5. Cuddle

4K 185 13
                                    

"Mau makan apa??"

Haechan membuka kedua matanya perlahan, dada bidang yang di hiasi bercak merah hasil perbuatan di hadapannya membuat Haechan menghela napas.

"Mmhhh mau martabak." Cicit Haechan sembari semakin mendusalkan wajahnya di dada bidang Jisung. Memeluk erat tubuh Jisung hingga pemiliknya terkekeh dengan suara beratnya.

"Manis, atau telor hm??" Tanya Jisung lagi.

"Telor."

Jisung menganggukkan kepalanya, salah satu tangannya sedang memegang ponselnya siap untuk membeli makanan yang di inginkan kekasihnya. Dengan salah satu tangan lainnya yang mengusap punggung polos Haechan, sangat sangat menikmati tiap lekuk tubuh itu.

"Besok ada kuliah??"

"Ada."

"Jam berapa??"

"Jam 1 sampe jam 5."

"Nanti aku anter, besok di sekolah ada rapat, jadi aku cuma setengah hari."

"Hmm."

Lalu terdiam. Jisung sudah meletakkan ponselnya, memilih untuk memeluk tubuh polos Haechan dengan sayang. Sementara Haechan memilih untuk memejamkan kedua matanya, jujur pikirannya sangat rancu.

"Aku mau kerja."

"Hm?? Kenapa??"

Haechan hanya terdiam, lalu kembali mendusalkan wajahnya pada dada Jisung.

"Cerita sayang, jangan di pendem sendiri, kasian sama kamu nya." Kata Jisung sambil mengusap belakang kepala Haechan.

Posisi mereka yang saling berpelukkan di dalam selimut itu, jelas bisa saling merasakan suasana hati masing masing.

"Aku mau blokir semua yang berkaitan sama ayah."

Jisung terdiam. Tentu ia tahu latar belakang Haechan di mana kekasihnya ini broken home sejak kecil. Ia ikut ayahnya hingga sekarang, namun saat Haechan di tahun pertama kuliah, ayahnya memilih menikah lagi dengan orang lain. Dan itu sukses membuat Haechan hancur dengan masa dewasanya dimana ia sudah mengenal apa itu arti pernikahan.

Haechan sendiri sebenarnya bukan masalah ayahnya yang sekarang sudah hidup dengan keluarga barunya itu. Bukan. Tapi saat ia kini sadar, bahwa ia sebenarnya adalah korban. Haechan sakit hati, juga hancur. Ia yang paling banyak di rugikan disini

"Kalo emang itu mau kamu, aku bakal bantu buat hidup kamu." Jawab Jisung.

Ya, berbeda dengan Jisung. Jisung berasal dari keluarga pejabat. Tanpa belajar pun, Jisung sebenarnya sudah bisa bekerja sesuka jidat mengingat sudah memiliki previllage yang bagus. Tapi, tetap, Jisung harus menamatkan sekolahnya dulu.

"Aku cuma minta, kamu tetep sama aku aja, jangan ninggalin aku."

Jisung mengangguk, lalu merendahkan wajahnya untuk mengecup bibir Haechan. Menatap kedua mata beruangnya dengan usapan di pipinya. Mata itu berlinang air mata, yang mungkin bisa kapan saja terjatuh.

"Aku bakal terus sama kamu kok sayang, aku janji." Bisik Jisung sembari tersenyum.

"Janji ya??" Haechan benar benar berharap pada Jisung. Karena kini, Haechan benar benar sendirian.

"Janji sayangg- eh??? Ja-jangan nangis dong."

Haechan sudah tidak kuat. Ia menangis tepat di hadapan Jisung. Jisung jelas panik, perlahan ia kembali membawa Haechan kedalam pelukkannya, menepuk punggung polos yang kini sudah bergetar.

"Aku mau bundaa hiks hiks huwaaa!"

Jisung menghela napas. Sudah bukan rahasia lagi jika Haechan adalah anak yang tidak tahu keberadaan bundanya. Aish, masalah perceraian itu sangat rumit. Jisung sampai pusing.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang