"Om, saya lihat-lihat makin lama makin gila aja. Kayaknya Om udah gak waras lagi, mending ngomong sekarang apa alasan Om tiba-tiba dekatin saya?"
Shenin berkacak pinggang, ia menghela nafasnya dengan kasar karena sudah muak dengan tingkah Adinata. Pria tua yang labil dan sayangnya selalu membuat Shenin kesulitan untuk tidur.
"Bukannya kamu yang lebih dulu dekatin saya?"
Alih-alih menjawab, pria itu malah balik bertanya pada Shenin. Sungguh pria aneh yang menyebalkan! Hal ini semakin membuat Shenin naik pitam.
Berusaha untuk sabar menghadapi Adinata, Shenin kemudian duduk di sofa sembari tersenyum kecil. "Mungkin dulu karena saya anggap om itu wah banget. Terus saya juga merasa cinta pada pandangan pertama, terpesona sama karisma Om. Tapi setelah semua kejadian yang tak saya inginkan terjadi, mungkin pandangan saya sedikit berubah. Om bahkan menolak saya mentah-mentah, sampai saya merasa tidak ada harga dirinya."
Benar, bukan? Dulunya pria itu yang menolaknya dengan kalimat menyakitkan. Tapi mengapa sekarang seolah pria itu pura-pura melupakannya dan malah mengejar Shenin?
Adinata menatap Shenin dengan tatapan dalam. "Bukannya kamu yang lebih dulu bilang tidak akan menyerah. Lalu, mengapa malah kamu yang lebih dulu menyerah? Padahal usaha kamu untuk mendekati saya belum seberapa."
Hah! Sepertinya Adinata mengidap narsistik akut! Pria itu ingin terus dikejar oleh Shenin. Hello? Dengan wajah yang cantik dan bonus keturunan bule, Shenin bahkan bisa mendapatkan pria muda yang lebih kaya daripada Adinata.
Ternyata pria tua itu tak bisa kehilangan fans! Sungguh keterlaluan, hal ini sudah membuat Shenin semakin yakin bahwa pria itu tak tulus padanya. Bangsat!
"Maaf banget, Om. Saya gak mau habiskan waktu saya yang berharga buat terus ngejar Om. Emangnya Om Adinata worth it banget buat didapatin?"
Adinata terdiam, ternyata Shenin memang tak mudah seperti di awal dulu. Kini wanita itu lebih jual mahal dan pria itu merasa tertantang. Gadis muda dan rasanya gadis itu cocok untuk menempati posisi sebagai istrinya.
"Kamu tidak perlu kerja dan tinggal menikmati hidup jika menikah dengan saya," jawab Adinata.
Shenin langsung terkekeh. "Gak nikah sama Om aja saya tetap jadi pengangguran dan tetap bisa menikmati hidup. Emangnya cuma dengan nikah sama Om bikin saya jadi menikmati hidup? Duh, cuma karena alasan kecil aja. Mending sama Om Satrio, beliau tidak duda. Jadi saya tak perlu khawatir akan ada peperangan antara anak tiri dan mama tiri."
Benar, bukan? Shenin tak perlu pusing dengan drama anak tiri serta mama tiri. Apalagi kalau anak pria tua itu perempuan yang sama menyebalkannya. Ia tak akan bisa hidup begitu dan menikmati hidupnya sebagai istri Adinata. Sudahlah, sepertinya Adinata menang bukan tercipta menjadi pendamping hidupnya.
"Anak saya tidak akan banyak protes, dia laki-laki. Makanya bertemu dulu dengan anak saya agar kamu tau."
Shenin menggeleng, mengapa pria itu kini malah terkesan mendesaknya? Pria gila ini ternyata benar-benar sedang kambuh, jika balik lagi pada mode aslinya, Shenin yakin pasti akan jauh lebih menyebalkan.
"Saya bilang gak mau, kita ciuman bukan berada pacaran. Sekarang Om harus klarifikasi dulu sama teman-teman saya. Terus berhenti buat ganggu hubungan saya sama Om Satrio," balas Shenin dengan tegas.
Pria itu langsung menggeleng, bermaksud menolak usulan dari Shenin. Ia tersenyum misterius, lalu menelisik penampilan Shenin. Crop top dan juga celana pendek, belum lagi dengan rambut yang digelung asal membuat gadis itu tampak sexsy.
"Ciuman sekali lagi, kita akan pacaran. Kalau kamu membalas ciuman saya, artinya perasaan kamu sama saya masih sama sejak awal. Dan kamu tidak akan lagi menyangkal," kata Adinata.
Peraturan macam apa itu?! Pria gila ini kalau sedang kumat benar-benar membuat Shenin kewalahan karena tingkahnya. Shenin jadi curiga kalau Adinata adalah pasien rumah sakit ji...
"Awh!"
Adinata melakukan gerakan refleks dengan cara mengisap bibir Shenin dengan lembut, sayangnya gerakan pria itu terlalu natural. Sehingga Shenin lagi-lagi sulit untuk menolak, padahal ia juga sudah mengerahkan tenaga mendorong Adinata. Tapi pria itu malah memperdalam ciumannya, lantas haruskah Shenin tetap berontak atau malah menikmati?
"Jangan mendesah, kamu malah bikin dia semakin sesak."
Ciuman mereka terputus, Adinata mengusap bibir Shenin dengan jempolnya. Ia kemudian mengecup lembut mata Shenin dan memeluknya.
"Sekarang kita pacaran," lanjut Adinata.
Shenin mengerjap, penembakan macam apa ini? Mengapa pria itu malah berbuat seenaknya? Melakukan kesepakatan sendiri tanpa persetujuan dari Shenin.
"Om kayaknya kesepian, mending balik aja ke rumah Om biar tinggal sama anak-anak. Daripada mati-matian tinggal sendiri malah jadi gila," kata Shenin.
Ia masih merasa mimpi melihat kelakuan Adinata yang berbanding terbalik. Apakah pria itu mengkonsumsi barang terlarang? Sehingga pikirannya tak begitu waras.
Adinata menggeleng. "Kita pacaran, kamu membalasnya. Artinya kamu masih punya perasaan sama saya. Mengapa malah menahan mati-matian perasaan kamu, kalau saja sebenarnya perasaan kamu masih sama dengan saya?"
Pria itu malah membalikkan kata-kata Shenin. Memang Adinata tak bisa menbaut Shenin berkata-kata, entah apa mau pria itu! Tapi, tawaran Adinata boleh saja Shenin terima. Akan ia buat pria itu merasakan hal yang ia rasakan saat pertama kali mengejar Adinata.
"Oke, kita pacaran. Puas?!"
Adinata tersenyum manis, hal ini malah membuat Shenin merasa aneh. Tampaknya memang Adinata telah kerasukan roh genit, sehingga pria itu tampak berbeda dari sebelumnya.
"Kencan pertama kita tak berjalan baik. Kamu mau kencan di mana?"
"Aku sebenarnya gak terlalu ribet masalah kencan. Tapi, aku pengen kencan di restoran mewah. Terus privat dan khusus di hari itu buat kencan kita aja," jawab Shenin.
Akan ia buat pria itu bangkrut dan kewalahan karena tingkahnya. Tak apalah kalau mengerjai duda menyebalkan seperti Adinata. Memangnya semudah itu untuk mendapatkan Belleza Shenin?
Adinata mengangguk setuju. "Of course, baby."
Shenin bergidik setelah mendengar panggilan tersebut. Fix! Adinata memang gila!
"Satu lagi, kayaknya aku perlu buat beli gaun. Soalnya rata-rata udah aku pakai semua, biar nanti waktu foto bagus. Sekali-kali aku juga pengen pamer dan manasin mantan," pinta Shenin.
Kembali oria itu mengangguk, seolah tak ada unsur keberatan. Tampaknya permintaan Shenin terlalu biasa untuknya.
"Ada lagi?" tanya Adinata.
"Gak ada, eh tapi aku juga pengen kencan pakai mobil mewahnya Om. Terus harus super romantis, ngundang penyanyi kayak Tulus atau siapa aja yang lagunya bagus dan merdu."
Lagi-lagi Adinata mengangguk, pria itu malah tersenyum.
Fix, Adinata memang gila! Sepertinya di apartemen mereka memang ada jin genit. Mungkin karena Shenin terlalu sering mengenakan baju yang sexsy. Sehingga mereka bisa saja menyimpan tasa pada Shenin, lalu merasuki Adinata.
Please, Shenin langsung bergidik. Ia terlalu banyak menonton film horor, sehingga kini imajinasinya begitu tinggi.
"Ada lagi?"
"Gak ada, sekarang saya pengennya Om pulang dan tidur di apartemen Om sendiri. Gak baik bertamu sampai larut malah di rumah anak gadis," jawab Shenin.
Alih-alih menuruti perkataan Shenin, Adinata malah membaringkan tubuhnya di sofa empuk milik Shenin.
"Saya tidur di sini untuk memastikan pacar saya aman. Silahkan kalau kamu mau tidur lebih dulu."
Fix! Adinata memang gila dan kesurupan hantu genit!
Gak nyangka aku update lamaaaaa banget, maaf yaaaa
Semoga masih ada yang baca hehe
Sehat selalu kalian dan juga maaf kalau ada typo 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Naksir Ayah Mantan
RomanceBelleza Shenin menyukai tetangga barunya, duda yang mempunyai jarak umur sangat jauh dengannya. Bagian plot twist nya adalah ternyata lelaki yang ia sukai-- ayah dari mantan pacarnya. Januar Adinata, lelaki duda beranak satu yang setia pada almarhum...