17. Dad n Son

1.9K 121 5
                                    

"Berisik banget sih lu! Orang baru kek lu tau apa tentang gua sih??"

"Ck elah!! Emosian!! Serah lu dah, kesel gua juga lama lama! Anak anjing!!"

"Heh bang-"

"Haechan, udah ah, lagi sakit kok malah marah marah. Biarin kakak."

Haechan mendecih, lalu kembali memeluk ayahnya dengan erat. Membuat ayahnya hanya bisa mengusap usap punggungnya. Membiarkan Hyunjin yang keluar kamar dengan emosi disusul dentuman yang lumayan keras dari pintu yang tertutup.

5 menit.

20 menit.

1 jam.

Baik Haechan dengan Johnny hanya terdiam di posisinya.

"Chan mau ganti baju deh." Ucap Haechan mulai menduduki diri, membuat sang ayah hanya mengangguk. Namun, Haechan hanya terdiam, ia menatap kaki kanannya yang masih di perban, lalu ia kini melihat baju santai hingga celananya yang kotor karena darahnya.

"Biar ayah yang ambilin."

Puk!

Ucapan lembut di akhiri tepukkan pelan di pucuk kepalanya itu membuat Haechan tersenyum senang sembari menatap ayahnya dengan bahagia. "Makasih ayah." Ucapnya masih dengan menatap ayahnya yang kini sedang membongkar koper mereka.

"Mau pake baju apa??" Tanya ayahnya membuat Haechan berpikir.

"Terserah aja deh."

Johnny hanya terkekeh menanggapi ucapan anaknya, disusul teguran 'hey' dari Haechan membuatnya semakin tertawa.

"Cepet Yahh, jijik sama darahnya."

"Iya, ini ayah udah ambil bajunya."

Menatap ayahnya yang berjalan mendekatinya dan berdiri disamping ranjangnya. Haechan mendongak dengan tatapan bulatnya, lalu ayahnya tersenyum lembut.

"Angkat tangannya." Suruh Johnny di balas gelengan oleh Haechan.

"Chan bisa pake baju sendiri Yah." Balas Haechan sembari merebut baju yang di bawa ayahnya. Johnny tidak menolak, ia membiarkan anaknya mengambil baju yang ia ambil.

Sementara Haechan kini sudah sibuk mulai melepas outer berupa kemeja tipis pantainya, menyisakan kaos putih polos yang sudah terkena darah. Ia meraih ujung kaosnya sebelum akhirnya membatalkan niatnya dan mendongakkan wajahnya menatap sang ayah.

"Ayah ga mau pergi??" Tanya Haechan membuat ayahnya tersenyum miring.

"Buat apa pergi?? Sama sama cowok kok, kamu kan bukan cewe."

Terdiam, Haechan bahkan bingung bagaimana harus menanggapi ayahnya. Kepalanya seketika mengeluarkan argumen yang sangat rancu jika di simpulkan.

"Dah cepet ganti baju, nanti darahnya susah ilang keburu kering." Ucapan ayahnya sembari berjalan ke arah balkon untuk menarik tirainya menutupi pintu kaca yang menampilkan pemandangan pantai indah di luar.

Selagi ayahnya menutup tirai, Haechan cepat cepat membuka bajunya. Mata beruangnya terus menatap gerak gerik ayahnya yang kini berjalan ke arah pintu.

"Cepet cepet." Bisik Haechan dengan segera memasukkan bajunya ke kepalanya, meraih ujungnya untuk memasukkan satu persatu tangannya.

"Udah udah, ayo cepet." Bisikkan Haechan masih belum berhenti saat kedua tangannya sudah sempurna masuk ke dalam lengan kaosnya, menarik sisa baju untuk menutup perutnya dan menatap ke arah ayahnya dengan panik.

"Kenapa buru buru hm??"

Pertanyaan ayahnya membuat Haechan semakin bingung harus menjawab apa, belum senyuman ayahnya yang lembut itu. Mata beruangnya menatap ayahnya yang kini menduduki diri di samping ranjangnya, tangannya terulur untuk memijat paha kanannya yang tidak di perban.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang