19. Back Home

1.6K 112 9
                                    

"Pah, Kakak mau pulang aja."

Haechan mendengar itu, sepenuhnya ia belum tertidur.

"Loh?? Kenapa si??"

"Kakak mau pulang, toh adek juga sakit pah."

Ya, Haechan setuju di rumah saja, jika ia berlama lama disini dengan keadaan kaki seperti ini yang ada ia akan terus di gempur ayahnya.

"Yodah, besok pagi aj-"

"Malem ini. Kakak mau malem ini. Kalo papah capek, biar kakak yang nyetir."

Ayahnya menghela napas, tapi sepertinya mengangguk setuju.

"Kamu siap siap ya, papa bangunin adek."

"Oke. Cepet bantuin kakak ya pah, tangan kakak agak sakit gegara main kayak tadi siang."

"Ya."

Lalu sepi, Haechan jadi takut sendiri. Apa Hyunjin mendengar permainan mereka?? Suara kakak tirinya itu, kenapa sangat dingin juga terkesan galak??

"Keknya ga kedap suara."

Bisikkan ayahnya disusul hela napas itu membuat Haechan berdebar debar ketakutan.

Ia harus apa??

Bagaimana??

Malu.

Takut.

Dan perasaan lainnya timbul hingga sangat sangat rancu apa yang Haechan rasakan sekarang.

Puk

Puk

Pantatnya di tepuk sangat pelan dan lembut dari luar selimut. "Dek, ayo pulang sekarang." Ucap Johnny dengan sangat sangat lembut.

Puk

Puk

Puk!

Haechab akhirnya pura pura terbangun, dengan suara yang di rendahkan seolah baru bangun tidur.

"Kok malem ini Yah??" Tanya Haechan sok kebingungan. Matanya mengerjab beberapa kali membiasakan sinar dari lampu membuat ayahnya tersenyum gemas.

"Iya, kakak katanya pengen pulang, kamu juga sakit jadi ya... kita pulang aja." Terang ayahnya. Haechan hanya mengangguk lalu, ia berusaha untuk menduduki diri, tentu tubuh nya sakit semua dan terasa kaku.

Johnny yang melihat itu langsung dengan sigap meraih pinggang juga punggung anaknya, menariknya perlahan hingga akhirnya Haechan terduduk dengan wajah mengernyit kesakitan.

"Sakit banget, hm??? Ayah terlalu kasar tadi???" Tanya Johnny dengan sangat khawatir.

Haechan hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan ayahnya, tangan kanan mungilnya mulai menjalar ke pingganggnya sendiri untuk menahan bobot tubuh juga mengurangi rasa sakitnya.

"Ayah minta maaf ya, sini ayah gendong."

Membiarkan ayahnya menyibak selimutnya, dan terpampanglah kaki yang di perbannya sudah kembali mengeluarkan darah. Haechan tercekat melihat banyaknya darah di kain perbannya, sementara Johnny langsung menutupnya lagi dengan selimut.

"A-ayahh." Panggil Haechan dengan mata berkaca nya, pantas saja sakit sekali bagian kakinya.

"Gak, gak papa, sekarang cari klinik dulu ya, ganti perban."

Johnny terlihat sangat panik, tangannya terulur pada pipi Haechan untuk di tepuk lembut seolah memberi ketenangan. "Ayah cari kakak dulu sebentar."

Haechan mengangguk dan membiarkan ayahnya pergi, menyisakan dirinya yang sendirian dengan selimut yang masih menutupi kakinya. Haechan mengusap wajahnya frustasi, sangat jelas Haechan paling takut dengan darah yang sangat banyak, dan kini hampir di seluruh sisi perbannya berwarna merah darah. Sudah pasti ini karena itu.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang