27. *Who??

1K 54 8
                                    

"Jeno."

Jeno yang di panggil oleh Haechan hanya menoleh ke sampingnya, menatap wajah manis juga lugu itu yang selalu menjadi candunya.

"Hm??" Jawabnya karena Haechan hanya menatapnya seperti anak kucing yang hilang.

"Jeno, sayang sama aku kan??"

Pertanyaan yang sudah jelas akan jawabannya itu membuat Jeno terkekeh. "Sayang, aku sayaaangg banget." Ucap Jeno sembari mencolek hidung Haechan karena gemas dan Haechan pun tidak mengelak, hanya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ayah katanya bakal lembur soalnya di resto lagi ada inspeksi." Haechan mendongak menatap Jeno yang kini semakin merengkuhnya, posisi mereka yang sedang bersandar di kepala ranjang sembari menonton film di leptop milik Jeno.

"Hm, yaudah disini aja." Bisik Jeno sembari mulai mengendus ceruk kekasihnya, wangi bayi yang khas dari Haechan itu semakin membuat Jeno ingin terus mengendusnya.

"Baru jam 11, aku mau nanya boleh??" Haechan membiarkan Jeno yang kini semakin mendusal, pun dengan salah satu tangannya yang mulai melingkarkan tangannya di atas perutnya untuk di usap.

"Kalo aku main sama temen-temen, boleh kan??"

"Bolehh sayang, tapi aku harus tau, sama siapa, ngapain, dimana."

Haechan mengangguk paham disitu, tangannya ia angkat untuk menindih tangan Jeno yang mulai menelusupkan tangannya ke dalam baju seragam. "Kalo chatan sama temen boleh kan? Masa ga boleh si?" Haechan meraih pipi Jeno agar menatap meminta atensi dengan salah satu tangannya.

"Boleh sayang."

Cup!

Haechan tersenyum karena bibirnya di kecup, "Kenapa kemaren aku minta kontak Jaemin ga di bolehin?? Kan temen SMP a-aku." Ucapan Haechan sedikit bergetar karena kini Jeno menatapnya tajam dengan air muka yang menyeramkan.

Ada apa dengan Jaemin?? Masalah dengan Jeno Jaemin tidak ada hubungannya dengan dirinya bukan??

"Kecuali orang itu, aku gak suka kamu sama dia."

"Kan cuma temen, toh cuma mau tukeran kontak, aku dulu temennya paling deket pas SMP cuma Jaemin doang tau." Terang Haechan, ia merasa kesal dengan Jeno yang terasa seperti mengekangnya. Seperti ayahnya saja.

"Gak, pokoknya kamu gak boleh ada hubungan sama orang itu." Haechan sedikit berteriak begitu Jeno membawanya dalam pelukkan, memeluknya dengan erat seperti memeluk guling.

"Ish! Jeno mah!! Gak adil! Aku aja ga ada larang larang kamu buat temena-aaww!!"

Haechan langsung berusaha memberontak dalam pelukkan Jeno, ayolah siapa yang tidak rusuh jika bahunya di gigit??

"Ah, ga mau ah! Lepass!!" Terus mendorong tubuh besar Jeno yang menempelinya seperti stiker, belum Jeno yang masih setia menggigit bahunya, sudah seperti anjing saja!

Pergerakkan rusuh dari Haechan itu membuat Jeno tertawa gemas, masih menggigit pelan bahu Haechan, Jeno semakin mengeratkan pelukkannya hingga Haechan berteriak rusuh.

Haechan nya selalu lucu!

"Jeno ah! Sakitt ga mauu!!" Teriakkan Haechan itu akhirnya menghentikkan acara menggigitnya, Jeno menegakkan tubuhnya guna mengukung Haechan di bawahnya.

"Apa lagi sekarangg ih!" Haechan mendorong tubuh Jeno di atasnya, merengek berharap Jeno segera menyingkir namun dengan kedua tangan kekar kekasihnya, mampu membuat Haechan berteriak panik karena kedua tangannya di kunci dikedua sisi kepalanya dengan kuat.

"Jeno mah!! Gak mau ah!!

Cup!

Kecupan di pipinya terasa, Haechan memalingkan wajahnya ke kiri guna menghindar tapi tentu saja kecupan yang lebih brutal hinggap di pipinya.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang