DL 16 💔

1.1K 92 0
                                        

Rasa gugup mulai menyerang tubuh Lili. Gadis kecil itu benar-benar gugup saat di beritahu jika para tamu undangan dan pihak Unicef sudah datang ke sekolahnya.

Tapi ia sedikit khawatir sang Mommy mengingkari janjinya lagi. Ini sudah dua jam berlalu sejak ia melakukan rehearsal tadi pagi  dan menyelesaikan pertengkaran nya dengan Rosie, dan tiga puluh menit lagi acara akan segera di mulai tapi sang Mommy tak kunjung menampakkan batang hidung nya.

"Mommy mana sih? Tidak mungkin mengingkari janji lagi kan? " Gumamnya.

Lili benar-benar takut Mommy nya tidak datang lagi di acara penting nya ini. Tiba-tiba Rosie datang bersama dengan kedua orang tua nya, Bahkan Halmoni dan Harabhoji Lili pun datang bersama dengan mereka.

"Lili sayang."panggil Tuan dan Nyonya Kim.

Lili menengok ke belakang dan terkejut melihat kakek dan nenek nya benar-benar datang ke sekolah nya.

Memang benar kemarin ia bercerita akan tampil di Sekolah dan mereka juga sudah berjanji akan datang  , tapi ia kira itu hanya main-main saja ternyata itu bukan lah sebuah kebohongan semata. Gadis kecil itu  berlari memeluk tubuh sang nenek.

"Halmoni  Harabhoji, Lili senang kalian datang."ucap Lili setelah melepaskan pelukan  dari tubuh rapuh sang nenek.

"Tentu saja kami datang sayang kan Halmoni dan Harabhoji sudah berjanji akan datang ke acara ini nak. Ouh iya  , di mana Mommy mu? Apa dia belum datang? "Jelas Nyonya Kim berakhir melemparkan sebuah pertanyaan saat tak menemukan kehadiran Jennie di sekitar mereka.

Lili menggeleng dan berkata.

"Mommy belum datang Halmoni, Mungkin terjebak macet atau melupakan janjinya lagi. "jawab Lili menghedik bahu nya acuh.

Tuan dan Nyonya Kim , Wendy beserta suaminya yaitu Min Yoon-gi saling pandang setelah mendengar penuturan Lili barusan. Seperti tau dengan apa yang di maksud mereka mengangguk dan mencoba menghibur Lili agar tidak sedih lagi.

" Yang sabar ya sayang. Aunty yakin Mommy Lili pasti akan datang kok."kata Wendy mendapatkan sikap acuh dari Lili.

"Tidak datang pun tak apa ! Lili sudah biasa sendiri Aunty."

"Jangan seperti itu nak. Mommy mu pasti- Lili!!" Belum selesai Nyonya Kim berbicara entah karena perasaan yang sedang kesal atau mood nya yang kurang baik. Lili pergi meninggalkan mereka semua.

"Lebih baik kita susul Lili sekarang juga sebelum mood nya semakin buruk."

"Ayo!!" Mereka menyetujui usulan Yoon-gi lalu masuk ke dalam aula dimana pentas itu di selenggarakan.

-

-

-

Sementara itu di pinggir jalan. Jennie  mengumpati mobil milik Irene yang berhenti di tengah jalan karena bahan bakar habis.

Mulut nya tak berhenti berkomat-kamit mengutuki Irene yang lupa isi bensin. Ini juga salah nya sendiri karena tak memerhatikan bahan bakar sebelum berkendara tadi  , tapi tetap saja di sini Irene lah yang memiliki banyak kesalahan.

"Fuck you Irene. Setelah ini kau akan habis di tangan ku" Umpat nya keluar dari mobil mencoba mencari taksi atau kendaraan lain yang melintas, Namun seperti nya ini adalah hari tersial baginya sehingga tak ada satupun kendaraan yang lewat.

"Aaarrgghhh!! Sekarang bagaimana caranya aku sampai di Sekolah Lili jika seperti ini? " Gerutunya menangis pilu memikirkan nasibnya yang hari ini sangat sial.

Tiba-tiba dari kejauhan nampak lah seorang wanita mengendarai sepeda. Jennie yang melihat hal itu langsung berdiri dengan tengah jalan merentangkan kedua tangannya menghentikan orang itu agar mau membantu nya.

Ckiiit..

"Yaaa!! Kau ingin mati huuh? " Bentak nya. Ia benar-benar terkejut akan aksi gila wanita di depan nya yang se'enak nya menghalangi jalan sepeda nya.

"Maafkan aku Aghassi. Tapi aku sangat membutuhkan bantuan mu  , mobil yang ku kendarai ini kehabisan bahan bakar dan aku harus segera sampai di Sekolah putri ku. Dia hari ini akan tampil di depan semua orang untuk yang pertama kali nya   , dan aku tidak ingin membuat putri ku sedih jika aku tidak segera datang ke sana karena terjebak di sini. " Jelas Jennie panjang lebar.

Gadis pengendara sepeda itu seperti nya merasa iba setelah mendengar  cerita Jennie barusan  , ia pun memutuskan untuk menolong nya sebisa mungkin.

"Kalau begitu aku akan mengantar mu. Cepat ! naik lah ke belakang. " Ujar gadis itu membuat Jennie mengangguk senang karena mendapatkan pertolongan.

"Kamsahamnida Aghassi. Tolong antar kan aku ke hanyang scholl."

"Kau gila? Itu jauh sekali dari sini. Kau ingin membuat betis ku berubah menjadi kaki gajah hah? " Protes gadis itu tak terima harus mengantar Jennie sejauh itu karena jarak dari posisi mereka sampai ke Sekolah Lili lumayan jauh sekitar 1kilo meter per jam. Tak heran jika ia melayangkan protes bukan?

"Aku tau jarak nya cukup jauh dari sini. Tapi, aku mohon dengan sangat padamu untuk mengantar ku sampai di sana." Jennie benar-benar frustasi Ia takut mengecewakan putri nya lagi jika ia terlambat atau bahkan mungkin tidak datang ke sekolah putri nya hari ini.

"Baiklah  aku akan menolong mu tapi kau harus membayar ku mahal. Aku tidak ingin keringat ku terbuang sia-sia."

"Kau tenang saja. Aku akan membayar mu mahal untuk itu. Tapi antar kan dulu sampai di sana  kalau bisa dalam setengah jam harus sampai di tujuan. "

"Kau gila? Setengah jam?? Kau ingin aku cepat mati hah!!" Kaget gadis itu membelakak mata terkejut karena dalam setengah jam ia harus mengantarkan wanita gila di hadapan nya ini.

Jennie mendengus kesal karena gadis itu tak kunjung menggerakkan sepeda nya padahal  ia sudah duduk di belakang gadis itu.

"Jika kau tidak ingin mati lebih baik jalan sekarang juga  , aku akan memberikan mu lima ratus ribu won secara cash!"

"Li-limaratus ribu won? Ba-baik lah. Kita berangkat sekarang juga." Gadis itu cukup terkejut dengan nominal angka yang akan di berikan padanya jika ia mengantarkan wanita gila ini.

Ia tidak peduli lagi setelah ini kaki gadis itu akan berubah seperti gajah atau tidak  yang terpenting sekarang ia harus mendapatkan uang lima ratus ribu won itu dan mengantar kan penumpang nya dengan selamat sampai di tujuan.

Ia menggayuh sepeda nya secepat yang ia bisa  agar cepat sampai di sekolah Lili dalam waktu setengah jam. Jennie  yang duduk di belakang hanya bisa menutup mata sambil merapalkan doa agar ia selamat sampai tujuan.

"Lindungi hamba Tuhan, Hamba belum ingin mati." Batin Jennie ketakutan.

Pasalnya gadis pengendara sepeda ini mengendarai sepeda nya sangat cepat seperti sedang di kejar setan  , bahkan Jennie merasa ia tidak sedang di bonceng pakai sepeda tapi memakai sepeda motor.

Gadis itu benar-benar tidak ingin melepaskan lima ratus ribu won milik nya sehingga ia sebisa mungkin mengantarkan Jennie secepat kilat.

                       To be continued












Diary Lili ( Revisi ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang