16. Getaran Asing

124 36 0
                                    

Danish selaku ketua departemen PSDM membuka forum itu, menjelaskan beberapa hal terkait dengan penempatan anggota baru. Sampai pergantian pengurus di akhir semester ganjil nanti, para anggota baru hanya akan ditempatkan sementara. Dari sanalah nanti akan dilihat dan diberikan penilaian apakah di kepengurusan berikutnya bisa tetap berada di departemen yang sama atau harus diganti. Untuk sementara penempatan anggota disesuaikan dengan minat anggota baru saat mengisi kuesioner dan disesuaikan juga dengan kebutuhan anggota pada departemen yang diinginkan.

Ada sekitar sepuluh orang yang datang dalam rapat itu. Satu per satu Danish mengumumkan akan berada di departemen mana mereka. Raina masuk departemen hubungan luar, sementara Afia masuk ke departemen PSDM. Mereka berdua pun bisa bernapas lega ketika tahu Fadil tidak satu departemen dengan mereka. Pemuda itu masuk ke departemen media dan informasi.

"Oke, nama-nama yang sudah disebutkan tadi silakan berpisah dan bergabung dengan ketua departemen masing-masing." Suara Danish kembali terdengar.

"Departemen media dan informasi dengan Mahesa. Depertemen PSDM sama saya. Departemen dana usaha dan kewirausahaan bisa sama teh Rahma karena Angga sebagai ketua departemen berhalangan hadir. Departemen kajian strategis dengan Reza. Departemen seni dan olahraga dengan teh Rani. Departemen hubungan luar dengan Rein."

Ketika mendengar nama Rein disebut, refleks Raina meneguk ludahnya. Jadi ia berada di departemen yang diketuai oleh Rein? Seketika ia celingukan mencari siapa kira-kira yang akan menjadi teman satu departemennya. Sepertinya tidak ada. Semua anggota baru sudah bersama dengan ketua departemennya masing-masing. Hanya dirinya yang belum beranjak.

Hatinya menjadi kacau ketika menyadari hanya akan ada dirinya dan Rein duduk berdua membahas soal departemen. Belum lagi rasa malunya akan interaksi terakhir mereka hilang, kini Raina sudah harus bertatap muka hanya berdua dengan orang yang sedang dihindarinya. Oh, mimpi apa ia semalam? Mimpi apa sehingga harus menghadapi situasi yang terasa mengaduk-aduk isi perutnya itu?

Kejadian-kejadian memalukan yang pernah terjadi di antara mereka kembali menari-nari dalam ingatannya. Berkelebatan satu per satu. Dimulai dari tragedi handuk ingus. Kemudian pemberian surat cinta aneh terkesan asal yang ia kirim untuk Rein ketika hari terakhir masa pengenalan fakultas. Berebut kamus bahasa Belanda di perpustakaan, hingga kejadian yang paling memalukan adalah ketika ia mengira Rein membuntutinya malam itu. Rasanya Raina ingin amnesia saja.

Dengan langkah gontai, Raina berjalan mendekati Rein dan duduk di kursi yang ada di hadapan pemuda itu. Diliriknya sekilas sang ketua departemen yang atensinya masih berfokus ke layar laptop.

"Ini cuma saya sendiri, Kak?" tanya Raina dengan segala keberanian yang susah payah dikumpulkannya. Bosan dengan kesunyian yang ada.

"Yang kamu lihat?" Rein balik bertanya tanpa mengalihkan tatapan matanya dari layar laptop.

Hati Raina menjadi kesal. Menyesal sudah bertanya. Pertanyaan bodoh memang. Tidak seharusnya ditanyakan karena ia sendiri sudah tahu jawabannya. Ia pun memutuskan untuk diam saja. Begitu juga Rein. Kondisi saling diam itu pun berlangsung selama beberapa menit. Hingga akhirnya sebuah kalimat tanya dari Rein memecah semuanya.

"Enggak ada yang mau ditanyain?" tanya Rein masih tanpa menatap Raina.

"Apa yang mau ditanyain? Penjelasan juga enggak ada," sungut Raina yang benar-benar merasa tidak nyaman dengan kondisi saat itu.

Di tengah rasa ketidaknyamanannya itu, pada akhirnya datanglah seseorang yang napasnya tersengal.

"Maaf, Kak. Telat banget, ya?" ujarnya dengan wajah lelah.

"Udah mau selesai rapatnya," jawab Gathan sang ketua BEM seraya tertawa. Maksudnya bercanda. Mereka berasal dari jurusan yang sama sehingga sudah saling mengenal dan tidak canggung lagi ketika bercanda.

"Baru selesai kuliah, Kak," ujar gadis itu lagi masih dengan napas tersengal yang sedang berusaha diaturnya.

"Ya, udah langsung gabung aja. Nanti kamu bisa nyambi isi kuesionernya. Kamu mau masuk departemen apa?"

"Hubungan luar, Kak," jawab gadis itu cepat dan bersemangat. Seolah memang sejak awal ia menginginkan masuk departemen itu.

"Ke sana aja. Sama Rein." Gathan menunjuk ke arah Rein duduk seraya memberikan lembaran kuesioner kepada gadis itu.

Gadis yang baru datang itu segera menghampiri Rein dan Raina yang masih saling diam.

"Assalamu'alaikum. Maaf, Kak, saya terlambat. Baru selesai kuliah. Saya Fara, mau ikut bergabung dengan departemen hubungan luar," sapanya ramah. Raina langsung mengembuskan napas lega begitu menyadari kedatangan gadis itu. Seolah gadis itu telah menjadi penyelamatnya dari kondisi lakon bisu yang harus dijalaninya bersama Rein.

"Fara ke mana aja? Aku nungguin kamu dari tadi," ujar Raina yang langsung membuat Rein refleks menoleh kepadanya.

"Maaf, ya, Rain. Aku ada kuliah. Baru selesai jam empat. Buru-buru salat Asar dulu baru ke sini. Tadi juga enggak sempet bilang ke kamu." Fara langsung duduk di sebelah Raina sembari menyeka keringat yang mulai membasahi pelipisnya.

Kedua gadis itu tidak menyadari jika sejak tadi Rein memperhatikan mereka bergantian. Ada dua hal yang membuat Rein itu menjadikan Raina sebagai pusat atensi. Pertama, karena Fara menyebut ejaan nama Raina sama persis seperti nama panggilan dirinya. Kedua, perubahan drastis sikap Raina yang tadinya terdiam kaku menjadi ramah dan bersahabat usai kedatangan gadis bernama Fara itu. Rupanya mereka sudah saling mengenal.

"Eh, maaf, Kak. Maksud saya Rain itu Raina. Bukan Kakak. Saya baru sadar, nama panggilan kalian sama dalam pengucapan," ujar Fara ketika tersadar Rein sedang memperhatikan mereka beberapa saat kemudian. Ia berpikir kalau Rein memperhatikan mereka karena dirinya merasa terpanggil.

Senyum di wajah Raina menghilang. Wajahnya kembali berubah menjadi datar dan refleks melirik ke arah Rein yang langsung berdeham untuk mencairkan suasana.

"Karena kita tinggal di Indonesia, sesuaikan aja sama ejaan bahasa Indonesia," ujar pemuda itu menanggapi dengan santai. Namun, tidak dengan Raina. Ia merasa sedikit tersinggung. Secara tidak langsung pemuda itu mengatakan dirinyalah yang berhak menyandang nama Rein.

Seenaknya aja.

Belum habis rasa kesal Raina, pemuda itu langsung menyodorkan laptop yang sejak tadi diutak-atiknya ke arah Fara dan Raina.

"Ini program departemen hubungan luar kepengurusan sekarang yang sebentar lagi akan habis masa baktinya. Beberapa sudah ada yang terlaksana. Beberapa belum. Silakan dipelajari dulu. Kalau ada yang enggak dimengerti silakan tanya."

Sesi mengobrol dengan ketua departemen tidak berlangsung lama. Tidak sampai setengah jam. Setelah dirasa cukup, rapat pun diakhiri. Masing-masing departemen sudah mengantungi jadwal rapat rutin setiap pekannya.

"Rein, pimpin doa penutup!" perintah Gathan usai memberikan kata-kata penutup.

Mendengar nama itu disebut, hati Raina masih merasa kesal. Hingga suara Rein yang berat itu terdengar mengalun syahdu. Mengeluarkan untaian doa yang sangat familier di telinga Raina.

"Ya Rabb, sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati-hati kami telah berpadu. Berhimpun di dalam naungan cinta-Mu. Bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, mengemban amanah sebagai anggota BEM FIB ini."

Raina sudah sering mendengar untaian kalimat doa itu. Baik dalam bentuk lagu atau pun doa di akhir-akhir acara ketika di sekolahnya dulu. Namun, entah kenapa ketika mendengarnya diucapkan oleh suara Rein yang nyaris bergetar, hatinya ikut tergetar. Seolah ikatan-ikatan itu telah nyata mengikat hati semua orang yang berada di dalam ruangan.

"Untuk itu kami mohon kepada-Mu, ya Rabb. Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah kepada kami jalan-jalan yang Engkau ridhoi. Terangilah jalan kami dalam mengemban amanah ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah padam. Terus bimbinglah kami hingga kami mampu menyelesaikan amanah ini."

Hingga Rein mengakhiri doanya, hati Raina masih merasakan getaran asing itu. Getaran yang membuat sosok Rein tidak lagi sama di hati Raina.

🌧️☔🌧️


[Sudah Terbit] Rein Meet Rain ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang