04. Surat Cinta

216 59 0
                                    

Beberapa jam sebelum acara penutupan ospek. Rein masuk ke gedung sekretariat BEM untuk beristirahat sejenak. Tiba-tiba salah satu rekannya yang merupakan bagian dari tim disiplin melemparkan sebuah amplop berwarna merah ke arah Rein. Pemuda itu menangkapnya tepat sasaran.

"Surat buat lo, Rein," ujar Mahesa seraya tersenyum geli.

"Surat?" tanya Rein keheranan.

Padahal sepanjang sejarahnya menjadi koordinator tim disiplin, tidak ada seorang mahasiswa baru pun yang mengiriminya surat cinta. Satu-satunya hal yang membuatnya nyaman dan menyanggupi memegang jabatan itu selama beberapa tahun terakhir. Ia tidak perlu bersusah payah menjaga hatinya dari surat-surat yang berasal dari lawan jenis.

Lalu, sekarang, tiba-tiba ada yang mengiriminya? Apa kebengisan dan kekejaman Rein yang sedemikian rupa tak terlihat oleh matanya? Rasa penasaran membuat Rein segera melihat amplop itu. Mencari siapa pengirimnya.

"Raina Azura?" gumamnya lalu beralih menatap pasfoto yang ada di sudut kanan amplop. Gadis itu rupanya.

"Tumben banget lo dapet surat cinta. Ini yang waktu itu, 'kan? Yang soal ingus itu?" tanya Mahesa seraya terkekeh geli. Ia orang yang waktu itu harus menghadap ke arah papan tulis untuk tertawa.

"Iya," jawab Rein kikuk.

"Nge-fans dia sama lo, Rein."

"Paling juga kepaksa." Rein menanggapi asal sembari menyimpan surat itu ke saku almamaternya.

Tak lama kemudian, Mahesa pamit keluar hingga hanya ada Rein dan beberapa panitia konsumsi di ruangan itu. Perlahan Rein membuka surat itu lagi karena penasaran dengan isinya.

Buat: Kak Reinaldi.


Masih inget saya, Kak? Raina Azura. Orang yang handuk ingusnya pernah Kakak ambil dan Kakak buang.

Maaf, selamanya saya akan inget soal Kakak begitu. Jadi, Kakak juga harus inget soal saya begitu.

Cuma mau pesen satu hal ke Kakak. Senyum itu ibadah loh, Kak. Jadi, banyak-banyak senyum, ya. Biar dapet banyak pahala buat imbangin dosa-dosa Kakak selama jadi koordinator disiplin.

Oke, sekian dan terima kasih.

Kedua ujung bibir Rein mendadak tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Surat cinta macam apa itu?

Rein kembali melipat surat itu dan memasukkannya di saku almamater. Untuk alasan yang belum ia ketahui dengan jelas, sepanjang hari ini rasanya ia ingin tersenyum terus. Entah karena supaya mendapat banyak pahala seperti yang Raina katakan di dalam surat itu, atau karena isi surat Raina itu terasa konyol baginya. Satu hal yang jelas, setelah itu, Raina tak lagi sama di mata Rein.

🌧️☔🌧


Ospek tidak mengerikan seperti yang selama ini Raina bayangkan. Pengecualian memang untuk acara cek barang bawaan penuh ketegangan yang berlangsung selama lima belas menit setiap paginya. Namun, ia tahu itu semua dilakukan agar mereka menjadi disiplin. Bukan karena sengaja ingin marah-marah dan mencari-cari kesalahan.

[Sudah Terbit] Rein Meet Rain ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang