3. Date

3.7K 243 17
                                    

"Sayang?? Ada masalah??"

Haechan langsung menaikkan wajahnya. Di hadapannya, Jisung yang masih dengan seragam SMA nya sedang berdiri. Kedua kakinya melebar karena posisi Haechan yang terduduk di pinggir ranjang dan Jisung berada di antara dua paha Haechan yang merapat.

"Ada apa?? Ada masalah??" Tanya Jisung lagi sembari meraih dagu Haechan untuk di bawa ke tatapannya. Mengusap dagu Haechan dengan pelan, juga tatapannya ia lembutkan. Membuat manusia yang lebih tua 2 tahun itu mengerjabkan kedua matanya.

"Kamu ngelamun terus dari tadi, asik banget sama pikiran sendiri ya??"

Haechan tersenyum sembari melepaskan tangan Jisung dari dagunya, ia meraih sabuk berlambang sekolah itu untuk ia buka. Jisung tersenyum lebar melihat Haechan yang membuka sabuk sekolahnya. Jemari yang menurutnya cantik itu begitu lembut juga lihai menarik sabuk yang mengelilingi pinggang nya.

"Aku, cuma pengen cepet di nikahin."

Pernyataan Haechan membuat Jisung terdiam, namun pandangannya masih fokus melihat tangan Haechan yang terus menarik sabuknya hingga benar benar terlepas.

"Aku gak punya banyak waktu buat main main." Haechan mendongakkan wajahnya menatap tatapan tegas dari Jisung.

"Cepet lamar aku."

"Tunggu sayang, tunggu aku lulus. Nanti kalo aku udah lulus, aku bakal kerja buat kamu."

"Kamu gak mau kuliah??"

Jisung menggeleng dengan kedua tangan kembali terangkat untuk menangkup sisi pipi Haechan. "Katanya mau cepet cepet di nikahin, hm??"

Haechan tertawa, membuat Jisung ikut tertawa karena gemas. Membungkuk kan tubuhnya untuk mengecup pipi yang tua, lalu ke bibirnya dengan lumatan. Haechan membalasnya, disusul tawa kecil dari Jisung. Mereka saling membelit lidah, tentu dengan Jisung yang lebih mendominasi hingga tangan kanan Jisung berpindah ke punggung Haechan. Menopang tubuh itu yang semakin turun ke belakang sampai akhirnya ia menindih tubuhnya.

Lumatannya Jisung selesaikan secara sepihak, menggantinya dengan kecupan juga lumatan pada ceruk Haechan yang dengan sengaja di jenjangkan pemiliknya. Tangan Haechan memeluk tubuh besar anak SMA itu dengan erat, kedua matanya masih terpejam menikmati lumatan basah di ceruknya. Dengan napasnya yang terengah karena libidonya yang naik juga karena tubuhnya di timpa membuat Jisung menggeram berat.

"Jisunghh aahhhh."

Tangan besar anak SMA itu sudah bermain di selatannya, meremasnya lembut hingga Haechan melebarkan jarak antara pahanya tanpa di suruh. Kepalanya menekan lebih kuat pada ranjang di bawahnya. Memalingkan wajahnya dengan pelan sementara alisnya tertaut masih dengan memejamkan kedua matanya menikmati remasan juga lumatan yang kini turun menuju dadanya.

"Buka sayang." Bisik nada rendah dari Jisung yang menyuruhnya membuka kemejanya membuat Haechan terkekeh sebentar dan langsung mendorong Jisung  ke sampingnya.

Jisung langsung di tarik dengan menggenggam kerah baju seragamnya untuk di sandarkan ke tumpukkan bantal. Haechan itu kuat, terkadang.

Tentu Jisung sedikit terkejut dengan Haechan yang menariknya, kini lebih di kejutkan dengan Haechan yang menduduki diri di perutnya. Tatapannya tajam penuh nafsu, belum rambutnya yang berantakkan juga kancing kemeja atas yang sedikit terbuka karena ulahnya.

"Gak usah buru buru cantik." Ucap Jisung meraih pinggang ramping di atasnya, di remas kuat lalu turun ke belah pantat yang masih terbungkus dengan celana jeans itu.

"Ahhh!! Adek nakal hm??"

"Sayanggg... jangan gitu."

Rengekan dari Jisung membuat Haechan tertawa puas. Menggoda Jisung dengan mengingatkan perbedaan umur mereka selalu membuat Haechan bahagia. Jisung itu dominan, tapi memang umurnya di bawahnya, dan Jisung tidak suka di sebut 'adek' atau 'dek' bahkan anak itu enggan memanggilnya 'kakak', ia lebih suka memanggilnya 'sayang'.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang