24. Police

1.3K 92 21
                                    

"Kita sudah putus 1 bulan yang lalu, dan saya sudah tidak dekat lagi dengan mendiang."

"Kapan terakhir kali kalian berinteraksi?"

"Satu bulan yang lalu saat saya memutuskannya."

"Dengan alasan?"

"Dia memiliki selingkuhan."

"Siapa??"

"Saya tidak tahu."

"Apa anda punya riwayat percakapan di chat dengan mendiang??"

"Ada."

"Boleh kami lihat??"

"Ya."

"Jadi terakhir berinteraksi di Chat sudah seperti orang asing ya?? Sudah hampir 1 bulan kalian benar benar seperti orang asing."

"Benar."

"Baiklah, terima kasih banyak atas informasi yang anda bagikan, anda di perbolehkan pulang."

"Terima kasih."

.
.
.
.
.

"Huek!"

Dengan segera Haechan turun dari kasurnya, berlari ke arah kamar mandi dan bersimpuh di samping closet. Berusaha membuang sisa makan siangnya tadi.

"Huekk!!!"

Rasa mual itu terus ada membuat dirinya semakin lemas dengan rasa pusing di kepala yang bertalu talu.

"Gak kuath." Bisik Haechan lemas. Ia menduduki diri di atas lantai dingin kamar mandi, menyandarkan tubuh juga kepalanya di dinding dingin itu.

"Ughh!! Hueekk!!"

Lagi, Haechan menghampiri closetnya, namun sama sekali tidak ada yang ia keluarkan lagi. Membuat Haechan hanya bisa bernapas dengan terengah merasakan tubuhnya yang benar benar lemas.

"Masa sih sakit? Udah lama kayak gini, lemes banget, minta tolong siapa kalo gini??" Tanya Haechan pada diri sendiri.

"Kalian udah ngelakuin dari kapan?? Kamu ga hamil kan??"

Suara Hyunjin itu tiba tiba keluar di kepalanya, membuat Haechan yang entah dapat kekuatan dari mana langsung berdiri dan berlari ke arah meja belajarnya. Membuka semua laci dengan tergesa gesa atau bahkan tas kuliahnya.

"Gak mungkin! Gak, gak, gak!!! Ini gila pasti!!!"

Haechan panik, barang yang di carinya hilang bagai di telan bumi.

Hilang, atau habis??

"Vitamin yang suka ayah kasih, i-itu apa??" Bisiknya dengan wajah ketakutan. Tangannya menggenggam kotak obat travel yang sudah ayahnya berikan sejak SD, kotak itu kosong tidak terisi apapun.

"Jangan-jangan?"

Suaranya semakin bergetar, tubuhnya mendadak terasa dingin hingga melayang, jantungnya terasa mempompa darahnya tidak tentu. Segera, Haechan raih ponsel yang berada di ranjangnya. Dengan tangan dingin yang bergetar Haechan berusaha untuk mengetik di mesin pencari.

Trak!!

Ponselnya terjatuh, begitu pula dengan tubuh Haechan yang merosot terjatuh di atas lantai. Napasnya tercekat, kedua mata beruangnya perlahan mengeluarkan air matanya dengan bibir bergetar.

Pencegah kehamilan.

Obat itu adalah pencegah kehamilan. Dan ayahnya, sudah memberinya itu sejak ia mulai tinggal bersama ayahnya dimana itu adalah saat ia awal mula melakukan seks dengan lelaki bejat itu

"Ha-hamil?? Ja-jadi, gua hamil??"

Bisik Haechan nyaris tidak terdengar. Tangannya mulai terangkat hanya untuk ia gigit dengan perasaan kacau.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang