Hari demi hari dan bulan pun berganti. Musim dingin telah tiba. keadaan Lili mulai membaik dengan adanya dukungan dari keluarga, sahabat dan orang-orang terdekat nya terutama peran Jennie sebagai seorang ibu.
Contohnya seperti sekarang.
Saat ini Lili sedang bermain catur di temani se'ekor anjing pemberian Lisa agar Lili tidak merasa sendirian lagi jika suatu hari nanti Jennie kembali sibuk bekerja.
Pada awalnya Jennie menolak keras anjing itu berada di rumah nya karena mereka tidak berpengalaman mengurus anjing. tapi mendengar penjelasan Lisa dan melihat kebahagiaan di wajah Lili membuat Jennie menyetujui anjing itu berada di kediaman nya.
"Bubu menurut mu ini di taruh dimana?"tanya Lili pada anjing miliknya.
Dengan pintar anjing itu menunjukkan letak yang benar agar memenangkan permainan catur itu walaupun tidak ada lawan balik sama sekali.
"Kau benar Bubu dengan begini lawan tidak akan bisa bergerak bebas bukan?"
Guk guk
Anjing itu menyahut lalu menjilati wajah Lili hingga anak itu tertawa. Jennie tersenyum senang melihat Lili bahagia seperti ini.
"Mommy senang melihat mu kembali tertawa seperti ini sayang."batin Jennie.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ia pun menjauh agar Lili tidak dapat mendengar percakapan nya.
"Bagaimana hasilnya? Apa pria itu sudah kalian buat gila?"tanya Jennie pada orang suruhannya.
"Belum Nyonya. Tapi saya pastikan dia akan gila secepatnya seperti yang anda minta."
"Bagus. Buat pria brengsek itu semakin depresi sampai berpikir mati lebih baik dari pada hidup dalam penyiksaan kalian."
"Baik Nyonya, Kami akan."
Sambungan telepon itu berakhir sepihak. Tatapan Jennie penuh dengan dendam meski wajah nya datar.
"Aku pastikan kau akan mendapatkan balasan mu, Namjoon-ssi."gumam Jennie pelan.
"Mommy."panggil Lili mengintip dari celah pintu. Anak itu masih canggung jika berinteraksi secara langsung.
"Ada apa sayang?"balas Jennie menjawab sambil tersenyum menghampiri Lili.
"Bisakah Lili bermain salju di luar?"cicit Lili takut Mommy nya tidak mengizinkan.
"Tentu saja boleh."
"Benarkah?"mata Lili langsung berbinar mendengar jawaban tersebut.
"Benar sayang. Tapi tidak di Korea."
"Mengapa seperti itu?"
Jennie menghela nafas terlebih dahulu lalu berjongkok di depan anak itu.
"Lili sayang ! Negara ini tidak lagi memihak orang-orang seperti mu, dan Mommy takut mereka akan semakin meresahkan jika bertemu dengan kita nanti."ujar Jennie memberi pengertian.
"Lili tidak mengerti ucapan Mommy. Tapi, sepertinya itu berkaitan dengan Lili yang--"
"Sstt... Sudah jangan di teruskan lagi Mommy mohon sama kamu nak."potong Jennie mendarat kan jarinya di bibir Lili karena tak sanggup mendengar kelanjutan kata yang akan di keluarkan anak itu.
"Tapi memang benar kan Mom? Semua itu gara-gara Lili. Bukan hanya kita yang di kucilkan masyarakat tapi karir Mommy sebagai seorang penulis pun hancur karena Lili. Apa.. Lili menyusul Daddy saja ya? Dengan begitu--"
"CUKUP nak. Tolong jangan di teruskan. Kata-kata mu membuat Mommy sedih sayang."hati Jennie sungguh sakit mendengar kalimat bahwa putri nya ingin mati.
Ibu mana yang kuat saat mendengar hal itu? bahkan Jennie saja sampai menitikkan air matanya.
"Mommy jangan menangis, Lili sedih jika melihat Mommy menangis apalagi jika itu karena Lili."lirih Lili menghapus air mata ibunya.
"Jika Lili tidak mau Mommy sedih maka tersenyum lah demi Mommy sayang. Bagaimana Mommy tidak sedih jika kerap kali Lili terus menggores pergelangan tangan Lili seperti ini."lirih Jennie menjawab sambil memegang kedua tangan Lili yang terdapat goresan panjang yang mulai mengering.
"Mommy tidak perlu khawatir kan Lili soal itu, menurut Lili dengan adanya luka-luka ini membuat Lili merasa jauh lebih tenang dari pada Lili harus menyakiti Mommy lagi. Lagi pula.. rasa sakitnya hanya sebentar kok Mom karena setelah itu Lili merasa jauh lebih baik daripada di suntik oleh Dokter Lisa."ujar Lili santai tanpa sadar melukai hati Jennie semakin dalam.
Di raihnya tubuh mungil itu ke dalam pelukan di iringi isak tangis yang menjadi saksi betapa terpuruknya Jennie saat ini.
"Maafkan Mommy nak, Mommy--"belum selesai Jennie berbicara bel pintu apartemen nya berbunyi.
Dengan terpaksa Jennie menyudahi aksi dramatis itu lalu menyuruh Lili masuk ke dalam kamarnya karena takut yang datang adalah tamu yang tak di undang.
"Lili masuk kamar sekarang ya? Ajak juga Bubu bersama dengan mu."ucap Jennie lembut.
"Baik Mommy. Ayo Bubu kita bermain di kamar Lili."Jawab Lili mengajak anjing peliharaannya itu pergi ke kamarnya.
Setelah memastikan Lili sudah masuk ke dalam kamarnya Jennie menarik nafas sebentar lalu berjalan ke arah pintu untuk mengetahui siapa yang bertamu malam-malam seperti ini.
Ckleak
Terlihatlah seorang gadis bodoh membawa sebuah kotak cincin tengah berlutut di depan pintu.
"Maukah kamu menikah dengan ku, Jennie Kim?"Mata Jennie terbelakak tak percaya mendengar ucapan terdengar seperti gurauan di telinga nya."DASAR GILA!!"teriak Jennie lalu menutup pintu depan kencang.
BRAAAK
Gadis bodoh yang tak lain adalah Lisa itu terkesiap dengan apa yang baru saja terjadi.
"A-apa aku baru saja di tolak oleh nya?"gumamnya tak yakin bahwa ia baru saja di tolak lamaran nya oleh Jennie.
"TIDAK tidak. Aku tidak mungkin di tolak AAAAAAAA...."histeris Lisa membuat Jennie di dalam sana mengambil air se ember lalu kembali membuka pintu dan
Byuur
"Berisik! Pergi dari sini sialan."
BRAAAK
Jennie kembali masuk ke dalam apartemen setelah dengan tega menyiram Lisa dengan air.
"Astaga, galak sekali janda itu."ucap Lisa setelah sadar dengan apa yang terjadi.
Bersambung
Yang sabar ya Lis 😂
Maaf 🙏 harusnya part kemarin itu 34 bukan 35 🤣 baru sadar sekarang kalo salah 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Lili ( Revisi ) ✔️
Короткий рассказ"Tuhan. boleh Lili minta sesuatu?" "Lili hanya minta satu hal" "Tolong buat Mommy menyayangi Lili seperti teman-teman Lili yang di sayangi oleh Mommy mereka" Yang mau baca cerita selanjutnya dari cerita ini harap bayar langsung ke author nya