3# Lagi?

1.8K 49 4
                                    

Happy Reading All



















Alika masih terdiam di depan pintu toilet tersebut. Lalu, sedikit demi sedikit gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap manusia yang ada di hadapannya ini. Sedangkan Sisil, gadis itu sudah berjalan mendahuluinya. Mengapa gadis itu meninggalkannya? Apakah ia tak tahu, siapa yang ada di hadapan Alika saat ini?

Bisa habis Alika, seorang diri bertemu dengan lelaki itu. Ya, psikopat tersebut saat ini sedang berdiri di hadapan Alika. Dengan pakaian yang lumayan menutupi dirinya, namun Alika mengetahuinya. Apa motif lelaki itu datang ke pusat perbelanjaan seperti ini? Apakah ada motif jahat? Atau bagaimana.

Seluruh tubuh Alika bergetar dengan hebat. Entah harus apa yang Alika lakukan sekarang, rasanya saat ini kakinya seperti jelly. Yang kapan saja bisa runtuh begitu saja. Namun Alika mencoba menahannya dengan sekuat tenaga.

Dengan berbagai cara Alika mengalihkan pandangannya dari kedua mata dingin tersebut. Tetapi rasanya begitu sulit, mata dingin itu seperti magnet yang menarik Alika agar tak berpaling menatap mata tersebut.

Mata yang indah.

"Pe-permisi. . ." Alika mencoba untuk menghindar dan pergi meninggalkan lelaki tersebut. Sampai ketika ia melangkahkan kakinya satu, terdapat bisikan yang membuat Alika tak tahan berada disana.

"I heard everything!" bisiknya sedikit mengeluarkan suara gertakannya.

Alika membelalakan matanya dengan sempurna. Oh astaga, bagaimana mungkin ini terjadi padanya. Tolong Alika Tuhan, tolong.

°°

Di lain tempat Ibu Alika yaitu Nitta. Masih setia menunggu Alika di depan pintu rumahnya. Kemana anak gadisnya itu. Mengapa sudah sore seperti ini belum pulang juga? Apa Nitta kerumah Citra saja, ya? Citra itu adalah Ibunda dari Sisil. Ya, memang seharusnya Nitta kesana.

Nitta pun mulai melangkah kan kakinya ke rumah Sisil. Betapa leganya, ia tidak melihat mobil Sisil terparkir. Berarti tandanya Sisil pun belum kembali pulang. Ya sudah lah, ia kembali saja pulang kerumah. Untung saja jaraknya dengan rumah Sisil tidak jauh sekali, jalan kaki pun sampai. Kalau jauh sekali, bisa pengkor kaki Nitta.

Saat Nitta baru saja melangkahkan kaki dua kali, suara Citra terdengar di telinga Nitta. Nitta pun mau tak mau harus memutar tubuhnya kembali, dan berjalan mendekati Citra. Ternyata wanita itu ingin membuang sampah di luar rumah. Tak sengaja melihat Nitta, langsung saja Citra panggil.

"Ada apa Nit, kok gak masuk?" tanya Citra.

"Ini Ra, aku mau tanya Sisil udah pulang atau belum, soalnya udah sore gini anak-anak itu belum pulang," papar Nitta.

"Ya ampun Nit, udah lah mereka udah dewasa kok, bisa jaga diri baik-baik, gak lama lagi juga mereka pulang kok."

"Iya si, makanya itu aku rada lega liat mobil Sisil belum ada, berarti anak kita pergi bareng, 'kan?"

Citra menganggukkan kepalanya. "Iya pergi bareng kok, tadi pagi pas berangkat kantor aku liat."

"Nah, tapi dari pagi lho mereka pergi."

"Kamu nih ah, kayak aku dong. Aku aja biarin Sisil mau gimana terserah dia. Aku udah gak mikirin, selagi dia gak ngelakuin hal neko-neko."

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang