Terima kasih atas ⭐
Kata Dilan rindu itu berat, ternyata benar sekali. Sudah seminggu sejak mereka kencan, ah lebih tepatnya hanya sekedar makan malam itu, Adinata tak lagi menampakkan wujudnya. Apa pria tua tampan, tapi sensian itu marah padanya?
Terakhir mereka berjumpa, sama sekali tak ada masalah. Adinata terlihat enjoy menikmati makanannya. Yah, meskipun Shenin yang tidak bisa santai karena pasukan nyamuk begitu nafsu untuk menyerangnya.
"Kenapa Lo, lecek amat muka Lo?" ucap Evelyn.
Shenin menyeruput kopinya. "Lagi galau aja," jawabnya dengan suara rendah.
Sara yang awalnya tak menyimak obrolan, langsung menyimpan ponselnya di atas meja. Ya, beginilah jika kumpul. Kalau tidak memainkan ponsel masing-masing pasti membicarakan gosip.
"Galau kenapa? Udah punya gandengan Lo, apa balikan sama yang terakhir?"
Mendengar ucapan Sara mengenai mantan terakhirnya, membuat ia merasakan mual. Tak disebutkan namanya saja sudah membuatnya mual, apalagi mengingatnya. Sungguh, sangat tidak penting mengingat manusia setengah Dajjal itu.
"Stop bahas dia, iyuh. Males banget, gue udah nemu pangeran berkuda dari negri dongeng. Cakep banget woy, asli deh. Waduh, apalagi postur tubuhnya. Bisa gila gue kali ya, kalo jadi pasangannya," sahut Shenin.
Mengingat Adinata saja sudah membuatnya senang berlebihan, benar pesona Adinata itu beda sekali. Auranya mahal sekali, bahkan Shenin merasa jika Adinata itu bukan manusia asli. Ia lebih terlihat seperti vampir, walau usia tua namun ketampanannya masih tetap utuh.
Hey, jangan bilang ia terlalu mendewakan fisik. Jika Adinata menua, juga Shenin tetap suka. Mendengar suaranya saja meski ketus, sudah membuatnya senang.
"Siapa?" tanya Eva ikut penasaran.
Shenin hanya menggeleng, terlalu malas jika ia memberi tahu temannya dan perihal tanggapan mereka nanti. Biarlah ini akan menjadi urusannya saja, nanti jika Adinata telah terpesona padanya baru ia akan memberi tahu.
"Adalah, orang pokoknya. Duh, gue balik dulu ya? Gak biasa anak introvert kayak gue begini di luar kelamaan. Mau hibernasi dulu dah, semua!"
"Ye! Gak asik Lo, biasanya juga sampai tutup nih cafe Lo betah!" balas Sara.
Wanita itu menyambar tas dan ponselnya di atas meja, teman-temannya hanya menatap ia keheranan. Hingga Shenin keluar dari cafe tempat biasa mereka berkumpul.
Susah memang, menjadi orang kere dan pengangguran sepertinya. Harus menunggu angkutan umum, jika memesan kendaraan online terlalu sayang karena tidak ada promo atau diskon.
"Bela!"
Shenin menoleh ke arah sumber suara, ia tak mengenal suara itu. Suara asing yang memanggilnya, lagipula yang memanggilnya dengan sebutan Bela juga banyak. Teman sekolah atau kampusnya juga memanggil dengan sebutan itu.
"Ah, siapa sih. Udah manggil cuma teriak doang, mana gak nyamperin lagi!" gerutunya.
Tak lama berselang, seseorang langsung menghampirinya. Pria muda dengan penampilan rapi, Shenin memdelik. Ia segera berbalik dan berjalan lebih cepat untuk meninggalkan pria itu.
Sial!! Kenapa dunia seluas ini ia juga bisa bertemu dengan pria Dajjal itu! Aish, merusak mood-nya saja.
"Tunggu dulu, kok kamu jalannya cepat sekali?"
Pria itu dengan tidak sopan ya memegang tangan Shenin. Segera Shenin menghempaskan tangannya.
"Apa sih, Lo? Kurang kerjaan banget hidup Lo, gue gak punya urusan lagi sama Lo," jawabnya dengan ketus.
Sedangkan pria tak tahu diri itu hanya tersenyum simpul. Jika melakukan kekerasan tidak ditindak pidana, Shenin mungkin akan mencakar wajah Reksa tanpa ampun!
"Santai dong, tidak menyangka kita bertemu di sini. Aku kebetulan lagi ada urusan di sini."
Shenin memutar bola matanya. "Gak ada yang nanya kali, mau Lo ada urusan di planet mars juga bukan urusan gue. Udah ah, gue mau balik!"
Reksa kembali tersenyum, sepertinya pria di depannya ini ada indikasi sakit jiwa. Orang waras mana yang dimarahi tapi malah senyum-senyum?
"Rontok gigi Lo kebanyakan senyum! Senyum kayak kambing aja, Lo tampilin di depan muka gue!"
Kali ini Reksa malah tertawa, lagi ia memegang tangan Shenin yang langsung ditepis oleh wanita itu.
"Ngobrol sebentar yuk? Gak kangen sama aku?"
Shenin membuat ekspresi muntah, mengapa ada pria seperti Reksa yang percaya dirinya luar biasa sekali?
"Siapa yang kangen. Haduh, gue sibuk. Waktu gue terlalu mahal, nanti terbuang percuma karena orang gak penting kayak Lo gini," balasnya masih dengan nada ketus.
Mata Shenin melihat sekitar, beberapa orang yang sedang memperhatikannya. Sekarang ia sadar menjadi pusat perhatian, ada juga yang siap memegang kamera.
Pasti, mau membuat konten! Memang orang-orang sekarang tidak paham privasi, memvideokan atau memfoto orang lain tanpa consent adalah tindakan yang ilegal!
"Awas sampe ada yang nyebarin video atau foto buat keperluan konten! Gue tuntut Lo di pengadilan!"
Lalu, Shenin berjalan lebih cepat. Namun, tetap diikuti oleh Reksa. Benar-benar, perasaan belum mau kiamat. Namun, kenapa Dajjal lebih dulu muncul dihadapannya?
"Tunggu. Aku mau ngomong sama kamu, sebentar aja. Tiga puluh menit."
"Lo, bisa mikir gak sih? Itu lama kali."
Reksa kembali menahan tangannya. Tetaplah cool dihadapan mantan, meski rasanya bergejolak antara gemas, marah dan kesal ingin mencakar wajahnya.
"Okey, sebentar saja. Di mobil aku?"
Shenin mengerenyit, pasti modus baru pikirnya. Laki-laki prik! Yang punya banyak modus untuk melancarkan aksinya. Ia tak akan terledaya untuk kali ini. Hanyalah Adinata yang ada dihatinya, catat itu!
"Sini aja, kalo mau ngomong. Dari tadi Lo juga ngomong perasaan, cepetan gue mau balik."
Reksa menghela nafas, tapi ia mengangguk. Tempat ini tak begitu ramai dari sebelumnya. "Sebenarnya, aku ingin ngobrol panjang sama kamu. Tapi, aku sadar pasti kamu juga menghindar dari aku. Pertama, aku mau minta maaf atas kesalahan aku dimasa lalu. Ya, aku paham sulit untu dimaaafkan. Itu murni kebodohan aku, dan tingkahku yang saat itu masih terlalu labil. Sekarang, aku sadar tidak seharusnya menyakiti kamu."
Shenin hanya mengipasi wajahnya yang tampak gerah. "Udah, gitu doang?"
Reksa mengangguk. "Dan ya, aku mungkin pantas tidak bisa dapat maaf dari kamu. Jujur aku menyesal sekali, aku harap kita bisa berteman baik setelah ini. Aku sadar nyakitin orang yang pada akhirnya aku sadar, bahwa aku juga menyayangi orang itu. Aku terlalu dibutakan oleh ego saat itu."
Orang waras mana yang ingin menjalin pertemanan dengan orang yang telah menyakitinya? Membuatnya sempat terpuruk?
"Ya baguslah kalo Lo sadar. Udah gitu aja kan? Sorry gue gak bisa buang-buang waktu buat orang kayak Lo. Sekali aja gue pengen banget nampar Lo."
Reksa mengangguk, ia memang pantas mendapatkan balasan dari perbuatannya dimasa lalu. "Silahkan, meski ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan sakit hati kamu."
Plak!
Sedikit puas, Shenin tersenyum. "Okey, udah. Gue mau pulang."
"Boleh, minta nomor kamu lagi?"
Shenin mendelik. "Gue gak punya ponsel."
Lalu, ia benar-benar meninggalkan Reksa.
Shenin comeback! Kangen gak?
Duh, klen milih siapa? Reksa atau Adinata nih?
Terima kasih buat vote komen dan follow nya. Sehat selalu, bahagia selalu, dan semoga menghibur.
Oh, iya selamat berpuasa bagi yang menjalankan ya!!
Yang mau ikutan giveaway silahkan singgah dilapak sebelah ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Naksir Ayah Mantan
RomanceBelleza Shenin menyukai tetangga barunya, duda yang mempunyai jarak umur sangat jauh dengannya. Bagian plot twist nya adalah ternyata lelaki yang ia sukai-- ayah dari mantan pacarnya. Januar Adinata, lelaki duda beranak satu yang setia pada almarhum...