"Kencan yuk!" cetus Andi.
Shenin langsung menoleh, ia mendelik. "Cari aja yang lain, banyak kali cewek selebgram yang dekat sama lo. Masa dari beberapa yang lo ajak kerjasama, gak ada yang nyangkut," balasnya.
Andi menghela nafas, ia mengipasi wajahnya yang tampak kegerahan. Angin sepoi-sepoi dari dedaunan pohon Ketapang sama sekali tak dapat membuatnya merasa sejuk. Apa lagi, setelah Shenin menolaknya mentah-mentah.
Ah, bahkan sejak dulu.
"Ada yang nyangkut, tapi dia gak mau dari dulu. Shen... Please sekali aja beri kesempatan," balas Andi.
Shenin berdecih. "Bukannya gue jual mahal atau sok mau nolak. Tapi, gue sejak pertama ketemu Lo gak pernah ngerasa klik. Jadi, dari pada dipaksakan. Mendingan gue nolak sejak awal," katanya.
Kemudian, Shenin beranjak dari duduknya. Dan membenarkan letak kacamata hitam dari produk yang sedang ia promosikan, syukurnya photo shoot kali ini mengenakan kacamata. Hingga matanya yang sedikit sembab sisa menangis semalam tak terlihat.
"Gue pergi dulu. Udah semua kan? Gak ada lagi?" tanya Shenin.
Andi akhirnya mengangguk, tapi pria itu juga ikut berdiri dan membereskan peralatannya. "Gue antar ya? Dari pada naik kendaraan umum," tawarnya, yang langsung dibalas gelengan tegas dari wanita yang sedang memakai crop top hitam dan dilapisi cardigan putih yang sedikit menerawang.
"Gak usah. Gue juga gak langsung pulang ke apart kayak biasa, mau nongkrong dulu sendirian. Dari pada ngabisin waktu buat deketin gue, lebih baik Lo coba cari cewek lain aja. Sorry, bukan maksud gue buat nolak mentah-mentah atau apa. Tapi, gue gak pernah punya feeling sama Lo," kata Shenin.
Lalu, ia pergi meninggalkan pria yang sedang meremat kuat tas yang sedang ia sandang. Pria itu memandang tanpa ekspresi, entahlah.
"Sesusah itu mau deketin Lo, dari dulu. Kehadiran gue seolah-seolah gak pernah Lo gubris," gumamnya.
__。◕‿◕。__
"Satu dong," kata Shenin pada bartender.
Bartender yang bernama Hans itu memandang takjub. "Lagi?" tanyanya.
Sudah tiga kelas yang Shenin habiskan. Tapi, sama sekali tak membuatnya merasa puas. Ia terus merasakan haus dari minuman yang ia minum, tentu saja membuat Hana merasa takjub. Apa lagi, ini seorang wanita.
Shenin mengangguk. "Iya, cepetan. Rasanya haus banget, sama yang itu dong."
Lalu, Hans kembali meracik minuman. Setelah ia memberikan segelas tequila pada Shenin. Hanya hitungan detik, Shenin dapat meneguk habis minuman tersebut, lagi membuat Hans takjub.
Jarang sekali, seorang wanita yang tahan minum banyak. Terlebih Shenin juga sama sekali tak terlihat mabuk, hal itu mencuri perhatiannya.
"Ini namanya New York Sour," ucap Hans memberikan segelas minuman yang baru saja ia racik.
Shenin langsung meneguk habis minuman tersebut, sampai ia bersendawa. "Enak, kayaknya kalo gue ke sini lagi. Ini bakal jadi minuman favorit gue," katanya.
Hans tersenyum kecil, pria bermata almond tersebut mengangguk. "Harus ke sini lagi, jadi pelanggan tetap. Nanti bakal dapat bonus dari gue,"balasnya.
Sebenarnya, Shenin jarang sekali ke bar. Tapi, karena sekarang ia sedang merayakan hari patah hatinya. Ia kemudian memutuskan untuk mendatangi bar yang tak jauh dari apartemennya. Tempat ini lumayan juga, meski Shenin dibuat pusing dengan dentuman musik yang menggelegar.
"Ah, gak lah. Kayak orang aneh gak sl gue? Datang sendirian. Eh, tapi siapa yang peduli juga kali," gumam Shenin.
Hans tertawa. "Gue peduli. Artinya Lo gak punya pacar?"
Mendengar ucapan Hans, membuat Shenin kembali menghela nafas kasar. "Males pacaran. Gue mau langsung nikah aja. Lo mau nikahin gue gak?" tanyanya.
Itu hanya kalimat candaan yang ia lontarkan, Shenin tak benar-benar ingin mengatakan hal tersebut. Yang benar saja, ia sepertinya memang sudah gila! Mengajak orang asing menikah?
Hans terbelalak, tak percaya dengan kalimat yang dilontarkan oleh wanita cantik blasteran di depannya itu. Jika saja ia normal, sudah pasti Hans langsung mengiyakan. Shenin cantik, kuat minum dan pasti asik.
"Sorry, gue homo," jawabnya.
Kini giliran Shenin yang terbelalak. "Seriusan? Gue kira Lo straight, gaya Lo laki banget soalnya. Tapi, terserah. Gue jadi ingat kutipan kata-kata yang gue dapat, laki itu kalo gak brengsek ya, homo!" kata Shenin.
Hans tertawa saja, alih-alih merasa tersinggung dengan ucapan wanita di depannya. Ia tak dapat menampik, terkadang ucapan Shenin ada benarnya juga. Tapi, tetap tergantung individu masing-masing.
Wajah Hans kini mendekat. "Gue kenalin sama orang mau, gak? Dijamin gak bakal nyesel, orangnya baik kok. Tabir juga, keren pokoknya. Kalo aja tu orang-"
"Homo, pasti Lo deketin!" cetus Shenin.
Ah, sudah tertebak. Hans langsung mengangguk cepat, ia benar serius.
"Dasar! Kasihan dong, kalo misalnya orang baik dan kompeten buat jadi pasangan malah homo. Gue gak dapat jatah cuy! Bagi-bagi lah," omel Shenin.
Tawa Hans kini makin terdengar renyah di telinga Shenin. Hal itu, malah membuat Shenin semakin kesal. Ia sedang serius, meski jodoh di tangan Tuhan. Tapi, apa salahnya mengantisipasi. Mana tahu, stok laki-laki baik terbatas karena tak memiliki ketertarikan pada wanita.
"Makanya, ini gue kasih. Dijamin lo gak bakal nyesel, orangnya juga banyak omong. Ntar, kalo Lo jadi istrinya. Pasti, jarang bertengkar. Dia tipe orang yang gak mau memperbesar masalah. Santai aja. Jadi, gimana?" tawar Hans.
Sontak, Shenin langsung mengangguk. Kedengarannya menarik, ditawari seseorang yang punya kualifikasi bagus sebagai ayah masa depan untuk anak-anaknya. Siapa yang tak mau?
Bukankah, kesempatan tak akan datang dua kali?
"Boleh deh. Mana orangnya? Lo jangan sembarangan ya! Awas aja kalo Lo jodohin gue sama bapak-bapak berperut buncit!" ancam Shenin penuh peringatan.
Hans tergelak. "Gak, santai. Bentar, katanya tadi mau ke sini sih. Dia yang punya bar ini, btw. Dia itu om dari pacar gue," katanya.
Wah, lumayan kedengarannya menarik. Shenin mengangguk saja. Mungkin, kali ini Tuhan benar-benar memberikannya orang yang tepat untuk membuatnya move on dari Adinata. Pria itu sudah Shenin blacklist dalam catatan calon suami potensialnya.
Tak lama, Hans langsung menunjuk ke arah pintu. Tampak seorang pria bertubuh kekar dan berjambang tipis semakin mendekat.
"Itu, namanya Om Satrio. Beliau emang udah lama mau cari istri, tapi belum ada satu pun yang cocok. Jadi, gue tawarin Lo. Mana tau, Lo cocok dan bisa langsung naik pelaminan."
Mata Shenin terbelalak, yang benar saja! Pria itu, pengacara Ayahnya. Ia harus secepatnya kabur dari sini! Jika tak ingin terjadi sesuatu yang tak diinginkan! Siapa sangka, pria yang mau dijodohkan olehnya itu Om Satrio?
Duh! Memang ganteng, sih! Tapi, Shenin sedang tak ingin berurusan dengan orang itu.
"Mau kemana kamu!" ucap pria itu, saat ia mengambil seribu langkah dan hendak meninggalkan bar.
Tamat sudah! Mengapa kesialan selalu menimpa dirinya?
Udah lama banget gak update. Maaaap yak lama.. makasih udah baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Naksir Ayah Mantan
RomanceBelleza Shenin menyukai tetangga barunya, duda yang mempunyai jarak umur sangat jauh dengannya. Bagian plot twist nya adalah ternyata lelaki yang ia sukai-- ayah dari mantan pacarnya. Januar Adinata, lelaki duda beranak satu yang setia pada almarhum...