11*. Fight

2.2K 141 20
                                    

"Ayah bawa mereka kesini."

Haechan tahu ayahnya kini sedang di belakangnya. Haechan sama sekali tidak mau berhadapan dengan ayahnya saat ini.

Pernikahan 2 hari lalu, sudah terlaksana. Dan hari ini, 2 manusia itu pindah ke rumahnya.

"Mereka keluarga kita sekarang."

"Kita?? Ayah bilang mereka keluarga kita?? Keluarga kita, atau keluarga ayah??"

Johnny menghela napas disitu, ia menyibak rambutnya sembari berjalan mendekati Haechan. Dan anaknya itu masih bergeming memunggunginya menghadap jendela, menatap pemandangan perkotaan yang ya, penuh.

"Kita, ayah, kamu, Hyunjin dan Yeji. Kita sekarang keluarga."

"Ayah, aku, Kak Hendery dan bunda. Itu yang aku kenal keluarga."

Haahhhh.

"Haechan kamu gak bisa egois kayak gini. Ay-"

"Egois??? Aku egois?! Ayah rabun?? Ayah perlu cermin?? Hah!!"

Johnny langsung memejamkan kedua matanya begitu anak nya menghadapnya dan langsung membentaknya. Anaknya itu sedikit berjinjit agar bisa sejajar dengan ayahnya, walau akhirnya ia harus mendongakkan wajahnya agar manatapnya.

Lucu, tapi menyeramkan.

"Perlu aku jabarin se egois apa ayah selama ini?! Perlu hah!!"

"Ssstttt mereka bisa denger kita berantem, jangan buat suasananya gak enak dulu."

"Bodo amat! Kalo perlu mereka harus denger semuanya!! Biar tau kalo mereka itu cuma beban buat kita!!"

"SEO HAECHAN!!"

"APA!"

Tidak peduli lagi dengan ayahnya yang memanggilnya dengan nama panjangnya, Haechan menjawab walau itu adalah sebuah ketidak sopanan yang paling fatal di adat keluarganya.

Ia sangat membenci ayahnya!!

"Kamu bener bener udah di luar kendali."

"Ayah udah gak punya hati, baji-"

Plak!!

Arah pandang Haechan ke samping tanpa di duga, disusul rasa kebas di pipinya yang perlahan menjalar menjadi rasa perih. Rasa besi mulai terasa di indra perasanya.

"Kamu, bener bener udah di luar batas, Seo Haechan."

Tunjuk ayahnya mengacung di hadapannya, membuat Haechan mulai menegakkan arah pandangnya untuk kembali berhadapan dengan ayahnya.

Tatapan tajam juga marah itu Haechan lemparkan pada sang ayah. Tidak ada tatapab bulat indah lucu dengan sinar manja sekarang.

"Aku, Lee Haechan. Anak bunda Ten."

Plak!

Plak!!

Plak!!!

3 kali tamparan kuat di pipi kirinya membuat Haechan menatap ayahnya dengan nanar.

"Kalo gitu pergi sana!! Cari bunda bunda kamu itu!!! Kalo udah ketemu bilang, bayar uang kesini buat gedein kamu sampe sekarang!! Kamu pikir bisa hidup sampe sekarang pake uang siapa?? Bunda kamu itu??? Kepala tuh di pake buat mikir sama etika!!"

"Perhitungan!!! Ayah gak ikhlas gedein anak nya sendiri, gimana mau gedein orang lain yang kata ayah keluarga itu!!!"

"Berisik!! Kamu tau apa!! Pecun kayak kamu harusnya diem aja!!!"

Plak!!

Haechan langsung terduduk di atas lantai dengan wajah yang hampir saja menabrak ke lantai. Di atas lantai putih bersih itu, perlahan terlihat tetesan air mata juga darah.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang