13. Bad news

1.8K 134 11
                                    

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!"

"HIKSS BUNDAAAAA!!!!!"

"BUNDAA TOLONGG!!"

Hyunjin yang mendengar itu langsung melepas helmnya, berlari dengan cepat menuju kamar Haechan mengabaikan motornya yang sudah menyala di garasi.

Tepat di ruang keluarga, ia bertemu dengan Johnny, papanya. Mereka sama sama panik dan segera berlari ke arah kamar Haechan.
Dengan di pimpin Hyunjin, akhirnya mereka masuk ke kamar Haechan.

Kamarnya berantakkan, action figur milik Haechan berserakan dengan ponsel di atas lantai yang layarnya retak. Membuktikan seberapa kuat ponsel itu terkena benturan.

Sementara selimutnya sudah jatuh ke bawah lantai, di barengi dengan tumpukkan bantal yang tersebar seolah di lempar oleh empunya.

"Adek!!" Bentak Hyunjin begitu sadar kini Haechan tengah nerusaha menyayat pergelangan tangannya dengan gunting.

Johnny, yang baru akhirnya bisa masuk karena mode 'bug' Hyunjin di depan pintu langsung berlari ke atas ranjang anaknya. Memeluk tubuh bergetar dengan tangisan kuat dari belakang, meraih kedua tangan anaknya berusaha menjauhkan antar kedua tangannya yang saling ingin menyakiti diri.

Hyunjin sadar keadaan, segera ia raih gunting yang berada di tangan kanan adik tirinya dan membuangnya ke sembarang arah asalkan jauh dari jangkauan adiknya.

"Haechan?? Sayang, heyy sadarr."

Tidak tega, Hyunjin hanya bisa menatap ayah dan anak itu yang berpelukkan. Papa Johnny yang memeluk Haechan dari belakang, sementara Haechan yang kini hanya bisa menangis kuat.

"Kakak ambilin minum dulu pah."

"Iya, tolong ya kak."

Inisiatif, Hyunjin langsung turun dari ranjang Haechan untuk ke dapur. Mengambil segelas air di bawah, meninggalkan ayah dan anak kandung itu.

"Haechan, sayangg,, sadarrr ssstttt ada apa?"

Bisikan lembut itu terdengar di telinga Haechan. Suara, usapan, juga hangatnya pelukkan yang sudah sangat tidak asing bagi dirinya itu membuat Haechan semakin bingung akan semuanya.

"Pelan pelan, nangisnya pelann, cerita sini sama ayahh, ayah minta maaf ya, hm?? Jangan begini sayang."

Apa?? Ayahnya minta maaf?? Apa ayahnya sadar jika semuanya ini sebab ayahnya??

Hanya bisa bertanya di kepalanya. Haechan masih terus menangis hingga akhirnya kedua tangannya meraih salah satu tangan ayahnya untuk ia genggam. Melampiaskan rasa bingung, sedih, takut, marah juga menyesalnya.

"A-ayaahh hiks."

"Iyaa, ini ayah, ayah minta maaf, ssstt sayanggg."

Haechan menggelengkan kepalanya perlahan, kedua matanya memejam ketakutan karena kebingungan. Semua begitu rancu juga perasaannya sendiri, Haechan bingung!

"Pah, ini."

Johnny mengangguk dan meraih gelas yang di sodorkan Hyunjin. Berusaha untuk membujuk anak kandungnya minum. Namun Haechan masih belum bisa mengontrol diri, ia masih panik dengan raut kebingungan juga ketakutan.

Tau papa nya kesulitan, Hyunjin kembali menduduki diri di dekat Haechan, meraih gelas yang di bawa papa nya dan sedikit meraih pipi Haechan untuk menatapnya.

"Dek, Dek Haechan liat kakak. Liat kakak sini." Ucap nya sembari berusaha menangkap iris hitam kecoklatan milik adiknya.

"Sini, minum dulu ya, habis ini bisa cerita pelan-pelan kenapa." Bisik Hyunjin begitu Haechan menatapnya dengan tatapan bulat berairnya.

Seolah tersihir, Haechan pun menerima sodoran gelas Hyunjin. Di bantu Hyunjin memegang gelasnya, Haechan minum perlahan-lahan dengan segukkan tersisa. Sementara itu Johnny, ayahnya hanya bisa mengusap-usap punggung Haechan juga lengan anaknya.

"Dah??"

Pertanyaan halus dari Hyunjin di balas anggukan kecil dari Haechan, dengan perlahan Hyunjin menjauhkan gelasnya dari bibir adiknya.

Melihat Haechan yang lebih tenang membuat Johnny kembali memeluknya sedikit erat, menarik tubuh anaknya hingga benar benar bersandar pada dadanya.

Haechan tidak menolak, ia justru.... nyaman. Memejamkan kedua matanya untuk merasakan pelukkan ayahnya yang sejak kecil tidak pernah berubah, selalu erat dan hangat. Sangat menenangkan, dan terasa aman.

"Cerita, mau cerita sama ayah atau kakak??" Bisikan lembut ayahnya terdengar, tepat di samping telinganya. Haechan membuka kedua matanya dimana pangsung bertabrakan dengan tatapan kakak tirinya, Hyunjin.

Hyunjin tersenyum, lalu tangannya terulur. Menghapus air mata di pipinya dengan lembut. "Kalo kalian ada masalah, selesein baik baik, kakak pamit ya biar enak ngobrolnya."

Setelahnya Hyunjin pergi dari kamarnya, tidak lupa ayahnya berguman 'terima kasih' pada Hyunjin.

Haechan meringis, ia takut.

"Tadi kenapa?? Hmm??"

Mendongakkan wajahnya perlahan dimana ia bisa dengan jelas menatap ayahnya, ya, ayahnya pun sedang menatapnya.

"Ayah takut banget kamu kayak tadi, jangan di ulangi, ya??"

Cup!

Kecupan tepat di bibirnya itu membuat Haechan langsung menundukkan wajahnya, menatap ke arah depan dimana action figur totoronya masih berada di atas rak.

"1 tahun ga pulang, kamu stres ya?? Hm?? Mau jalan jalan??"

Terdiam, Haechan tidak mau menjawab iya ataupun tidak. Semua begitu banyak resikonya.

"Kita juga perlu waktu berdua, ayah kangen kamu."

TIDAKK!!!!

TIDAKK!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ngehehehe, semangat yg ujiann
\(★^∀^★)/

Karema kalian ujian, saya mau update setiap harii, biar kalian ga fokus ujiannyaa....

Sudah saya putuskan, saya akan menjadi akun yg negatif
/(≧ x ≦)\

Salam
Merinosheep
5 Des 22

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang