Barisan para mantan

11K 574 20
                                    

"Makan."

Shenin melirik makanan yang ada di meja dengan tak berselera, ia takut kalau banyak yang mengenalinya di tempat ini. Terlebih dengan teman-teman brengsek mantannya itu. Bagaimana kalau mereka sudah mengetahui hal ini dan menuduhnya yang bukan-bukan?

Lantas, haruskah ia bercerita pada Adinata soal Reksa adalah mantan pacarnya? Ini terlalu tiba-tiba untuknya, ia belum mempersiapkan rencana ini dengan matang.

"Mas, aku sakit perut. Boleh pulang duluan gak?"

"Saya masih harus memberikan kata sambutan. Tidak mungkin kalau saya pulang duluan, lagipula bukankah ingin mempublikasikan hubungan kita?"

Perayaan ulang tahun perusahaan Adinata ini bagaikan kutukan. Shenin tak pernah tertarik dengan pesta yang melibatkan orang-orang di masa lalunya.

Shenin tampak memelas. "Aku pulang sendiri tidak masalah. Mas gak perlu khawatir, soalnya perut aku emang gak enak banget. Mungkin mau jadwalnya datang bulan."

"Bukannya kemarin sudah? Masa bisa datang bulan lagi? Memangnya wanita bisa lebih dari sekali dalam sebulan?"

Pria itu diam-diam ternyata memperhatikannya juga. Sayangnya Adinata malah memperhatikan hal-hal yang tak penting. Coba saja dengan bersikap lebih romantis padanya, pasti semua ini tak akan terasa berat.

"Bisa aja. Makanya kamu harus tau, soalnya nanti kalau udah nikah bisa aja aku dapat lebih dari sekali. Jadi waktu untuk kayak gitu bisa semakin terbatas."

Belum sempat Adinata membalas ucapannya, ternyata Reksa lebih dulu menghampiri mereka. Pria muda itu mengenakan pakaian rapi dengan tuxedo hitam yang menambah ketampanannya. Tapi jelas jauh lebih tampan dari sang Ayah.

Reksa tersenyum menyapa sang Ayah. "Aku senang lihat Ayah akhirnya datang. Akan lebih senang lagi kalau Ayah bergabung secara langsung. Ada banyak kolega Ayah yang ingin bertemu."

"Ayah sebentar lagi akan menyusul, ini Shenin katanya sakit perut. Mungkin Ayah akan antar dulu sebentar," balas Adinata.

Sontak saja Shenin melotot, ia takut kalau nanti Reksa kembali menawarkan bantuan untuk mengantarnya. Wanita itu lantas bangku dari tempat duduknya, mengambil tas sandangnya dan berpamitan pada Adinata.

Tapi yang terjadi malah Adinata menarik pinggangnya, sehingga kini posisi mereka begitu rapat.

"Jangan pulang dulu, saya tidak akan lama. Apa kamu bisa menunggu? Soalnya saya berencana hari ini akan membuat acara pertunangan kita sekalian," ujar Adinata.

Seharusnya Shenin merasa senang, tapi ia malah menganga karena rasa terkejutnya. Tak menyangka kalau Adinata akan secepat ini bergerak. Apa mungkin karena kondisi Ibu pria itu yang membuat Adinata berubah pikiran?

Tapi, apa harus pada acara formal seperti ini? Rasanya ia belum sanggup kalau dirinya harus menjadi pusat perhatian dan juga pasti akan ada media yang meliput hal ini.

Reksa meilir ayahnya. "Apa Ayah serius dengan perkataan Ayah?"

"Mengapa tidak? Bukankah dulu kamu yang menyiruh Ayah menikah kembali?"

Memang, tapi bukan berarti ia juga menyetujui kalau sang Ayah menikah dengan mantannya. Terlebih kalau dirinya masih menyimpan perasaan, akan sangat sulit baginya ke depan.

Bagaimana mungkin Ayahnya sendiri menikung dirinya?

Reksa menggaruk tengkuknya. "Aku kira tak akan secepat ini. Awalnya memang aku setuju, tapi setelah melihat langsung calon Ayah, aku pikir mungkin lebih baik Ayah berpikir ulang. Jarak usia yang terlalu jauh dan bahkan kamu seusia bikin aku tidak merasa nyaman memanggilnya dengan sebutan Ibu."

"Kalau begitu panggil yang biasa saja," balas Adinata dengan santai.

Reksa tak mengerti bagaimana sang Ayah bisa menggilai mantannya itu. Ia memang mengakui kalau Shenin wanita tercantik yang pernah ia temui, tapi Ayahnya bukanlah tipe yang menilai dari penampilan fisik saja.

Lantas, apa? Mengapa sang Ayah bisa begitu menggilai Shenin?

"Ayah ke depan dulu. Kamu di sini dan ajak calon istri Ayah ngobrol."

Lalu Adinata menuju teman-teman koleganya sekaligus menempati kursi yang tersedia. Sebab jadwal untuk memberikan kata sambutan tak lagi lama, jadi pria itu harus bersiap.

Reksa melirik wanita di sampingnya. "Tidak nyaman karena kamu juga pernah ikut bergabung?"

"Mungkin karena kesannya yang tidak menyenangkan."

Terlihat membosankan duduk di antara keramaian seperti ini, Shenin akhirnya memilih untuk menikmati hidangan yang sempat ia abaikan. Hitung-hitung untuk menghemat pengeluarannya, saat pulang nanti ia tak perlu lagi membeli makanan.

"Eh, Shen!"

Sialan! Andi-- mantannya datang menghampiri, tanpa permisi pria tengil itu duduk di sampingnya. Sehingga kini ia duduk berdampingan dengan para mantan. Benar-benar hari yang menyebalkan!

"Apa kabar? Gue udah lama banget gak ketemu sama Lo. Buset, makin cakep aja. Udah nikah?"

Pria tengil itu langsung melirik Reksa yang duduk di samping Shenin. Ia tersenyum dan langsung memperkenalkan diri sok akrab. "Andi, mantan Shenin. Lo, suaminya atau pacar?"

Ingin rasanya Shenin menjawab calon anak tirinya, tapi ia lebih memilih untuk bungkam. Membiarkan Reksa untuk menjawab sesukanya.

"Udah move on, kan?" tanya Reksa.

"Ya, kalau dibilang udah sih emang. Tapi kalau dia mau balikan lagi sih gue gak bakal nolak."

Shenin mendengkus. "Calon istri Lo mau dikemanakan oneng! Dari dulu gak sembuh aja, sok cakep."

Alih-alih merasa tersinggung, Andi malah terkekeh karena merasa lucu. "Jadi Lo juga update tentang hidup gue? Udah berapa lama gak update lagi?"

Mana ia tahu, dulu Shenin hanya sempat mendengar kabar burung dari teman-temannya mengenai Andi. Kalau sekarang, tentang status pria itu bisa saja Andi telah menikah atau bahkan mempunyai anak.

Tak ada hubungannya kehidupan pria tengil itu dengannya. Shenin sama sekali tak peduli. Ia tampak acuh sembari mengendikkan bahunya.

"Gue udah putus dari tunangan gue tau. Sekarang lagi masa galau, makanya gue bilang kalau Lo mau balikan sama gue jelas bakalan gue jadikan ratu."

"Ratu Sikumbang?" balas Shenin dengan ketus.

"Ck! Gue serius kali, kalau Lo belum nikah boekh pertimbangkan gue buat jadi calon. Dijamin gak bakal nyesal," jelas Andi terang-terangan tanpa malu.

Malah Shenin yang merasa malu karena takut kalau orang lain mendengar ucapan asal dari pria itu. Bagaimana kalau Adinata yang malah mendengarnya? Meski itu mustahil karena sekarang pria itu tampak berdiri di podium.

"Shht.. berisik. Calon suami gue lagi pidato."

Andi melongo saat menyadari siapa yang berdiri di depan. "Becanda kali Lo. Masa sama bapak-bapak kayak gitu?"

Reksa berdecak. "Yang Lo bilang bapak-bapak itu, bokap gue berisik!"

"Hah? Jadi ini bukan suami atau pacar Lo? Tapi calon anak tiri Lo?"

Pria itu tak berkedip karena merasa syok, sedangkan Shenin hanya membalasnya dengan senyuman manis. Lalu kembali menyimak kata sambutan yang disampaikan langsung oleh Adinata.

"Untuk itu saya malam ini sekaligus ingin menyampaikan kabar bahagia. Di depan seluruh tamu undangan, saya ingin melamar seseorang yang nantinya akan menjadi istri saya."

"Buset, beneran woy! Shenin gila!"

Sedangkan Reksa menghela nafas panjang saat cincin yang dipasang oleh Ayahnya itu lolos di jari manis mantannya. Beras telah menjadi nasi dan tak akan bisa kembali menjadi beras.

Harus bagaimana hidupnya ke depan karena akan lebih sering bertemu dengan Shenin? Lalu, bagaimana respon dari teman-temannya kalau mengetahui hal ini?

Terakhir ia tak sanggup membayangkan bagaimana respon dari sang Ayah saat tahu kalau Shenin merupakan mantan pacarnya? Ini terlalu rumit bagi Reksa.




Maaf lamaaa, makasih udah nunggu cerita gajelas ini hehe. Sehat selalu kalian semua...

Naksir Ayah MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang