29# Kebahagiaan

577 8 1
                                    

Happy Reading All



























Alika mendengar suara motor yang berhenti di depan halaman rumah orang tuanya. Ia segera bangkit dan membuka pintunya. Alika tahu siapa yang datang.

"Akhirnya perut bakal keisi." Sisil mengelus-elus perut ratanya.

Ceklek!

Alika melihat seseorang yang sedang memarkirkan motornya di halaman rumahnya. Kemudian ia tersenyum, ketika lelaki itu melepas helm fullfacenya.

"Kamu kok beneran kesini sih?" tanya Alika.

"Ya beneran, masa bohongan."

"Yaudah ayo masuk," ajak Alika.

Pintu rumah tersebut sengaja Alika tak tutup, agar tetangga tidak ada yang curiga. Farez langsung melihat ada siapa yang terduduk di sofa tersebut.

"Nih makanan buat kamu." Farez memberikan sebuah plastik ke hadapan, Sisil.

"Terima kasih," ucap Sisil. "Kayak gini terus, biar rasa benci aku berkurang sama kamu."

"Kenapa harus gitu?"

"Ya, biar kamu aku restuin sama sahabat aku."

"Saya gak perlu restu kamu," ucap Farez cuek.

Sisil melongo dibuat, Farez.
"Dasar, orang gila." Sisil bergumam.

"Kalau yang ini, buat kamu."

"Loh, kamu?" tanya Alika.

Farez menggelengkan kepalanya.
"Aku nanti aja dihotel."

"Dihotel? Enggak! Kamu harus makan sekarang, nih barengan sama aku."

Farez terkekeh.
"Oke, tapi kamu suapin."

"Emangnya kamu gak punya tangan apa?!" Bukan, bukan Alika yang bicara. Melainkan, Sisil. Gadis itu geram dengan tingkah Farez.

"SSS lah," jawab Farez.

"SSS?" tanya Alika.

"Suka-suka saya, Sayang."

"Huek." Sisil berlagak ingin muntah namun tidak diketahui siapa pun.

Dan ia memilih untuk pergi saja ke kamar yang ia dan Alika tempati. Dari pada ia harus melihat kemesraan sahabatnya itu dengan kekasih Psikopatnya.

"Bentar, aku ambil sendok dulu." Alika ingin beranjak dari duduknya, dan Farez mencegahnya. Lalu, ternyata di dalam makanan itu sudah tersedia sendok.

"Udah ada disini."

"Oh, oke deh kalau gitu."

Alika membuka makanan itu, dan bersiap-siap untuk menyuapi kekasihnya. "Aaa. . ."

"Aem. . ."

"Enak?"

"Pastinya, makanan yang gak saya suka, kalau kamu yang nyuapin pasti tetep saya makan."

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang