9*. SMA

2.7K 133 18
                                    

"Sayang."

"Yaa??"

Jeno terkekeh melihat imutnya sang kekasih. Kenapa sih lucu sekali??

"Hari jumat nanti, mau jalan jalan gak??" Tawar Jeno sembari membenarkan letak rambut Haechan di dahinya. Sangat cantik, lucu, dan indah di lihat dengan dekat wajah Haechan. Jeno kagum sekali.

"Jalan jalan?? Boleh! Jangan malem malem yah, kemaren aku di marahin tau sama ayah."

"Loh, kenapa?? Kita ketauan??"

Haechan menggeleng, lalu melempar tatapannya ke lapangan di bawah sana. Angin di atas rooftop sekolahnya membuat letak rambut yang sudah Jeno rapikan kembali rusak.

"Kamu gak di pukul kan??"

"Engga!!"

Jeno sedikit tersentak karena bentakkan Haechan. Kekasih lucunya itu lalu menundukkan wajahnya dan meraih tangannya untuk di mainkan.

"Nanti kalo nganterin aku pulang, barengan sama bis ya datengnya. Biar ayah ga marah lagi."

Terdiam, Jeno sebenarnya sangat sangat heran dengan orang tua kekasihnya ini. Ah, mungkin tipe strict parent.

"Iya, kamu di marahin ayah kayak gimana?? Gak mukul kan??" Tanya Jeno sembari mengelus kepala Haechan lembut.

Haechan menggeleng, tatapannya sibuk meneliti jari jari Jeno yang ada sedikit luka lebam akibat latihan bela diri itu.

"Dimarahin kayak gimana?? Kamu kayak ketakutan banget."

"Gak di marahin, ayah cuma sayang sama aku tapi caranya beda."

Jeno mengangguk paham, "Iya, ayah kamu itu sayang, gak mau kamu kenapa kenapa. Aku minta maaf ya, nanti aku anterin kamu bareng sama bis."

Cup!

Jeno mengecup pipinya, membuat Haechan tersipu malu. "Jangan gitu ih, nanti kalo ada Baejin liat nanti di cie ciein lagii."

"Udah biarin Baejin, dia anak gabut."

Haechan tertawa disitu. Angin berhembus kencang membuat Jeno meraih pinggangnya, tentu Haechan hanya bisa menundukkan wajahnya malu.

"Haechan."

"Ya??"

Jeno terdiam setelah memanggilnya, dengan penasaran Haechan mendongakkan wajahnya menatap kekasihnya. Jeno yang sedang menatap jauh ke arah langit membuat Haechan menaruh pipinya di dada Jeno, menyandarkan setengah tubuhnya pada Jeno meminta atensi.

"Hubungan kita, gimana??"

"Gimana, gimana??"

Hahhh

Jeno menghela napas, lalu meraih kedua bahu Haechan untuk saling berhadapan. Mata kelamnya menenggelamkan diri di mata beruang kekasihnya.

"Kita udah kelas 12 semester 2 dan bulan depan kita daftar kuliah, kamu mau lanjut kemana??" Tanya Jeno sembari meraih pipi Haechan untuk di usap.

"Aku, mau disini aja, teknik biologi." Jawab Haechan dengan semangat membuat Jeno terkekeh.

"Itu bagus, kamu pasti ketrima."

"Amin!!! Jeno mau disini juga kan?? Jurusan ilmu komunikasi jadi??"

"Hehe maaf ya, aku gak bisa lanjut di sini."

"Loh?? Kenapa?? Mau ngerantau?? Di kota mana??"

"Kota Osaka, Jepang."

Haechan langsung mengatupkan bibirnya, sementara sorot kedua matanya kosong.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang