14. Rapat Perdana BEM

134 41 0
                                    

"Tapi, Prof. Yanuar itu bukannya dari jurusan Antropologi, ya? Apa hubungannya dengan Sastra Belanda?" tanya Raina keheranan. Beberapa menit kemudian gadis itu baru tersadar dan bisa merespons ucapan Afia dengan baik.

"Entah. Aku juga enggak tahu. Tapi, kak Rein itu, kan, memang suka ada di mana-mana. Kemaren aja tiba-tiba ikut acara napak tilas jurusan kita," jawab Afia.

"Ye, itu mah karena dia jadi wakil BEM."

"Tapi, kok feeling-ku kuat, ya, soal ini," bisik Afia seraya menoleh sekilas ke arah Rein yang sedang asyik mengobrol dengan Fadil.

"Feeling apaan?" tanya Raina jadi penasaran.

"Sini, aku kasih tahu hasil analisisku soal kak Rein." Afia mencondongkan tubuhnya ke arah Raina agar suaranya yang super pelan itu bisa lebih jelas terdengar.

"Apaan, sih, bikin orang penasaran aja." Raina pun lebih mendekat ke arah Afia.

"Aku enggak tahu ini kebetulan atau apa, ya. Tapi, kayaknya kak Rein itu ada sesuatu sama Ilmu Sejarah. Apa jangan-jangan dia lagi ngincer seseorang. Mungkin bisa jadi kamu, Rain." Afia berkata dengan wajah datar. Namun, beberapa detik kemudian ia mulai tersenyum nakal dengan menaikturunkan alisnya.

"Ih, apa hubungannya, sih?" tanya Raina refleks dengan suara lantang. Membuat beberapa mahasiswa dari Sastra Indonesia yang baru tiba menoleh ke arahnya.

Dengan cepat Raina berusaha menguasai diri dengan menutup mulutnya sendiri sembari memukuli pelan punggung Afia dengan tangannya yang lain karena sudah membuatnya tanpa sadar berteriak.

"Kamu bilang apa hubungannya? Ada tau." Afia mencondongkan tubuhnya lagi ke arah Raina dengan wajah serius.

"Apa buktinya?" tanya Raina kali ini dengan suara berbisik.

"Aku masih penasaran soal kenapa kak Rein buntutin kamu lewat gang remang-remang itu."

Obrolan serius mereka harus terputus sejenak karena ada seseorang yang tiba-tiba menepuk pundak Raina. Gadis itu terkejut bukan main karena takut obrolan mereka didengar oleh orang lain.

"Eh, maaf. Kamu kaget lagi karena aku," ujar Fara dengan ekspresi wajah merasa bersalah.

"En-enggak apa-apa, kok." Raina menanggapi dengan tergagap.

"Tadi aku panggil kamu, tapi kamunya lagi serius ngobrol."

"Ada apa manggil aku?" tanya Raina keheranan.

"Rapatnya sore ini. Bakda Asar, jam empat, di sekretariat BEM. Yang kita obrolin tempo hari waktu berangkat ke kampus bareng."

Raina berusaha mengingat lagi obrolan mereka. Fara sempat memberitahu BEM fakultas akan mengadakan perekrutan pengurus baru. Ia juga mengajak Raina untuk bergabung. Raina sempat antusias ketika Fara bercerita tentang kegiatan apa saja yang ada di BEM fakultas dan mengutarakan niatnya akan bergabung jika ada perekrutan.

"Oh, sore ini, ya? Aku boleh ajak temen, enggak?" tanya Raina begitu sudah ingat obrolannya dengan Fara.

"Boleh banget. Malah dianjurkan untuk kasih tahu ke temen-temen yang lain. Aku cuma mau ngasih tahu itu aja. Aku ke sana dulu, ya. Mau gabung sama temen-temen jurusanku yang lain."

[Sudah Terbit] Rein Meet Rain ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang