50# Moment Istimewa

232 9 0
                                    

Happy Reading All






















Beberapa minggu kemudian.

Entahlah, diamnya Farez pada Alika kali ini memang beda. Lelaki itu kuat mendiami Alika beberapa minggu. Alika tak paham dengan Farez. Sebenarnya lelaki itu maunya apa? Apakah Farez mau Alika pergi dari hidupnya?

Atau apa?

Jika memang itu keinginan Farez, Alika tak segan-segan mengabulkan.

Gadis itu baru saja selesai kontrol dengan Farez. Keduanya masih sama-sama diam di dalam mobil. Farez melirik ke arah Alika. Dalam hatinya ia terus mengucapkan kata maaf kepada Alika. Ia terpaksa mendiamkan Alika, karena satu tujuannya.

Sembuh total.

Tiba-tiba Alika bersuara.

"Tolong anter aku ke Bunda," ucapnya.

Farez kembali menoleh ke arah Alika. Lelaki itu hanya diam. Hingga sampai tempat yang dituju, Alika melepas sealbelt-nya.

"Kamu mau pulang, 'kan?" tanya Alika yang tak dapat respons apapun dari Farez. "Tolong bilang juga sama Mama. Oh iya, kamu gak usah jemput—."

"Sorry."

Alika terdiam sejenak. Mencerna apa yang Farez katakan. "Sorry Aza. . . sorry atas sikap saya, a few days ago," tuturnya. [Beberapa hari yang lalu]

Gadis itu tak berani menoleh ke arah Farez. Dia hanya mampu melirik ke arah Farez.

"Hei. . ." Farez mengambil tangan Alika untuk ia genggam.

Barulah, ia menoleh ke arah Farez.
"Saya tau, pasti kamu bertanya-tanya kan soal sikap saya?" tanya Farez.

Nanya segala, batin Alika.

"Maafin saya, ya? Saya harus lakuin itu."

Alika mengerutkan keningnya. Apa maksud Farez 'harus lakuin?' Alika tak paham.

"Maksud kamu apa Al?" tanya Alika.

Farez menolehkan kepalanya ke luar jendela.
"Kita bicara ditaman," ucapnya.

°°

"Jadi? Sikap dingin kamu ke aku kemarin, cuma pura-pura?" tanya Alika.

"Bisa dibilang iya, bisa juga enggak."

"Harusnya kamu gak perlu pura-pura dingin kayak kemarin. Harusnya kamu sekalian aja nyuruh aku pulang ke Jog—."

"Hei, Aza!" Farez mengarahkan Alika untuk menghadapnya. "Saya lagi belajar, kamu gak mau kan saya terus-terusan bergantung sama kamu?" tanya Farez.

Alika menghela napasnya.

"Sekarang saya punya Bunda, yang juga sama harus saya jaga. Saya gak mau kehilangan Bunda saya untuk kedua kalinya."

"Ngontrol emosi, itu sangat penting buat kesembuhan saya. Kamu juga denger sendiri, 'kan?"

"Tapi terima kasih, terima kasih karena kamu gak pergi dari saya. Kamu gak buat saya emosi juga." Kalimat terakhir Farez, ia sedikit terkekeh.

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang