41. Kakak Agen Perubahan

115 22 0
                                    

"Itu perasaan kamu aja kali, Dil. Kalau aku hindarin kamu, pas kamu nyamperin aku tadi, aku bakalan langsung pergi."

"Tapi, aku ngerasa banget. Kamu menghindar." Fadil menatap Raina dengan mata sendu. Ada kesedihan di sana, tetapi Raina tidak bisa berbuat banyak. Ia memang harus menghindari Fadil karena tingkah pemuda itu yang meresahkan.

Ponsel Raina berbunyi. Gadis itu dengan cepat membuka aplikasi pengirim pesan. Itu pasti dari Rein.

Kakak Agen Perubahan
Ngapain Fadil di sana?

Blue Rainaa
Enggak sengaja ketemu. Dia ngajak pulang bareng.

"Dari temen kamu?" tanya Fadil ketika melihat Raina asyik dengan ponselnya.

"Iya," jawab Raina tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. Menanti balasan dari Rein. Dalam hati berharap Rein tidak salah paham lagi.

Kakak Agen Perubahan
Jangan. Bahaya!

Blue Rainaa
Kenapa?


Kakak Agen Perubahan
Di depan banyak orang aja tangannya enggak bisa dijaga. Saya enggak rela kamu disentuh-sentuh sembarangan sama dia.

Raina mengulum senyumnya membaca balasan terakhir Rein. Kenapa Rein jadi begitu khawatir? Rasanya seperti ada belasan kupu-kupu yang beterbangan di dalam perut Raina saat itu.

"Temen kamu cowok, ya?" tanya Fadil curiga. "Baca pesan sampe mesem-mesem begitu."

"Udah, sana kamu pulang," usir Raina.

"Setelah bikin aku penasaran, terus sekarang aku disuruh pulang? Oh, tidak bisa!" Fadil berdiri menghampiri Raina. Kepalanya terjulur untuk melihat ponsel gadis itu.

Dengan cepat Raina menyembunyikan ponselnya. Jangan sampai Fadil membaca pesan-pesannya untuk Rein. Bisa runyam urusan.

Namun, gadis itu terlambat. Gerakan mata Fadil lebih cepat dari gerakan tubuhnya. Mata pemuda itu sempat melihat sebuah nama.

"Kakak Agen Peradaban?" gumam Fadil dengan dahi mengernyit.

Rein yang merasa khawatir karena Raina tak kunjung membalas, akhirnya memutuskan untuk menghampiri Raina. Ia sudah punya alasan yang bisa ia beritahu jika Fadil mempertanyakan keberadaannya di sana.

Namun, ketika sudah hampir sampai di meja tempat Raina dan Fadil berada, ia melihat pemandangan yang membuat kekhawatirannya terbukti. Fadil sedang mendekati Raina dan berusaha merebut ponsel gadis itu.

Dengan langkah cepat Rein mendekati mereka. Bermaksud ingin pura-pura menabrak Fadil agar Raina bisa menyelamatkan ponselnya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar Fadil mengucapkan tiga kata itu.

"Kamu ngapain, sih, ngintip-ngintip ponsel orang?" sungut Raina seraya cepat-cepat memasukkan ponselnya ke tas.

"Kamu udah punya pacar, ya, Rain?" tanya Fadil dengan wajah lesu.

"Jangan fitnah gitu," protes Raina.

"Terus siapa itu Kakak Agen Perubahan?" tanya Fadil kesal.

"Bukan siapa-siapa. Itu cuma julukan aja. Kok, kamu jadi ikut campur urusan aku gitu, sih? Memangnya apa peduli kamu soal si Kakak Agen Perubahan?"

"Ya, aku bakalan kecewa kalau kamu beneran pacaran."

"Kenapa?"

"Karena selama ini aku percaya kamu bukan tipe orang yang suka pacaran. Kamu penganut aliran pacaran setelah nikah, 'kan?"

[Sudah Terbit] Rein Meet Rain ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang