19# Perpindahan Alika

619 19 2
                                    

Happy Reading All


























Berat sekali hati Farez, jika harus merelakan kekasihnya untuk pergi dari rumah orang tuanya ini. Farez jadi harus berjauhan dengan, Alika. Ya, meskipun bisa setiap hari Farez datang. Namun untuk menginap? Entahlah.

Selina dan Roger terkejut dengan kepergian, Alika. Pasalnya, kenapa tiba-tiba gadis itu ingin keluar dari rumah ini?

"Sayang, kamu kenapa tiba-tiba mau pergi?" tanya Selina.

"Maaf, Ma, Alika rasa emang lebih baik Alika keluar aja dari rumah ini. Pertama, Alika gak enak sama Mama, sama Papa, sama Alfarez, terus sama Virly juga."

"Loh, emangnya kenapa? Kamu sudah kami anggap sebagai anak kami juga, lho."

"Iya Pa, Alika tau itu. Alika juga seneeeeeeeeng banget bisa di anggap keluarga sama kalian. Tapi, Alika juga kasian sama Virly," kata Alika.

"Virly? Kenapa sama, Virly?" tanya Selina.

"Virly stress karena kepikiran aku terus yang tinggal disini. Mungkin Virly kurang nyaman, dan Alika paham itu. Mungkin itu emang salah satu dari ngidamnya saat ini. Ngidamnya seorang Ibu hamil itu kan bisa kayak apa aja. Mungkin Virly juga gitu." Gadis itu bicara dengan wajah yang begitu tenang.

"Aku juga gak mau, Virly terus-terusan stress. Kasihan, Ma, di dalam perutnya ada satu nyawa yang sangat berharga. Bahkan buat Mama, Papa dan. . . Alfarez juga."

Farez menatap gadisnya dengan wajah tegas tanpa senyuman. "Kamu sudah yakin dengan keputusan kamu ini?" Alika menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Ya sudah, kalau memang ini kemauan kamu. Tapi kamu janji sama Mama, sama Papa, ya? Kamu sering-sering main kesini."

Lagi, menganggukkan kepalanya.
"Pasti dong, Ma."

"Eh, tapi kamu mau dimana tinggalnya?"

"Apartemen, Farez, Ma."

"Oh, iya, Farez kan punya apart, ya? Oh yaudah yaudah yaudah, ide bagus malah. Biar kamu gak keberatan buat bayar-bayar segala macamnya." Setuju sekali, Selina.

"Mama ngizinin?"

"Kenapa enggak?"

Alika tersenyum dan memeluk, Selina.
"Makasih, Ma, Alika janji bakal rajin tengokin Mama disini."

"Kamu jaga diri baik-baik di apart, kalau ada keluhan sakit apa pun, kamu segera telpon kerumah ini, atau bisa langsung pergi kesini."

"Iya, Papa, tapi semoga Alika baik-baik aja."

"Aamiin."

°°

"Yah, telpon Alika dong."

"Telpon, Alika?" tanya ayah. Istrinya menganggukkan kepalanya. "Tumben? Nanti bentar lagi juga nelpon," kata ayah.

"Yaudah, sekarang aja, Yah."

"Iya-iya, sebentar."

Long Live The Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang