73. Cinta Yang Lain

76 15 0
                                    

Sejak kejadian panggilan video tak terduga itu, Raina memblokir kembali nomor Rein agar pemuda itu tidak lagi menghubunginya. Untuk apa coba? Pantaskah pria sudah beristri dan paham soal pergaulan antar lawan jenis berbuat seperti itu? Bukankah dulu pemuda itu sempat menegurnya perihal menjaga jarak dengan Fadil? Lalu kenapa sekarang pria itu seperti termakan oleh omongannya sendiri?

Ada kemarahan yang tersulut di hati Raina usai peristiwa itu. Ada kekecewaan juga karena ekspektasi Raina tentang Rein sudah terlalu tinggi. Nyatanya Rein hanya seorang manusia biasa. Jadi, Raina tidak punya alasan lagi untuk menganggap Rein orang yang spesial baginya sampai tidak tergantikan. Ia tidak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan. Waktunya terlalu berharga.

Raina sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa semester dua yang banyak tugas. Baik itu membuat esai atau pun meresume hasil bacaan. Satu hal yang ia pahami sekarang bahwa belajar sejarah itu harus banyak membaca.

Ia sadar, sumber literasinya masih terlalu sedikit. Maka ia mulai membuat targetan buku bacaan. Kali ini lebih terencana dan terorganisir dengan baik. Tidak seperti sebelumnya, membaca sampai tidak ingat waktu dan akhirnya tumbang sendiri.

Bulan berlalu dan Raina juga masih aktif di BEM sebagai anggota departemen luar negeri di bawah kepemimpinan Luthfi bersama Astri yang masih setia di sana. Juga ada beberapa anggota lain yang Raina tidak terlalu akrab.

Sementara Fara, kabar terakhir yang Raina dengar memang sudah berhenti kuliah dan menikah. Kabar ini ia dengar dari beberapa mahasiswa jurusan Sastra Jepang yang aktif di BEM. Namun, tidak ada seorang pun yang tahu siapa suami Fara karena mereka tidak diundang.

Kabarnya memang Fara hanya mengundang orang-orang terdekat. Sementara di jurusannya---apalagi di BEM---Fara tidak terlalu akrab dengan yang lain. Apalagi dengan lawan jenis. Pergaulan Fara itu sangat terjaga. Tidak seperti dirinya.

Yang Raina agak heran, kenapa anak-anak BEM tidak heboh dengan kabar pernikahan Rein? Bukankah ia cukup terkenal di BEM? Apa karena ia sudah lulus, jadi tidak ada yang mengikuti kabarnya? Jadi, tidak ada seorang pun yang membahas soal dirinya lagi. Ia pun merasa enggan untuk mencari tahu. Untuk apa lagi? Raina sudah bertekad ingin menutup bagian lembaran hidupnya di mana nama Rein tertulis.

Namun, terkadang rasa penasaran itu terasa menggelitik. Beberapa kali ia berusaha mencari tahu tentang Fara dengan bertanya kepada orang-orang yang dirasa tahu kabarnya. Salah satunya Astri.

"Kamu diundang Fara enggak, Tri?" tanya Raina setelah sekian lama akhirnya berani bertanya soal itu kepada Astri.

"Enggak, Rain. Aku sama Fara juga 'kan belum terlalu akrab. Baru ketemu beberapa kali sama kamu, 'kan?"

Seperti itulah kira-kira jawaban yang Raina dapat jika bertanya soal pernikahan Fara dan Rein. Semuanya terasa abu-abu, tetapi begitu nyata. Lalu seiring berjalannya waktu semuanya seperti terlupakan begitu saja.

🌧️☔🌧️

Awal semester ganjil di tahun ajaran berikutnya, BEM mengadakan penyuluhan sanitasi lingkungan di desa binaan. Acara ini diadakan terkait dengan maraknya kasus penyakit demam berdarah belakangan ini karena memasuki musim kemarau. BEM FIB pun bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran yang diundang sebagai penyuluhnya.

Raina menjadi orang yang begitu bersemangat mengikuti kegiatan itu. Ia senang karena pada akhirnya bisa kembali ke sana, walaupun banyak kenangan yang mengingatkannya akan sosok Rein. Namun, ia tidak terlalu peduli.

"Kok kamu tahu daerah ini, Rain?" tanya Fadil ketika rombongan mereka berjalan ke arah kantor desa tempat penyuluhan akan diadakan. Tak lupa pemuda itu membawa kamera kesayangannya untuk mendokumentasikan acara.

[Sudah Terbit] Rein Meet Rain ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang