48# Farez Tahu

252 8 2
                                    

Happy Reading All






















"Dragon sudah mencari kebenarannya," ucap Roger.

Semua orang kini berkumpul diruangan Sania. Begitupun dengan Dragon, lelaki itu sudah tiba disana sejak tadi Alfarez bertanya pasal Geo.

Alika dan Farez hanya saling adu tatap. Tak ada yang melayangkan ucapan. Biarlah, biar Papa dan Dragon saja yang menjelaskan.

"Rez," panggil Dragon.

Pandangan mata Farez beralih menatap Dragon yang berjalan mendekatinya. Kalian yang penasaran dengan Sania. Wanita itu ada disana, dia dengan hikmatnya mendengar mereka semua. Diselingi dengan tingkah absurdnya. Maklum ya, pasien rumah sakit jiwa.

"Alika benar. Kamu itu Geo, bukan Gio."

Alika menundukkan kepalanya. Farez menatap gadis yang sedang menundukkan kepalanya itu.

"Hasil forensik beberapa tahun yang lalu, menjelaskan kalau yang tewas itu ternyata Gio. Hasil forensik yang pertama salah, sedangkan pihak keluarga sudah menyukupkan kasusnya sampai disana. Alhasil, semua orang taunya itu Geo, bukan Gio."

"Rez, kamu lelaki yang selamat dari kejadian itu. Kembaran kamu, gak bisa diselamatkan. Semuanya terkecoh, karena kalian saking kembarnya."

Alika tak bisa menahan tangisnya. Suara tangisannya memang tidak ada, namun bahunya yang menjelaskan semuanya. Selina segera mendekat ke arah Alika. Wanita itu memeluk Alika, dan Alika membalas pelukan Selina. Alika menyimpan wajahnya pada dada sang Mama Selina.

"Semuanya sudah selesai Rez, kamu sudah menemukan siapa orang tua kandungmu," ucap Roger, membuat Farez memutar tubuhnya menatap Sania yang sedang memainkan rambutnya.

"Itu, Sania Ibu kandung mu. Langkah selanjutnya yang harus kita ambil. Gimana pun caranya, agar Sania bisa kembali pulih."

"Benar Om, siapa tau dengan bertemunya Farez dengan Ibu Sania tiap hari. Hal itu bisa menyembuhkan sedikit demi sedikit Ibu Sania."

Farez berjalan mendekati Sania. Lelaki itu memegang tangan Sania. Kemudian, Farez menggenggam jemari itu. Sania yang kebingungan, hanya memasang wajah bingungnya.

"Bu-bunda. . ." gumam Farez.

Alika yang melihat hal itu, semakin menjadi-jadi tangisannya. Ia bahagia, bahagia sekali melihat Sania yang bisa bertemu dengan anaknya yang hilang beberapa tahun yang lalu.

Gadis yang berada dipelukan Selina pun bangkit. Kemudian, dia berjalan ikut mendekat ke brankar Sania. Disebelahnya ada Farez yang kini menangis sembari menciumi tangan Sania.

Alika memegang bahu Farez, dan mengusapkannya untuk memberikan sedikit kekuatan bagi Farez. Alika senang, melihat Farez yang begitu sangat menyayangi Sania. Alika senang, ternyata Farez tetap terima dengan keadaan nyata Ibu kandungnya.

"Hiks!" isak Alika disebelah Farez.

"Bunda, saya gak nyangka, saya punya Bunda yang kuat seperti ini," ucap Farez.

Alika menghapus air matanya sembari menganggukkan kepala. "Aku ikut bahagia Al."

Farez menundukkan kepalanya.
"Semuanya tolong keluar. Berikan saya waktu dengan Bunda saya."

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang