aku saranin biar lebih ngena baca nya untuk part ini dan selanjutnya sambil dengerin lagu last child yang judul nya tak pernah ternilai. lebih kerasa lagi pas bagian reff si wkwk sama bagian² terakhir.
Enjoyyy❤
____________________________
"Sekarang aku tanya sama kamu, kamu milih Aqeela atau aku?!" Pekik Sandi yang sudah menangis.
"San, jangan teriak teriak gitu. Nanti kalo ada yang denger gak enak" Sergah Rey lalu menghampiri Sandi dan ingin menghampus air matanya namun dengan cepat Sandi menolak.
"Aku gak perduli, jawab pertanyaan aku Rey!!" Pekik Sandi yang semakin terisak dalam tangisan nya
"Aku bingung San" Kata Rey seraya mengacak acak rambutnya kasar.
Rey berjalan menjauh dari Sandi agar ia tidak menyakiti Sandi karna sedang emosi.
"Bingung kenapa?! Bilang sama aku, jujur sama aku. Kamu udah mulai suka sama Aqeela? Mulai nyaman sama dia? JUJUR REY?!" Lanjut Sandi sambil menyeka air matanya yang masih berjatuhan.
Rey terdiam pikiran dan hati nya tidak bisa bekerja sekarang. Hati nya benar benar bimbang, Rey sendiri pun lagi lagi bingung dengan perasaan nya saat ini.
"Kenapa kamu diem? Gak bisa jawab? Kehabisan kata kata? Apa gak punya alasan lagi bukan ngelak hah?!" Lanjut Sandi yang terlihat sudah terpancing emosi.
"San, aku bisa jelasin" Ucap Rey
"Jelasin apa lagi?! Video sama candid-candid kamu udah jelas! Masih mau bilang itu refleks? Sekedar adek abang? Blushit Rey!!" Sentak Sandi.
"Ssstt San, kok kasar sih. Aku gak suka ah" Kata Rey yang mendengar katakata Sandi terakhir terdengar kasar.
"Sekarang kamu mikir deh! Kalo cuma sekedar abang-adek kenapa pas aku sama Sam ke pergok berdua kamu marah?!" Lanjut Sandi
"Beda San urusan nya."
"Apa nya yang beda? Masih gara gara Mami? Alesan kamu dari dulu itu itu terus. Percuma tau gak sih kamu janji sama aku dan gak ada 1 pun yang kamu tepatin!" Sergah Sandi.
Lagi lagi Rey terdiam.
"Aku capek Rey setiap buka ig, buka tiktok dimana dimana selalu ada video foto kalian berdua. Selama ini aku tahan, aku percaya sama kamu, aku yakin sama kamu. Tapi, kenapa makin kesini makin menjadi jadi sih? Kamu memperlakukan Aqeela sama persis kaya kamu lakuin ke aku. Kalo kaya gitu apa spesial nya aku di mata kamu Rey." Tutur Sandi yang lagi lagi meneteskan air matanya.
Rey menghampiri Sandi yang duduk di pinggir kasur milik nya sambil menutup wajah dengan kedua tangan nya. Rey menarik Sandi dalam pelukan nya.
"Aku minta maaf" Lirih Rey terdengar pelan namun tetap terdengar oleh Sandi.
"Minta maaf? Udah kesekian kalinya kamu minta maaf tapi kamu ngulangin kesalahan yang sama. Dan bodoh nya aku selalu maafin kamu" Kata Sandi seraya melepaskan pelukan Rey kasar.
"Kalo kaya gini terus mending kita putus aja Rey" Lirih Sandi pelan membuat Rey mendelik kaget mendengar kata kata yang keluar dari mulut Sandi.
"Apaan sih, kok ngomong nya gitu? Gak ada ya San" Tolak Rey.
"Terus buat apa aku bertahan sama orang yang hatinya entah buat siapa. Kamu tega biarin aku ngebatin setiap hari mikirin kamu sama Aqeela yang semakin hari semakin deket. Kalo kaya gitu kenapa gak jadian aja sekalian" Kata Sandi diakhiri dengan tatapan sinisnya sambil sesekali menyeka air matanya.
Mata Sandi kini terlihat sembab dan sedikit bengkak. Mungkin untuk beberapa hari ini Sandi akan meminta waktu istirahat sampai keadaan nya membaik.
"Sampe kapan pun aku gak mau putus dari kamu" Ucap Rey membuat Sandi memejamkan matanya dan lagi lagi air matanya keluar.
Sandi heran dengan laki laki yang berada di hadapan nya sekarang. Pikiran sama hati nya entah kemana.
"Aku capek San" Lirih Rey.
Sandi tersenyum kecut mendengar perkataan Rey.
"Jauh yang lebih capek disini itu aku. Aku yang nahan setiap hari pasti ada aja tag kan orang tentang kedekatan kamu sama Aqeela, explore ig aku yg penuh dengan kalian berdua. Terus, apa kamu mikirin perasaan aku? Enggak! Kamu mah enak enakan aja manja-manjaan sama dia, nempel-nempel. Sampe kebiasaan kamu pegang kuping yang biasa kamu lakuin ke aku, kamu lakuin juga ke dia, Rey" Ucap Sandi dengan suara yang mulai terdengar serak.
Rey menundukkan kepalanya. Ia mengacak acak rambutnya sendiri, lagi lagi ia menyakiti gadis yang sangat ia sayang. Lagi lagi ia membuatnya kecewa.
"Terus apa kamu tau? Setiap kamu deket sama Aqeela banyak banget yang mendukung kalian berdua, banyak yang support kalian berdua. Sedangkan aku? Aku yang kena imbas dari mereka mereka yang salah paham atas apa yang mereka lihat, mereka judge aku, mereka seneng, mereka bilang aku yg nyakitin kamu terus, aku yang gak bersyukur punya kamu, aku yang selalu di pojokin. Padahal mereka gak tau apa yang sebenarnya terjadi, Rey!!!" Sentak Sandi lagi lagi tangis nya pecah begitu juga kekesalan nya.
"Aku mau kita putus" Ucap Sandi lagi yang nada suara nya mulai melemah, pandangan nya menatap lurus.
Rey menoleh ke samping melihat Sandi yang lagi lagi berkata seperti itu. "Enggak! Sampe kapan pun kita gak akan pernah putus" Lanjut Rey yang matanya mulai memerah.
"Kenapa?!" Tanya Sandi yang juga menatap nya. Mata Sandi masih terus terusan mengeluarkan air matanya.
"Aku gak bisa putus dari kamu. Ngerti gak sih?! Udah aku bilang kalo ada masalah tuh masalah nya yang di selesain bukan hubungan nya. Dewasa dikit San!" Bentak Rey seraya berdiri membuat Sandi mendelik kaget. Rey terlihat emosi nada suaranya juga meninggi.
"Sekarang aku tanya sama kamu. Disini yang gak dewasa aku atau kamu?!!" Pekik Sandi lalu ikut berdiri menatap Rey yang pandangan nya ke arah lain.
Sandi juga ikut tersulut emosi, nafasnya menggebu gebu akibat Rey membentak nya tadi. Rey bukan tipikal orang yang kasar tapi kalau Rey sudah membentak pertanda dia tidak bisa mengontrol emosi nya.
Ceklek!
Pintu villa Rey terbuka menampakan Kak Bunga yang membuka nya. Kak Bunga menghampiri Sandi lalu membawa kedalam pelukan nya. Sandi semakin terisak di dalam pelukan Kak Bunga.
"Kak, Rey jahat Kak" Isak Sandi yang masih terus menangis dalam pelukan Kak Bunga.
Kak Bunga mengelus elus punggung Sandi. Kak Bunga menatap Rey yang sedang mengacak acak rambutnya sendiri dan mengusap wajah nya kasar, mata nya terlihat memerah, sepertinya Rey benar benar stress atas kesalahan yang ia buat berkali kali pada Sandi.
Rey melirik Sandi yang masih terisak di pelukan Kaka nya. Rey melangkah mendekat ke arah Sandi lalu menarik Sandi dalam pelukkan nya. Rey mengusap usap pucuk kepala Sandi sesekali mengecup nya dengan penuh kasih sayang.
"Maafin aku yaa, aku lost kontrol tadi" Bisik Rey pada Sandi yang membalas pelukkan nya. Sandi masih sesegukan nangis di dalam pelukan nya membuat lagi lagi Rey merasa bersalah.
Sandi melepaskan pelukan nya lalu Rey menyeka air mata Sandi yang masih turun di pipi nya.
"Udah, jangan nangis lagi yaa. Aku harus kaya gimana biar kamu percaya sama aku lagi?" Kata Rey lembut seraya menyeka air mata Sandi.
Sandi menggelengkan kepala nya lemah, matanya juga mulai lelah karna terus terusan mengeluarkan air mata. Sandi menundukkan kepala nya dan terdiam.
"San, plis maafin aku" Lirih Rey yang terdengar lemas.
Tidak ada jawaban dari Sandi. Kak Bunga menghela nafasnya lalu memilih meninggalkan mereka berdua, sebelum keluar Kak Bunga menepuk pundak Rey pertanda semua nya akan baik baik saja.
"Aku mau balik" Ujar Sandi, baru saja Sandi ingin melangkahkan kaki nya dengan cepat Rey mencegah nya.
"Enggak. Duduk dulu" Suruh Rey.
Sandi hanya terdiam. Pikiran nya masih terbayang bayang dengan bentakan yang Rey lontarkan tadi.
Rey mengusap wajah nya kasar. Ia tidak tega melihat Sandi menjadi pendiam seperti ini, lagi lagi rasa bersalah nya muncul.
enjoyy ya guys
jgn dibwa serius😁
KAMU SEDANG MEMBACA
REYSAN [Slow Update]
FanfictionDari Jendela SMP Muhammad Fahreyza Anugrah Efrianda Sandrinna Michelle Skornicki Vote & Komen sangat di harapkan....