"Mana yang sakit, Mas?" Shenin langsung menghampiri sang suami dengan tergesa. Ia ikut duduk di ranjang rumah sakit yang ditempati suaminya.
Adinata menggeleng, ia sudah melakukan berbagai macam pemeriksaan dan tak ada hal yang fatal. "Hanya kaget."
"Ah, kamu bikin takut."
"Saya tidak apa-apa."
Shenin mengusap air matanya, tiba-tiba saja ia merasa sedih dan takut kehilangan pria itu. "Aku gak mau jadi janda dalam usia muda."
"Lebay!" Selly menyahut dengan wajah masam.
Alih-alih membalas, Shenin malah ikut baring di ranjang sang suami. Memeluk pria itu erat-erat dan menghirup aromanya. "Suamiku ini!"
"Kenapa kamu?" Tanya Adinata. Mulai merasa risih karena istrinya bermanja di depan sang anak dan juga adik iparnya.
Setelah menjadi suami istri, memang Adinata tak lagi merasa risih ketika istrinya berdekatan. Tapi ia tak nyaman jikalau dilihat oleh orang lain. Cukup saat mereka berdua saja, tanpa harus mengumbar dengan siapapun.
Ia berusaha melepaskan lengannya yang dipegang erat oleh Shenin. "Turun dari ranjang, saya kesempitan."
Walau kesal, tapi Shenin menurut. Tak ingin membuat suaminya tambah kesakitan. Ia pun menarik kursi dan mendekatkan pada ranjang. Meraih tangan kekar sang suami yang berwarna kecoklatan, kontras dengan warna kulitnya yang putih. "Beneran gak ada apa-apa? Mas jangan berusaha bohong dari aku loh! Pokoknya kamu harus sehat sampai puluhan tahun ke depan, sampai anak kita nanti nikah."
"Udah hamil?" Sambar Reksa.
Pria itu tahu kalau menikah pasti akan melakukan hubungan suami istri. Tapi siapa sangka akan secepat ini mendapatkan adik dari mantannya? Tentu ia merasa kesal, sebab dirinya sendiri saja belum menikah.
Mata Adinata ikut menyorot padangan pada sang istri. "Hamil? Bukannya kamu bilang kemarin baru habis haid?"
"Belum!" Shenin merengut, ia pun ingin segera hamil.
Selly tersenyum tipis. "Coba periksakan, mumpung ada di rumah sakit! Jangan-jangan malah mandul lagi nanti. Sayang banget kalau tidak bisa punya anak."
"Selly!" Tegur Adinata. "Jangan menghakimi istri saya seperti itu. Tidak ada yang boleh menyakiti perasaan istri saya, apalagi sampai berani di depan saya seperti ini."
Senyum Shenin mengembang, merasa puas saat melihat wajah masam Tante Selly. Ini baru suaminya! Membelanya di depan secara langsung. Bukan malah membiarkan orang lain menyakiti perasaannya. Pun mungkin pria itu mulai merasa peka jikalau ia merasa tersakiti.
Tak ingin merasa canggung, Reksa langsung menarik lengan Tantenya. "Kita keluar dulu yuk Tan? Aku mau ngomong sesuatu juga sama Tante. Biar Papa ngomong dulu sama istrinya."
Setelah kepergian dua orang tersebut, Shenin lalu memeluk kembali suaminya. "Makasih udah mau bela aku."
"Kamu marah sama saya karena kemarin tidak memihak kamu kan?" Tanya Adinata.
Ia baru menyadarinya saat sang istri lebih cuek dan bersikap aneh padanya. Pria itu sulit untuk peka pada keadaan sekitar karena ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Pun ia tak bisa membaca situasi, apapun harus dibicarakan dengan jelas agar tak menimbulkan kesalahpahaman.
Tapi saat itu Shenin tak mengatakan apapun padanya. Membuat Adinata heran dan tak bisa menerka-nerka sikap sang istri yang berubah. Baru kemudian ia dapat mengetahuinya saat tak sengaja bicara pada putranya.
"Iya. Aku sakit hati karena mereka menyudutkan aku dan membandingkan aku sama istri Mas dan adiknya."
"Bilang sama saya kalau kamu merasa tak nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Naksir Ayah Mantan
RomanceBelleza Shenin menyukai tetangga barunya, duda yang mempunyai jarak umur sangat jauh dengannya. Bagian plot twist nya adalah ternyata lelaki yang ia sukai-- ayah dari mantan pacarnya. Januar Adinata, lelaki duda beranak satu yang setia pada almarhum...