"Ganti baju dulu," tegur Adinata saat sang istri ingin beranjak keluar kamar.
Shenin mengerutkan alisnya, biasanya ia juga memakai baju daster tali spaghetti keluar kamar. Ya, karena memang mereka hanya tinggal berdua saja di rumah.
"Ada Reksa di luar."
Wanita itu lantas menuju walk on closet untuk mengganti baju. Ia telah mandi sebelum subuh, jadi tak perlu mandi pagi lagi. Shenin mengenakan floral midi dress yang ia beli tahun lalu saat berlibur ke Vietnam.
"Mas gak pakai baju?"
"Gerah saya."
"Ayo sekalian keluarnya," ajak Shenin.
Mereka keluar kamar, menuju dapur karena Reksa telah menunggu di sana. Pria itu membawa bubur ayam untuk sarapan pagi beserta getuk singkong permintaan dari Papanya.
"Dari mana?" Tanya Shenin.
"Habis joging, terus sekalian ke sini."
Shenin hanya mengangguk, ia menyiapkan kopi hangat serta mangkok untuk buburnya. Wanita itu ikut bergabung di meja makan.
Sembari sang suami membahas pekerjaan dengan anaknya, Shenin kemudian menyibukkan diri untuk membuat smoothies strawberry.
"Makannya barengan sayang," kata Adinata.
Meski dulu Reksa cukup canggung melihat interaksi Papanya dengan Shenin, tapi kini ia mulai terbiasanya. Pun terkadang seolah Adinata sengaja memamerkan kemesraan mereka. Pria itu tak segan-segan lagi untuk menggenggam tangan sang istri, atau sekedar mengucapkan panggilan sayang.
Pun Reksa merasa lega karena hubungan Papanya dengan Shenin kembali membaik. Sejak pulang dari liburan, mereka tampak kembali mesra.
"Jadi pakai punya Mahendra kan?"
"Om Mahendra sekarang udah gak handel proyek Pa. Anaknya yang gantikan."
Meski mengobrol dengan sang anak, tapi pria itu sesekali memandang sang istri. Takut istrinya tak nyaman saat ia membahas pekerjaan sembari sarapan. "Sejak kapan? Kemarin waktu flay over di Riau masih."
Kini Reksa menyeruput kopi buatan Mama tirinya. "Iya itu proyek terakhir. Katanya sih karena memang mau fokus buat pengobatan dulu. Beliau udah enam bulan ini stay di Singapura."
Memang hanya kopi instan, tapi Reksa baru kali ini mencecap buatan Shenin. Pria itu berusaha menyingkirkan kenangan masa lalunya. Setiap kali mengingat masa lalu, ia langsung saja terbayang kebahagiaan pernikahan kedua Papanya. Rasanya senang karena pria itu mau kembali berumah tangga setelah belasan tahun lamanya.
"Jadi siapa? Jodie atau Indira?"
"Sekarang masih Indira, Jodie lanjutin pendidikan di Columbia. Lagian lebih matang Indira kalau urusan begini."
"Papa kira Indira jadi nikah sama tunangan yang dari Swiss itu dan ikut ke sana. Bagus berarti, kamu bisa langsung tanya-tanya sama dia." Adinata menaikkan sebelah alisnya, mengode sang anak. "Kakak kelas kamu dulu kan?" Lanjutnya.
Mereka memang tak begitu mengenal dekat, pun hanya sekedar tahu saja karena Mahendra merupakan rekan bisnis Adinata. Pun saat SMA Indira dan Reksa di sekolah yang sama. Hanya perbedaan dua tahun.
Reksa mengendikkan bahunya. "Aku juga kurang tau kenapa bisa gak lanjut. Papa ternyata juga tau gosip beginin." Lantas Reksa melirik Mama tirinya. "Papa pernah gosipin siapa lagi Bun?"
"Asisten kamu," jawab Shenin.
"Serius? Nindy? Papa bilang apa?"
Shenin melirik sang suami, tapi sang suami melotot agar sang istri tak membocorkan pembicaraan mereka. Tapi siapa peduli? Wanita itu malah makin bersemangat untuk menjawab. "Katanya suka dinas sama Nindy, nanti lama-lama kamu malah jodoh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Naksir Ayah Mantan
RomanceBelleza Shenin menyukai tetangga barunya, duda yang mempunyai jarak umur sangat jauh dengannya. Bagian plot twist nya adalah ternyata lelaki yang ia sukai-- ayah dari mantan pacarnya. Januar Adinata, lelaki duda beranak satu yang setia pada almarhum...