9. Punishment

3.7K 151 22
                                    

"Nghhhhh!"

Haechan masih memalingkan wajahnya ke kiri, dengan kedua tangan di atas kepalanya di tahan ayahnya dan bajunya yang sudah berhasil di lucuti menyisakan dirinya yang telanjang bulat di bawah kukungan ayahnya.

Sementara sang ayah sedang berpuas puasan dengan ceruk juga leher Haechan. Di hisap, jilat atau bahkan di gigit, menghasilkan teriakkan juga lenguhan dari sang anak yang justru menurutnya, Sexy.

Sudah 1 tahun lebih anaknya tidak pulang atau bahkan bertemu saja tidak, membuat ia sangat sangat merindukan anak lucu yang kini sudah berubah menjadi pria yang sangat manis.

"Ayahhhh ummmmhhhh."

Bahkan belah bibir anaknya terasa sangat manis dan sangat lembut. Keterlaluan sekali jika ada yang menikmati tubuh anaknya ini selain dirinya.

Belum lidahnya yang hangat juga basah, bergerak kesana kemari menghindari lidahnya membuat ia semakin gemas.

"Mmhhhhh!!" Haechan memekik tertahan begitu lidahnya berhasil di tarik ke dalam mulut ayahnya. Di gigit perlahan atau terkadang di gigit kuat membuat Haechan berusaha memalingkan wajahnya.

Bahkan ia harus meneguk air liur yang entah milik siapa karena posisinya yang berada di bawah kukungan ayahnya.

Cup!

Ciumannya terlepas sesudah sekitar 3 menitan berciuman.

Mereka saling bertatapan dengan napas yang sama-sama terengah, membuat Haechan langsung memalingkan wajahnya kembali, menolak tatapan dari ayahnya.

"Kamu pasti kayak lonte sama pacar kamu."

Deg!!

Seketika jantung Haechan terdiam sebentar dan berganti dengan degupan yang kuat juga cepat.

Kenapa, ayahnya jahat sekali?? Apa ia semurahan itu??

Oh, hmm. Haechan bahkan sekarang jadi bingung.

"Chan sayang sama pacar Chan." Bisik Haechan dengan suara menahan tangisnya, masih memalingkan wajahnya sama sekali tidak ingin beratatapan dengan ayahnya.

"Terus?? Harus jadi lonte dia gitu?"

"Trus Chan juga harus jadi lonte ayah gitu?!"

Bentakkan Haechan yang disusul tangisan itu membuat suasana sepi. Baik Haechan juga ayahnya saling bertatapan dengan air mata Haechan yang turun deras dan segukan muncul.

"Hiks, ayah udah ada Mama Yeji, harusnya ayah kayak gini sama Mama Yeji, bukan sama Chan hiks! Udah hiks, Chan gak mau lagi hiks."

"Yeji sama kamu beda."

Haechan memejamkan kedua matanya begitu merasakan belah bibir sang ayah di pipinya. Sebuah kecupan lalu di lanjut lumatan basah, seolah dirinya adalah permen.

"A-ayahh, berhentii..."

Ucapan Haechan tentu tidak berpengaruh apa apa, justru kini ayahnya semakin berani. Ah, apa ucapannya justru membuat ayahnya marah? Atau tertantang??

Semua salah! Apapun yang di lakukannya salah!

"Aahhh!!! Ayahh!!! Ga mau!! Aaaaahhhhhhhh!"

Remasan di bawahnya membuat Haechan membusungkan dadanya, tangannya memberontak untuk lepas. Sementara cengkraman di tangan ayahnya semakin menguat.

"Diem!"

Bentakkan ayahnya itu sangat mengerikan, Haechan menahan napasnya seketika kedua matanya semakin tertutup erat ketakutan.

Jleb!!

"AAAHHHHHH AYAHHH!!!"

Haechan berteriak histeris, selain rasa sakit di bawahnya, kini hatinya terasa lebih sakit. Tangisan kerasnya sama sekali tidak menghentikan gerakkan brutal di atasnya, menusuknya kuat hingga tubuhnya terhentak.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang