24*. Helper

1.2K 82 19
                                    

Haechan membuka kedua matanya karena wangi mie yang sangat-sangat menggugah seleranya. Ditatap nya warna sprei juga dinding kamar, Haechan menghela napas.

Ia masih berada di kamar kakak tingkatnya.

"Mas." Panggil Haechan asal sembari memejamkan kedua matanya lagi merasa masih mengantuk.

"Hm??"

Lalu sepi, karena Haechan pun tidak tahu ingin berbicara apa.

"Bangun dulu, makan."

"Makan apa??"

"Mie, barusan gua masak tadi."

Haechan mengangguk, lalu ia mulai menduduki diri dan mengusak kedua matanya. Telinga nya langsung di sambut suara hujan di luar sana.

"Di luar masih ujan??" Tanya Haechan sembari merosotkan diri dari kasur untuk duduk di atas lantai, dimana satu atau dua porsi itu masih mengepul di dalam panci kecil. Sudah jelas Mark pasti baru memasaknya.

"Masih, di perkiraan cuaca sih, sampe malem." Jawab Mark yang masih fokus pada leptopnya.

Haechan yang mendengar itu hanya mengangguk, lalu mulai meraih panci berisi mie dan meraih sendoknya. "Habisin yakk??" Tanya Haechan dengan semangat.

"Hmm."

Makan mie dalam suasana hujan, memang tidak ada tandingan, belum di temani kekasihnya yang sibuk mengetik skripsi.

"Masih banyak ngetik nya??" Tanya Haechan mulai mencari perhatian, ia juga masih sibuk menyeruput mie.

"Hmmm, mayann, kenapa??" Mark kini memutar kursi gamenya menghadap Haechan, membuat Haechan dengan heboh menepuk sisi lantai yang kosong sembari tersenyum dengan mulut penuh akan kuah mie.

Glup!

"Duduk siniiii, temenin makannn." Ucap Haechan sembari menggoyangkan tubuh heboh. Terlihat lucu, tapi Mark sadar, ia sudah membuat deadline sendiri.

"Maaf sayang, nanti dulu ya?? Sampe jam 8 gua selesai." Kata Mark yang dengan sempatnya berdiri dari duduknya hanya untuk mengusak pucuk kepala Haechan.

Tidak egois, Haechan tau seberapa sulit skripsi, hanya bisa mengangguk dan kembali memakan mienya, membiarkan Mark kembali fokus pada leptopnya.

Terus sibuk makan, sampai akhirnya satu panci itu bersih tak bersisa. Menyisakan Haechan yang kini sudah kembali tiduran di atas kasur Mark sembari bermain ponsel, sementara mulutnya sudah kembali sibuk mengunyah permen karet.

Ya, Mark itu persediaan makanannya sangat-sangat melimpah, di mulai dari makanan instan, camilan, permen, bahkan sampai kondom saja ada. Eerrrr, untuk kondom, mulai ada saat sudah jadian dengan Haechan sih.

Haechan sudah di puncak kebosanannya, persetan dengan himpunan yang sedang debat di grup chat atau bahkan kelompok praktek nya yang sedang membahas materi. Haechan meraih bungkus permen karetnya untuk membuang permen karet yang sudah tidak ada rasa manisnya, lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal milik Mark, dan menaikkan kakinya hingga menyerupai sebuah tenda.

"We gon' light it up, light it up now, darling." Haechan bergunam nyanyian sembari menyalakan flash di ponselnya, bermain seolah-olah sedang camping.

"We can make the stars align."

"Ehh!!!"

Terkejut, jika kini Mark ikut masuk kedalam selimut dan ikut menyalakan flash ponselnya, bahkan ikut menyambung lagunya.

"Ihhh kok masukk?? Emang udah selese skripsinya??" Tanya Haechan sedikit menggeser tubuhnya agar Mark bisa masuk ke dalam selimut lebih dalam.

"Udah, udah jam setengah 9. Lu gak mau pulang ke kamar?? Besok ada kuliah jam brapa??" Pertanyaan bruntun dari Mark membuat Haechan mengerucutkan bibirnya kesal.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang