Hamil! ++

8.8K 397 9
                                    

"Bagaimana?" Tanya Adinata. Pria itu menunggu di depan pintu kamar mandi dengan raut cemas.

Ini bukan kali pertama Shenin melakukan test pack pasca keguguran. Ia tak mau kalau sang istri kembali kecewa karena hasil yang tak sesuai.

Shenin langsung berlari memeluk sang suami. "Aku hamil beneran."

Keduanya menangis haru, Adinata memeluk kencang sang istri. Lantas menggendongnya dan membawa sang istri ke ranjang mereka.

"Harus banyak-banyak bersyukur sayang."

"Iya. Senang banget, sampai badanku lemas."

Mereka kembali berpelukan di ranjang, bahkan Adinata mengecup puncak kepala sang istri berkali-kali. Mengucapkan kalimat syukur atas hadiah dari Tuhan yang begitu besar baginya.

Pria itu lalu beranjak setelah cukup lama memeluk sang istri. "Mau sarapan apa?"

"Pengen bubur sambil lari pagi. Mas mau?"

"Boleh. Ganti baju dulu kalau begitu."

Dengan semangat, Shenin memilih baju kaos dan celana legging berwarna hitam. Lalu bersiap mengenakannya. "Pakai sunscreen ini boleh gak ya?" Gumamnya.

"Pakai aja dulu, nanti siang kita langsung ketemu dokter buat cek kandungan dan konsultasi."

Usai bersiap-siap, keduanya langsung memulai lari pagi. Karena hari ini weekend, maka banyak orang-orang melakukan hal yang sama. Berlarian keliling komplek sambil menikmati matahari pagi.

Shenin hanya melangkah biasa, ditemani sang suami di sampingnya. Mereka bercengkrama seperti biasa, membahas hal lucu atau hal random yang terlintas di kepala.

"Mas mau kasih tau Reksa kapan?"

"Nanti kalau udah 4 bulan ya? Untuk saat ini kita jaga dulu, takutnya pamali."

"Kayak orang tua zaman dulu deh." Sontak Shenin membuka mulut lebar kala menyadari bahwa sang suami memang orang yang lebih tua. "Maksudku kayak apa ya? Eh-m-"

Adinata berdecak. "Iya, suami kamu emang orang tua zaman dulu. Makanya jangan kasih tau siapa-siapa, nanti waktu empat bulan baru bikin selamatan."

"Kelamaan. Gak sabar pengen kasih tau teman-temanku."

"Sabar dulu sayang."

Perdebatan itu terhenti saat mereka sampai di tempat tukang bubur. Shenin mencari meja kosong, sedangkan sang suami memesan bubur serta minum untuk mereka.

Mata Shenin menyapu pada pemandangan sekitar, ia langsung terfokus pada bayi yang sedang digendong oleh ayahnya. Suara bayi itu begitu renyah tertawa kala sang ayah mengajak bercanda.

Shenin ikut tertawa, tiba-tiba saja membayangkan sang suami yang menggendong anak mereka kelak. Ah, rasanya ia tak sabar pada momen itu.

"Lihat apa?"

"Bayi itu. Gemes kan?"

Mata Adinata ikut terfokus pada bayi yang dipandang oleh sang istri. "Jangan lihat lama-lama."

Kening Shenin mengerenyit. "Kenapa?"

"Nanti kamu malah dikira lihat Ayahnya."

Shenin lantas mendengus, tapi ia menurut pada sang suami. Tak lagi memandang bayi yang dipangku oleh ayahnya tadi. "Aku pikir tadi ibunya ikutan Mas. Tapi kayaknya mereka cuma berdua. Nanti Mas rajin-rajin bawa anaknya jalan pagi kayak gitu."

"Emang duda dia."

"Loh, kok tau?"

"Kemarin tahunya waktu saya antar berkas ke rumah Pak RT. Makanya jangan lihatin lama-lama."

Naksir Ayah MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang