5# Kuliah

1.5K 35 2
                                    

Happy Reading All
















Farez
Siap-siap, saya mau jemput kamu                     (1)

Alika menatap jam di dalam kamarnya yang masih menunjukkan pukul 08.00 pagi. Mengapa lelaki ini tidak bisa saja mengganggu Alika sehari saja. Bagaimana gadis ini ingin fokus pada pendaftaran kuliahnya. Oh iya, Farez belum tahu jika Alika ingin mendaftar Kuliah. Bersama Sisil kembali, Alika pun tak sabar rasanya.

Alika menatap nanar ke sebuah bingkai foto yang menampilkan dirinya, Sisil dan dua cowok kembar sahabat kecil Alika.

Berlari kesana kemari, hal yang begitu indah bagi anak seusia 7 tahun. Tertawa haha hihi, saling memberi cinta dan kasih. Alika, Sisil, Gio dnan Geo. Kedua lelaki itu, sangat antusias jika di ajak kedua orang tuanya untuk bermain bersama dua gadis kecil cantik itu. Hari itu, dimana hari ulang tahun si kembar. Setelah pesta selesai, ke empat anak kecil itu bermain dengan gembira.

Krim yang menjadi coretan, candaan yang periang. Senyuman yang bahagia, dan kasih sayang sesama mereka. Itu semua dapat terasa, bahkan sangat terasa. Namun, saat sedang asik-asiknya bermain lari-larian. Salah satu dari mereka terdapat musibah, yang harus terjatuh ke tanah dan mengalami lutut yang berdarah, yaitu ialah Gio.

"GIO!" Semua orang disana terkejut melihat Gio terjatuh.

Alika, Sisil dan Geo berlari ke arah Gio. Mereka semua terlihat khawatir pada lelaki itu. Apa lagi Alika, gadis itu sampai menangis karena melihat Gio kesakitan. Nitta Ibunda Alika mencoba menenangkan putri kecilnya itu. Dan Gio sudah di bawa untuk duduk di kursi yang lebih nyaman. "Ibu. . . Gio bu. . . Gio kesakitan!" rengek Alika sembari menangis. Sisil berlari ke arah Alika yang sedang di tenangkan oleh Ibunya.

"Sayang, iya gak papa, Gio kan anak hebat, dia gak papa kok sayang, udah ya diem. Oke?"

"Tapi Gio kasihan bu, hiks itu pasti rasanya sakit banget. Soalnya aku juga pernah hiks ngalamin kayak gitu, bu."

Nitta mengelus puncak kepala Alika. "Sayang, semua orang pernah jatuh kok, Lika pernah jatuh, ibu pernah jatuh, Sisil, Geo dan sekarang Gio juga jatuh. Tapi kita semua gak papa, 'kan? Udah ya, Alika tenang aja, Gio gak papa."

"Iya Lika, Gio gak papa kok. Tuh dia udah diem disana."

"Nah tuh, udah diem Gionya. Yuk, Alika kesana, kita samperin Gio."

"Ayo, bu."

Alika meneteskan air matanya. Tak terasa sudah belasan tahun itu terjadi. Dan Alika masih belum melupakan memori-memorinya bersama Gio. Alika tahu, rasa persahabatannya dengan Gio rasanya gadis itu menyayangi Gio. Dalam persahabatan memang harus saling menyayangi, namun kata 'sayang' disini berbeda.

"Gi. . . kamu apa kabar? Sehat, 'kan? Aku takut Gi, tolong aku. Aku ketemu laki-laki, tapi laki-laki itu seorang pembunuh berdarah dingin. Aku takut, Gi. Aku rasa cuma kamu, yang bisa nolongin aku untuk keluar dari zona ini. Aku yakin kamu bisa bantu aku, tolong pulang Gi."

Alika meneteskan air matanya berkali-kali. Rasanya berat sekali, harus berbicara sembari menangis dan memegang bingkai foto sahabatnya yang katanya sudah tiada.

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang