10# Siksa

1.1K 23 1
                                    

Happy Reading All
























Sebuah tamparan keras, masih membekas apik di pipi kanan Alfarez. Sungguh, lelaki itu tak menyangka, gadisnya akan berbuat seperti itu. Apakah hukuman lagi yang harus berjalan. Atau suatu kenikmatan, yang merenggut keperawanan. Namun, jika itu, rasanya Farez tak sanggup, lelaki itu bukannya takut, tapi kasihan dengan gadisnya, dia yang akan menanggung hasil dari 'itu'.

Farez sudah gelap mata, lelaki itu mendorong Alika ke sofa yang tadi mereka duduki. Farez menahan kedua tangan Alika, dan mulai menghiasi segala sisi tubuh Alika dengan ukiran indah yang ia buat. Terdapat gambar bunga, namun tidak besar, yang besar adalah kata MINE yang terukir di punggung bawah Alika. Ya, sangking kesalnya, Farez sampai membolak-balik tubuh Alika untuk mencari titik yang pas untuk ia ukir.

Alika sudah teriak-teriak, menangis kejer, namun sayang apartemen ini memiliki lapisan dinding yang kedap suara. Maka dari itu, ingin berteriak seperti apa pun, tak akan ada yang mendengar.

"Ini akibatnya, karena kamu sudah menolak saya, dan tampar pipi saya!" bisik Farez tajam di telinga Alika.

Alika memejamkan matanya, tak ingin melihat wajah Farez.

Sangat terasa darah masih mengalir pelan di area punggung bawahnya, dan rasanya semakin perih ketika luka itu di tekan oleh, Farez.

"ARGHHH ALFAREZ SAKIT!!" teriak Alika merasakan betapa sakitnya punggung bawahnya itu.

"Ssttt! Ini kan yang kamu mau, sweetie? So, jangan berisik, cukup nikmati! Hahahah!"

Dasar psikopat, Alika berjanji setelah ia pulang dari sini, ia tak akan ingin lagi bertemu dengan Farez. Janji, itu janji Alika!

Farez menghentikkan aksinya dan membiarkan Alika berjalan ke kamar. Alika memasuki kamar dan menutup pintu itu, lalu naik ke kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal itu. Alika menangis di dalam selimut itu dengan rasa sakit yang masih ia rasakan. Benar, ya, seorang psikopat tetap lah psikopat mau ia bertemu dengan orang yang ia cintai sekali pun. Tuhan, Alika harus berbuat apa?

"Ayah, Ibu, tolong Alika. Lika mau pulang Ayah, Ibu! Alika gak mau disini, Alika gak mau sama Alfarez Ayah, Ibu." Tangis Alika pecah, tak tahu harus apa.

Gadis itu terus saja menangis, hingga rasa kantuk hinggap, dan ia mulai tertidur dan memejamkan matanya.

°°

Nitta, wanita itu lagi-lagi cemas.
"Mas, kok anak kita belum pulang ya, mas?"

"Tenang aja, tadi Farez bilang mereka lagi jalan-jalan dulu, nanti baru di antar kerumah."

"Jalan-jalan? Kemana?" tanya Nitta.

Kelvin mengangkat bahunya.
"Aku juga gak tau, udah kamu tenang aja, kita tungguin aja anak kita pulang."

"Iya mas."

Nitta memegang perutnya, entah mengapa rasanya begitu linu. Nitta memejamkan matanya lalu meraba-raba perutnya.

Kelvin yang melihat istrinya seperti kesakitan, rasa panik hadir di benak, Kelvin. Kelvin langsung mendekati Nitta, dan merangkul istrinya dengan sayang. "Kenapa, Sayang?" tanya suaminya.

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang