"Adinata itu udah lama menduda, gak juga mencari penggantinya. Ibu khawatir kalau umur Ibu sudah semakin menua, pasti akan tidak tenang meninggalnya. Syukur, sekarang ada kamu cah ayu."
Tangan tua Ibu kandung Adinata tersebut mengelus erat jemari Shenin, awalnya memang Shenin dibuat kaget karena pria itu mengajaknya tiba-tiba entah ke mana. Ternyata bertemu dengan Ibu Adinata yang sudah renta.
Duh, Shenin tak bisa jika harus menyangkut malah Ibu. Ia jadi mengingat Ibunya yang sudah tiada.
"Jangan nangis, Ibu gak mau lihat kamu nangis. Segera nikah sama Adi, ya? Dia laki-laki baik, ibu jamin. Tapi emang kadang agak ketusnya itu."
Air mata Shenin makin merembes keluar, ia tak tega pada wanita tua itu. Tubuhnya sudah tetkhhat lemah sekali.
"Kenapa nangis?" tanya Adinata.
Pria itu membawa segelas air minum untuk Ibundanya. Ia melirik Shenin yang sedang mengusap air mata dan berusah menahan tangis. Aneh, biasanya gadis itu selalu tersenyum.
"Cuma ingat Mama, Mas beruntung bisa merawat Ibu Mas sampai tua. Saya hanya bisa mengingat wajah Mama dari foto," jawab Shenin.
"Dipeluk, Di. Kaishan cah ayu. Kalau perempuan nangis itu dipeluk biar lega dan bukannya malah ditanya. Kamu harus banyak belajar lagi, apalagi Shenin masih muda. Kamu harus mengimbangi dia."
Lagi, Ibunda Adinata mengingatkan putranya. Barangkali karena telah lama menduda membuat pria itu lupa caranya. Makanya sejak tadi wanita tua tersebut terus saja menasihati Adinata.
"Iya, Bu."
"Sudah, kamu bisa anggap Ibu saya sebagai Ibu kamu juga. Lagipula nanti kalau sudah menikah, apa yang menjadi milik saya akan menjadi milik kamu juga."
Sontak saja Shenin melepaskan pelukannya dari Adinata. Ia melirik Adinata dengan tatapan aneh, allu berbisik. "Emangnya saya udah setuju bakalan nikah sama, Mas? Saya gak pernah bilang mau nikah sama Mas. Kok jadi kepedean banget?"
Meski minggu-minggu ini ia menerima ajakan Adinata untuk berkencan dan mengabaikan pria lain, bukan berarti ia langsung setuju untuk menikah dengan Adinata. Kenapa pria itu malah terlalu kepedean?
Mata Adinata membulat. "Loh, bukannya kamu setuju? Sejak awal mendekati saya dan minta dinikahi."
"Dulu, waktu lagi bucin sama Mas aja. Sebelum tau sifat asli Mas kayak mana. Sekarang udah tau Mas menyebalkan dan juga bikin darah tinggi," balas Shenin.
"Kalian lagi membicarakan apa?"
Syukurlah Ibunda Adinata sedikit tuli, karena faktor usia. Ya, sebenarnya bukan karena Shenin merasa bersyukur atas penderitaan Ibunda Adinata. Hanya saja sedikit lebih beruntung.
"Konsep pernikahan," jawab Adinata.
Sialan! Pria itu memang membuat Shenin darah tinggi, sudah mengajaknya ke sini tanpa persiapan, sekarang malah sengaja mengatakan uang tidak-tidak.
"Tanya dulu Sheninnya pengen apa? Ibu setuju aja, asal istri kamu senang."
"Halloween, boleh? Terus nanti acaranya di kuburan."
Adianta melirik Shenin dengan tatapan kesal. Gadis itu malah mengajaknya bercanda, padahal ia sudah serius dan menghilangkan rasa gengsi. Apalagi jika bercanda di depan Ibundanya yang banyak berharap kalau ia tahun ini bisa ke jenjang pernikahan.
"Apa itu?"
"Tema dari barat, Bu. Shenin hanya bercanda. Ibu tak perlu khawatir, dia sudah punya konsep sendiri. Kalau begitu, ini jam istirahat Ibu. Lekas istirahat dan biar saya panggilkan Rusni."
Selama ini Ibunda Adinata tinggal dengan adik perempuan Adinata. Makanya pria itu lebih betah tinggal di apartemen yang kecil agar tak merasa terlalu sepi. Lagipula ia juga perlu waktu sendirian.
"Si tole belum datang juga?" tanya Ibunda Adinata.
Maksudnya anak satu-satunya Adinata, putranya itu belum juga datang dari tadi. Padahal ia ingin memperkenalkan putranya dengan Shenin. Agar nanti putranya tak terlalu kaget jikalau calon istrinya dan putranya sebaya.
"Masih di jalan mungkin, Bu. Katanya hati ini diajak Pak Arthur main golf. Jadi agak sedikit terlambat," jawab Adinata.
Lalu mereka segera keluar dari kamar Ibunda Adinata. Shenin diajak ke taman belakang oleh pria itu.
"Mas beneran mau nikah? Berubah pikiran karena kondisi Ibu Mas yang udah sepuh dan pengen lihat Mas nikah?" cetus Shenin.
Jadi selama ini hanya karena sang Ibunda alasan Adinta kembali mendekatinya? Pakai acara pura-pura mencintainya. Basi! Anehnya mengapa tak mencari wanita yang seumuran saja? Atau wanita yang lain?
Adinata menghembuskan nafasnya. "Salah satunya. Saya ingin membuat Ibu saya pergi dengan tenang karena melihat saya menikah lagi."
"Salah duanya, apa?" tanya Shenin.
"Saya sudah terlalu lama menduda."
Shenin langsung menyipitkan matanya dan menepuk bahu Adinata. "Jadi, karena masalah seks? Mas pasti pengen melakukan itu lagi?"
"Pikiran kamu kotor terus. Kalau saya mau, sudah lama mencari wanita manapun yang ingin saya tiduri."
Ah, jadi Adinata tak pernah mengajak kencan wanita manapun setelah menduda? Artinya pria itu juga tak melakukan hubungan seks setelah menduda? Pasti terlalu lama.
"Udah lama enggak dong," ujar Shenin.
"Hm. Kamu mau coba?"
"Itu namanya otak Mas yang kotor. Ngajak aku sembarangan! Emangnya aku semudah itu buat ditiduri, apa?"
Shenin jadi kesal sendiri. Meski ia kerap kali tampil seksi dan menggoda, bukan berarti wanita itu gampangan dan menjadi piala bergilir. Tak sudi!
Jika mengingat kembali kebodohannya di masa lampau, Shenin ingin kembali terlahir di muka bumi.
"Kan niakh dulu, bukan berarti saya mengajak kamu tanpa ada ikatan. Makanya syaa berniat serius sama kamu dan mempertemukan kamu dengan Ibu saya."
"Kalau Mas nikah karena diburu-buru, mendingan gak usah. Apalagi kalau harus mengorbankan aku, soalnya aku pengen punya keluarga utuh dan lebih kehangatan nanti. Aku pengen punya anak," balas Shenin.
Ia tak perlu keluarga palsu, yang diinginkan oleh Shenin adalah keluarga yang akan ia jadikan sebagai rumahnya nanti. Memiliki anak serta keluarga yang harmonis, Shenin hanya menginginkan hal itu. Bukan kehidupan glamor dengan harta berlimpah, tapi di dalamnya tak merasakan kebahagiaan utuh.
"Saya juga," timpal Adinata.
"Apanya?"
"Saya belum terlalu tua untuk memiliki anak lagi. Kamu tak perlu merasa khawatir," jawab Adinata.
Lalu, sebuah langkah kaki membuat mereka terdiam. Adinata langsung beranjak dan mengajak Shenin untuk segera menuju rumah adiknya kembali.
"Anak saya sudah datang, mau bertemu sekarang?"
"Yang Mas bilang seumuran sama aku?"
"Hm."
"Dia tidak akan marah ataupun ketus, dia malah setuju kalau saya akan menikah lagi. Kamu tak perlu merasa khawatir kalau tidak diterima dengan baik."
Shenin belum punya persiapan, lagipula mengapa secara tiba-tiba? Pria itu tak memberinya jeda terlebih dahulu. Setelah bertemu dengan Ibunda Adianta, sekarang malah bertemu dengan anaknya.
"Aku mau ke toilet sebentar. Mas duluan aja, nanti aku menyusul."
"Saya tunggu."
"Gak, Mas samperin anaknya dulu. Nanti aku menyusul, gak perlu khawatir. Aku gak akan lama," kata Shenin.
Akhirnya Adinata setuju, pria itu pergi lebih dulu meninggalkan Shenin yang kini sedang merasa gugup.
"Duh, malu gue. Ck! Itu orang tua kenapa harus menjebak gue dalam situasi ini!"
Waaaa apakah ketemu sama mantan? Reaksi Reksa kayak mana ygy?
Selamat berlibur dan maaf kalau typo 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Naksir Ayah Mantan
RomanceBelleza Shenin menyukai tetangga barunya, duda yang mempunyai jarak umur sangat jauh dengannya. Bagian plot twist nya adalah ternyata lelaki yang ia sukai-- ayah dari mantan pacarnya. Januar Adinata, lelaki duda beranak satu yang setia pada almarhum...