Nak?

13.1K 739 37
                                    

Shenin kembali merapikan riasannya, bagaimana pun ia harus tampil cantik dan mempesona. Apalagi ingin bertemu dengan anaknya Adinata, mana tau anaknya lebih tampan daripada Ayahnya.

Ia bisa lebih tega dengan cara memacari anak Adinata sebagai pembalasan dendam. Agar pria itu tahu, kalau Shenin bukan sembarang orang biasa.

"Udah cakep! Sekarang kita keluar, Shen!"

Wanita itu tersenyum, ia harus terlihat ceria. Kakinya kini menyusuri bagian rumah tersebut, sayup-sayup ia mendengar obrolan Adinata dengan seseorang.

Pasti calon anak tirinya nanti!

Langkah kakknya semakin pasti, ia mendekat. Sampai tepat di ruang keluarga, wanita syok melihat mantannya yang terlihat dari samping.

Kenapa bisa ada Reksa di sini? Mengobrol dengan Adinata seolah mereka begitu dekat dan akrab?

Hal selanjutnya malah membuat Shenin semakin syok.

"Tidak masalah, Nak."

"Nak?!"

Sontak saja suaranya mengintrupsi obrolan mereka berdua, sehingga Shenin langsung membalikkan badan sembari bergetar. Kakinya melemas, jangan bilang kalau Reksa merupakan anak Adinata?

Sialan!

"Sayang, kamu di sana? Mengapa masih berdiri di sana? Sini bergabung dan kenalan dengan anak saya," tegur Adinata.

Sayang?! Sejak kapan pria tua itu mulai sok romantis padanya? Tapi, bukankah ini hal yang bagus? Cara membalas dendam dengan mantan adalah menjadi ibu tirinya. Menarik! Shenin bisa membalas dendam dengan Reksa, oria yang telah mencampakkannya dulu.

Tapi...

"Yuk," ujar Adinata.

Pria itu mengamit lengannya, lantas membuat tubuh Shenin berbalik. Ia menutup mata karena merasa gugup sekaligus campur aduk.

"Kenalin ini calon Ibu tiri kamu nanti," ucap Adinata.

Mata Shenin langsung terbuka, ia ingin segera melihat raut wajah mantannya. Benar saja, wajah Reksa syok dan bahkan memerah. Matanya melotot, membuat Shenin tertawa geli dalam hati.

Rasakan!

Reksa langsung beranjak. "Papa yang benar? Tidak sedang bercanda?"

"Tidak, Papa bukan pria humoris. Kan Papa sudah bilang kalau mungkin umurnya tak akan jauh beda dengan kamu," jawab Adinata.

Satu kursi yang tersisa di tempati oleh Shenin dan Adinata, kursi itu juga tak terlalu lapang, sehingga kini posisinya dengan Adinata begitu dekat dan rapat.

Tampak kilatan mata Reksa yang kini menyalak, mungkin ingin memarahi Shenin? Tapi sungka di depan Adinata.

Reksa mengangguk. "Apa dia tak terlalu muda untuk Papa? Pasti pikirannya masih kekanakan dan susah untuk mengimbangi Papa, belum lagi kita juga tak tahu apa dia tulus dengan Papa atau mungkin hanya ingin harta."

Sialan! Calon anak tiri kurang ajar, asa saja jika nanti sudah menjadi anaknya. Akan ia buat Reksa kepanasan dan membuat pria itu semakin kesal dengannya!

"Kamu tidak perlu khawatir, saya tulis mencintai Ayah kamu. Oh iya, mungkin sebagai latihan kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Mama. Supaya nanti tidak terlalu canggung," ujar Shenin.

Ia geli sendiri saat mengatakan demikian, aneh! Mantannya memanggil Mama? Duh, membayangkannya saja sudah membuat Shenin tertawa geli.

Reksa menyipit, ia tampak keberatan. "Aku cuma mau panggil Mama dengan Ibu kandungku saja. Kamu tidak cocok menjadi istri Ayahku."

Naksir Ayah MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang