DL 26 💔

788 54 11
                                    

Jennie pov.

Setelah menangis sendirian di depan pintu ruang rawat Lili  , aku memutuskan untuk menenangkan pikiran terlebih dahulu di taman Rumah Sakit sebelum kembali pada kenyataan bahwa hidup ku tak lagi indah  seperti dulu.

Kata orang akan ada pelangi setelah hujan. Akan ada senyum di balik kesedihan. Tapi mengapa aku tidak bisa memercayai nya?

Ego seseorang bisa membuta kan semua orang. Ego bisa membuat sebuah hubungan yang sebelumnya membaik berubah menjadi buruk dalam sekejap

Menjadi seorang Ibu bukan lah hal mudah bagi kami yang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Apalagi membesarkan seorang anak  tanpa  pendamping di sisi kita.

Di saat orang lain memiliki sandaran ketika lelah menghadapi cobaan hidup. Tapi bagi kami yang di tinggal suami  , atau sebut saja kami ini ( Janda)  hanya bisa menangis mengadu pada Tuhan karena  merawat seorang anak sendirian di dunia yang kejam ini.

Aku tau aku salah. Aku tau belum bisa menjadi seorang ibu yang baik. Aku tau belum bisa membahagiakan anak ku selama ini. Aku pantas di salah kan oleh semua orang aku tau itu , aku tau.

Yang aku tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi situasi sulit ini kedepannya. Awalnya ku kira selama itu masih ada Wendy beserta orang tua dari mendiang suami ku yang masih hidup  , semua akan baik-baik saja.

Tapi rupa nya aku salah ! Apa yang terjadi tak sesuai dengan apa yang ku harap kan.

Buku Diary ini.. Aku ingin sekali membacanya lebih jauh lagi. tapi, aku belum siap mengetahui isi hati putri ku lebih dalam lagi. Baru dua lembar kalimat curahan hati Lili saja sudah membuat ku sekacau ini apalagi jika aku membaca buku Diary ini sampai selesai?

Entah lah! Biar lah itu menjadi urusan ku nanti. Untuk saat ini.. Aku butuh waktu lebih banyak mengumpulkan keberanian dalam diriku untuk menjadi sosok ibu dan wanita yang lebih kuat lagi saat nanti aku  memutuskan untuk kembali membaca buku Diary ini. Biar lah ku simpan buku ini sampai waktu itu tiba

"Coklat baik untuk menghilangkan stres, Nyonya pemaksa."ucapan itu menyadarkan ku dari lamunan.

Ku tatap gadis berkacamata di depan ku dengan lekat. Tunggu! Aku seperti pernah melihat mata dan suara gadis ini tapi aku tidak ingat kapan dan dimana kah kami bertemu.

"Ingat gadis bersepeda? Itu adalah aku."ujarnya seolah membaca isi pikiran ku.

"Lantas mengapa menghampiri ku kemari? Bukankah aku sudah membayar mu mahal saat itu?"tanya ku membuat gadis itu menghela nafas panjang lalu duduk di sebelah ku tanpa permisi.

Dasar tidak sopan.

"Aku kira kita bisa menjadi teman setelah aku berjasa mengantar kan anda sampai tujuan dengan selamat."ucapnya terdengar omong kosong.

"Untuk apa aku melakukan itu? Oh! Atau jangan-jangan kau berani mendatangi ku seperti ini untuk mengorek informasi dan menjualnya pada wartawan?"bukan maksud menuduh tapi aneh saja gadis asing seperti nya tiba-tiba mendatangi ku.

Tapi lihat lah wajahnya sangat menyebalkan. Bahkan ia tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha apakah wajah ku semurahan itu Nyonya?"

"Maybe!!"jawab ku acuh.

"Ck. Anda salah paham dengan saya. Saya hanya berbaik hati ingin memberi anda coklat ini karena melihat anda terlihat sangat menyedihkan."ucap nya menaruh coklat batangan di telapak tangan ku.

"Untuk apa kamu melakukan ini? Bukankah kita tidak saling mengenal?"tanya ku membuat ia tersenyum penuh arti padaku. Tapi aku tidak tau arti dari senyuman itu apa.

Diary Lili ( Revisi ) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang