Alergi

72 6 0
                                    

Lily yang panik akhirnya merasa lega karena Jinni sudah membuka matanya, ia sedikit lebih tenang karena sahabatnya tidak terluka.

"Kau minumlah lebih dulu!" Jinni mengangguk dan langsung meneguknya hingga tandas.

"Aduhh mengapa aku bisa pingsan?" Tanya Jinni.

"Kau terlalu syok." Mendengar itu Jinni langsung memegang bahu Lily dan menatap tajam. "Kenapa kau sembunyikan hal sebesar itu, apa yang kalian berdua lakukan berdua? Tidak bisa di biarkan aku akan ikut menginap disana, Jake pria berbahaya!" Lily terkekeh.

"Kau tidak tau saja bagaimana aku dan dia jika di rumah, tenang saja pria sepertinya tidak akan bisa macam-macam yang ada dia akan menyesal jika berani padaku." Jinni mengangguk.

"Ouh ya apa kau sudah tau pembagian kelas?" Tanya Jinni.

"Belum, aku kan tidak masuk." Jinni mengangguk faham.

"Kita satu kelas, ada semuanya bahkan orang yang kita kenal ada di satu kelas." Mendengar itu Lily membulatkan mata.

"Apa!! Maksudmu Chaewon dan kawan-kawan?" Jinni mengangguk dengan pasrah, Lily sendiri tidak perduli toh ia hanya ingin lulus.

Malam hari...

"Kau mau menjemput tunangan mu ya?" Goda Lisa pada Jake, sedangkan pemuda itu hanya mengangguk sebagai jawaban, sedikit malu juga di goda begitu.

"Masuklah, Mama akan memanggilnya." Jake mengangguk.

Cklek

"Astaga, baru jam 8 kamu sudah tidur baby?!" Lily nampak tidak terusik sama sekali, Lisa pun menarik kaki Lily hingga gadis itu jatuh.

Bughh

"Aaa...Mama pantatku sakit!" Lisa melipat kedua tangan.

"Mama sudah bilang bukan, tunggu Jake menjemput tapi kau malah tertidur, apa itu hal yang Mama ajarkan biar kamu sadar hal itu tidak sopan?" Lily cemberut, Lisa tidak pernah bisa dilawan malah ia yang akan menyesal.

"Apa dia datang? Memangnya dia tidak ada pekerjaan lain apa?" Gerutunya kesal.

"Kerjaan dia menjemput tunangannya, memang ada yang salah hmm?" Lily kesal sendiri dan berdiri.

"Kau mengabaikan Mama HAH!" Lily langsung memeluk Lisa, bisa gawat jika perang terjadi.

"Tidak Ma...mmm...tidak baik membuat tamu lama menunggu." Lisa mengangguk paham membiarkan putrinya bersiap untuk pulang ke tempat asalnya.

Beberapa menit menunggu bersama Jungkook disana akhirnya Jake bernafas lega melihat Lily dan Lisa turun dari kamarnya.

"Maaf menunggu lama, gadis ini tadi tertidur." Jawab Lisa. "Mama..." Lisa acuh dan malah duduk di sebelah suaminya.

"Kalau begitu kami langsung pamit Mama..Papa...sudah terlalu malam jika kami harus disini lebih lama." Lisa dan Jungkook mengangguk.

"Jaga putriku, jika dia menangis dan pulang kesini karena mu kau bisa habis ditangan ku!" Jake mengangguk mengerti.

"Ouh ya? Besok Lily akan pulang kesini dengan menangis saja, Papa akan menerima Lily kan?"

"Siapa bilang, Papa akan tendang kamu dari sini, beraninya membohongi Papa, ucapan Papa itu bukan sekedar candaan baby!" Lily menghembuskan nafas dan mengangguk.

Tak lama kemudian akhirnya sampai di kediaman mereka juga, Lily langsung merebahkan dirinya di sofa, melihat sekitar yang penuh dengan barang yang berantakan juga sampah berserakan.

"Astaga, apa seekor kucing sudah membuat kerusakan?" Pekiknya kesal.

"Bibi tidak datang hari ini, aku membawa teman-teman kesini untuk menonton pertandingan bola bersama, dan yah aku malas untuk membiarkan tanganku kotor."

Lily mengepalkan tangan, ayolah ia memang bukan seorang melankolis tetapi melihat hal sedikit saja miring membuat ia gemas untuk membenarkannya.

"Apa kau mau rumah ini menjadi kandang babi hah!" Jake terkejut saat Lily memarahinya karena belum membereskan sampah dan barang-barang.

"Aku akan membersihkannya nanti." Saat hendak pergi Lily dengan keras menarik kerah jaket Jake hingga pemuda itu kembali ke tempat.

"Nanti? KAU MAU MATI YA!" Jake menjadi gelagapan, astaga jika tau begini ia tidak akan membawa pulang gadis itu, biarkan disana ia dimanja keluarganya saja.

"Haishh...kau maunya bagaimana? Menikah besok?" Lily yang mendapat gurauan itu segera memelintir bibir milik Jake hingga pria itu meringis.

"Astaga kasar sekali kau!"

"Kau yang gila, aku menyuruhmu membersihkan ini bukan menawariku menikah bodoh!"

"Kau yang bodoh, mengapa tidak kau kerjakan sendiri, anggap belajar menjadi istri yang baik!"

"Kau memang bodoh! Aku belum tentu jadi istrimu, lebih baik kau benarkan semua ketempat semula dan bersihkan seluruhnya tanpa ada debu setitik pun!"

"Menyeramkan, apa kau segila itu aku lelah sehabis mengantarmu beruang!"

"Kau...oke aku akan bersihkan semua ini, tapi ingat aku tidak akan pernah memberikanmu akses masuk ke rumah ini, karena aku akan menjadi tuan rumahnya mulai saat itu juga." Mendengar ancaman gadis itu Jake waspada ia pun segera mengambil sampah-sampah yang ada.

"Lebih baik kau membantuku, bukankah kau juga ingin cepat istirahat?" Mendengar itu Lily menghela nafas.

"Sabar Lily, jika bukan tunangan mu sudah pasti kau bisa menjadikannya adonan Jake gulung." Batinnya.

Akhirnya malam itu mereka membersihkan secara bersama-sama walau dengan wajah masam, yang satu tertekan yang satu sedikit tidak rela memungut sampah yang berjatuhan.

"Astaga toples ini terlalu jauh." Ucap Lily saat hendak menyimpan di rak paling atas, namun naas ia oleng hingga terjatuh namun Jake segera memegang tubuhnya.

Bughh

Beberapa detik mereka saling pandang dengan Lily yang ada di gendongan Jake sampai suara ponsel berdering membuat mereka tersadar. "Itu dering ponselmu, cepat angkat!" Jake mengangguk dan pergi.

"Astaga jantungku." Batin Lily.

"Eum..ya...ah...baiklah." Jake menutup panggilan itu, mengapa jantungnya berdetak lebih cepat, astaga apa ia sudah gila, hanya karena mereka dalam posisi itu dirinya jadi merasa aneh.

Lily menyodorkan sebuah air susu pada Jake. "Mom memberi tahuku jika biasanya bibi menyiapkan mu susu hangat sebelum tidur, karena kau disini hanya bersamaku maka itu jadi tugasku." Jake terpaku, segera ia sadar dan mengambilnya.

"Ouh ya, camilan yang dalam toples itu jangan kau makan, karena mengandung kacang, aku pun ingat mom mengatakan..." Belum selesai kulit Jake memerah membuat Lily membulatkan mata.

Jake langsung menggaruk area lehernya yang gatal, Lily segera membawa Jake ke kamarnya. "Jangan di Garuk ingat! Aku akan kembali sebentar lagi." Lily segera ke dapur membuatkan teh lemon.

"Minum ini, aku akan menelpon dokter." Jake hanya pasrah dan mengangguk.

"Hallo dok, bisakah anda kesini, ya Jake mengalami alergi dia tidak sengaja memakannya...ya terimakasih." Panggilan pun diputus membuat Lily menghela nafas lega.

Ia kembali mendapati Jake yang sedikit lebih membaik. "Huft, maaf ini salahku membawa makanan itu, harusnya aku tau jika kamu alergi." Sambil membelai lembut kepala Jake yang sudah terlelap.

Lily pun segera turun setelah mendengar bel, pasti itu dokter yang sedang ditunggunya, malam itu untung saja Jake tidak terlalu memakan banyak, tapi besok ia harus ke rumah sakit mengantarnya untuk cek.

TBC.

Indeed Mate (Rookie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang