang intens wajah cantik Alika meskipun baru bangun tidur. Bagi Farez, Alika tidak akan pernah jelek dimatanya.

Alika memegang dada Farez untuk menahan apabila lelaki itu berbuat aneh-aneh.

Tok tok tok!

"Sayang, ada apa, nak?" tanya Selina dari depan pintu. Suaranya terdengar cemas.

"Kamu gak kenapa-napa kan, Sayang?"

Alika menatap Farez, gugup.
"I-iya Ma, Alika gak papa," cicit Alika.

"Beneran? Mama khawatir, nak."

Alika mendorong tubuh Farez, akhirnya Alika terlepas dari kungkungan, Farez. Dan membuka pintu kamar, untuk memastikan bahwa dirinya tak apa-apa.

Ceklek

"Kamu gak papa?" Khawatirnya.

Alika tersenyum.
"Gak papa Mama. Tadi Alika gak sengaja nutup pintu ke kerasan, jadinya suaranya keras deh. Maaf, ya, Ma?" ucap Alika.

Mama menarik napas lega.
"Syukur kalau kamu gak kenapa-napa, Mama udah kaget."

"Gak Ma, Alika gak papa."

"Yaudah, kamu buruan mandi, terus turun ke bawah kita sarapan bareng-bareng, ya."

"Iya, Ma."

°°

Farez sudah duduk manis di atas kasur queen size yang sudah jadi milik, Alika. Bersandar di sandaran kasur, dan sedikit memiringkan tubuhnya sembari menatap gadisnya yang baru saja menutup dan mengunci pintu.

"Private date?" ledek Farez.

"Aku mau mandi," kata Alika.

"Berdua?" ajak Farez usil.

Alika memutar bola matanya malas.
"AL. . ."

"Yes?"

Alika diam menatap kekasihnya itu. Farez jadi teringat dengan gadisnya tadi yang memanggil dirinya. Farez berjalan mendekati Alika, lalu merangkul pinggang ramping Alika untuk semakin dekat ke hadapannya.

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang