DL 38 💔

636 56 0
                                    

Lisa pov.

Aku tidak tau harus bersikap seperti apa setelah sampai di Rumah Sakit nanti. Di satu sisi aku mengkhawatirkan kondisi Jennie yang terluka parah maka dari itu aku terpaksa meninggalkan Lili sendirian di Apartemen.

Kondisi Lili saat itu belum sepenuhnya tenang maka dari itu aku tidak berani membawanya bersama ku takut ia semakin menyakiti orang-orang terdekatnya.

Dalam fase-fase sulit ini Lili harus selalu dalam pengawasan orang tua tidak boleh di biarkan sendiri atau mental anak itu akan semakin bermasalah. Kecuali dalam keadaan darurat seperti tadi ia harus di biarkan sendiri dulu lagipula aku tidak mungkin membiarkan Jennie begitu saja tanpa mendapatkan penanganan medis.

"Lili, apa Lili mau makan es krim dulu sebelum menemui Mommy di Rumah Sakit?"anak itu menggeleng tanpa mengucap sepatah katapun.

"Bagaimana dengan tteobokie? Atau permen kapas?"masih dengan gelengan ia menjawab.

Aku mulai putus asa menghadapi sikap Lili yang seperti ini. Namun, aku tidak bisa memaksa nya mengikuti kehendak ku.

Mobil yang ku kendarai telah sampai di tujuan. Setelah memarkirkan mobil aku keluar lebih dulu lalu membuka kan pintu untuk Lili, menggendong nya dan membawa anak itu masuk ke dalam.

"Dada."panggil Lili tiba-tiba.

"Ada apa? Apa Lili butuh sesuatu?"tanya ku di balas gelengan kepala oleh nya.

"Lili tidak butuh apapun Dada. Lili hanya takut Halmoni dan yang lainnya akan membenci Lili jika mereka tahu karena Lili lah penyebab Mommy menjadi seperti sekarang."

Deg

Aku lupa soal itu. Bagaimana aku bisa mengatasi masalah ini nanti jika mereka mengetahui semua nya? Terlebih saat di perjalanan menjemput Lili tadi aku sudah menghubungi semua orang terkait Jennie yang masuk Rumah Sakit. tapi beruntung tadi aku tidak langsung menjelaskan kronologi kejadian sehingga aku sampai lupa bahwa mereka pasti akan menanyakan nya lagi nanti.

"Kenapa Dada diam? Apa perkataan Lili benar?"pertanyaan itu menyadarkan ku dari lamunan.

Aku tersenyum tipis menatapnya dengan memberi sebuah usapan lembut pada kepala anak itu agar tidak terlalu cemas.

"Lili tidak perlu khawatir eoh? Mereka semua tidak akan membenci Lili."

"Apa Dada bisa menjamin nya?"

Aku diam seribu bahasa tak tau lagi harus menjawab apa.

"Diam nya Dada membuat Lili yakin bahwa apa yang Lili takut kan bisa saja terjadi. Kalau begitu turunkan Lili sekarang Lili tidak mau bertemu Mommy atau siapapun Lili tidak mau."mata ku terpejam rapat ketika Lili mulai memberontak dalam gendongan ku.

Meski begitu aku tidak menuruti kemauan nya. Aku lebih memilih diam dan tetap melanjutkan perjalanan ku dengan Lili yang mengamuk.

Sesampainya kami di ruang tindakan semua orang telah hadir menyaksikan kedatangan kami. Nyonya Kim maju menghampiri ku merebut Lili dari gendongan  agar aku  tidak lagi menjadi sasaran empuk amarah Lili.

"Sayang tenanglah ini Halmoni nak. Tenang sayang, tenang."

"TIDAK! LEPASKAN LILI, LILI MAU PULANG SAJA TIDAK MAU DISINI."anak itu dengan keras membentak Nyonya Kim.

Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi terlalu lama, aku harus memberikan nya obat penenang.

"Tolong pegangi lebih kuat Nyonya saya akan membuat nya tenang."

"Apa tidak ada cara lain Dokter?"tanya Nyonya Kim menatap ku sendu.

"Sebenarnya ada, tapi itu sangat membahayakan dan di situasi seperti ini Lili harus kita beri obat penenang terlebih dahulu."jelas ku.

"Lakukan lah Dokter jika itu yang terbaik untuk cucu saya."ujar Tuan Kim di balas anggukan kepala dari ku.

Aku cek terlebih dahulu suntikan yang ku pegang bisa berfungsi dengan baik atau tidak barulah setelah itu aku menyuntikkan nya pada lengan Lili. Setelah anak itu pingsan karena obat bius dari ku barulah aku ceritakan apa yang terjadi pada Jennie.

Semua orang begitu terkejut mendengar penjelasan ku terlebih aku yang nekad melamarnya di saat-saat seperti ini.

"Saya sungguh terkesan karena anda berani mengutarakan isi hati anda kepada Jennie. Jujur, baik saya ataupun yang lain sangat mendukung anda menikahi Jennie karena Jennie sangat membutuhkan pendamping baru. Tetapi nak, saya rasa kamu terlalu terburu-buru apalagi kondisi Lili belum sepenuhnya pulih kami takut bukan nya sembuh anak itu akan semakin terganggu mental nya jika tahu Mommy nya akan menikah lagi. dan anda juga pasti sudah mendengar alasan utama Lili bisa sampai dalam kondisi seperti ini."

Aku mengangguk menanggapi ucapan Tuan Kim. Jujur saja aku memang menyadari bahwa aku terlalu terburu-buru meminang Jennie tadi tanpa ada angin dan hujan tiba-tiba jedaar aku datang melamar nya.

Pantas saja aku di Katai gila dan mendapat siraman darinya.

"Anda tidak apa Dokter Lisa?"tanya Nyonya Wendy membuat lamunan ku buyar.

"Ah? Iya, saya baik-baik saja Nyonya hanya teringat kejadian tadi saat saya di siram oleh Jennie."jawab ku membuat mereka semua tertawa.

Ah! Aku jadi malu. Siapapun tolong selamatkan aku dari situasi ini.

Saat aku sibuk dengan pikiran ku sampai tidak sadar Dokter keluar dari ruangan tindakan. Kami semua menghampiri Dokter Jung yang menangani Jennie di dalam sana.

"Dokter Jung, bagaimana kondisi pasien saat ini?"tanya ku jujur aku gugup takut terjadi sesuatu pada Jennie mengingat tadi ia mengeluarkan banyak sekali darah.

"Pasien saat ini dalam keadaan Koma karena trauma berat yang ia alami."

Deg

Jantung ku rasanya mati berdetak saat itu juga. Tidak! Ini tidak mungkin terjadi bukan? Tolong katakan jika semua ini hanya lelucon Dokter Jung saja.

"Jangan bercanda Dokter Jung. Tolong jelaskan yang sebenarnya terjadi kepada Jennie di dalam sana."bentak ku mencengkram erat jubah putih itu.

"Saya tidak sedang bercanda Dokter Choi. Jika anda tidak percaya anda bisa masuk sendiri ke dalam untuk melihat nya secara langsung."tanpa menunggu waktu lama aku masuk ke dalam sana memastikan sendiri itu benar atau tidak.

Akan tetapi, kedua kaki ku langsung melemas melihat betapa buruk kondisi Jennie yang tubuh nya di penuhi balutan perban dengan banyak alat medis yang menempel dan selang oksigen hampir menutupi sebagian wajah cantik nya.

"Aku mohon jangan kau ambil wanita ini dariku Tuhan. Aku sangat mencintai nya."

Lisa pov end.




                             Bersambung

Diary Lili ( Revisi ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang