18.*Kabur

1.9K 102 8
                                    

Tangan mungilnya terus memasukan baju rumah miliknya kedalam tas sekolah. Sementara napasnya memburu menahan tangis.

Haechan tahu, ayahnya kini masih berada di ambang pintu kamar mereka, menatap nya nyalang penuh amarah.

"Chan mau cari bunda!!! Hiks ayah jahat!!!"

Ucapnya dengan lantang walau air matanya justru mengalir deras di pipi tirusnya. Mengabaikan baju seragam SMP nya basah terkena air matanya.

"Cari sana!!!! Gak usah balik lagi kesini!!" Bentak Johnny membuat Haechan menghentakkan kedua kakinya dan berjalan dengan angkuh ke arah pintu untuk keluar dari kamar.

Johnny tidak menahan anak remaja itu, ia menyingkir dan memperhatikan anak itu yang kini berjalan ke arah pintu utama.

"Gak usah balik lagi, cari bunda kamu sampe ketemu!! Gak usah balik lagi Seo Haechan!!"

"Bacot!! Chan juga ga mau balik lagi!!! Anjing!!"

BLAM!!

Terkekeh, Johnny mengusak hidungnya. Bagaimana anak remaja itu mengumpat justru membuatnya geli. Lalu matanya kini menatap dapur yang berantakkan, ini semua karenanya. Ya, Johnny mengakui jika pertengkaran antara ia dengan anaknya selalu di buat karena nya.

"Hahhh, lanjutin aja deh, paling Haechan nanti balik sendiri." Gunamnya dan mulai membereskan dapur sembari melanjutkan acara memasak dari anaknya itu.

Sementara Haechan terus berlari ke arah rumah Jaemin. Haechan tahu ia memiliki banyak teman, banyak sekali malah, tapi entah lah, disaat seperti ini Haechan hanya perlu Jaemin. Anak gendut yang pintar dalam bermain musik itu.

Walau rumah Jaemin jauh, sangatt jauh, tapi Haechan tidak memilih menaiki bus. Kenapa?? Karena uang sisa jajannya tertinggal di meja makan.

Sial!

"Ayah jahat hiks Chan juga capek hiks hiks." Bisiknya sembari terus berlari. Terik matahari di siang hari ini sama sekali tidak Haechan pedulikan. Tujuannya hanya satu, rumah Jaemin.

Tidak jarang karena berlari sembaru menangis membuat orang yang berpapasan dengannya bertanya prnuh simpati, tapi Haechan tidak peduli, ia justru malu. Tapi ia tidak bisa berhenti untuk tidak menangis.

Semua karena ayahnya!!!!

Tadi, ia pulang cepat karena para guru sedang ada acara undangan dari dinas pendidikan sehingga murid muridnya di pulangkan awal. Jaemin sempat mengajaknya untuk ikut ke rumah besarnya itu, tapi Haechan menolak karena ingin memasak lalu berambisi menghabiskan level game yang sedang trend di kalangan teman temannya.

Jaemin hanya menuruti kemauan Haechan, dan mereka pun berpisah di gerbang sekolah. Haechan sempat sangat senang saat mobil ayahnya melewati jalan di depan sekolahnya, dan yap!! Haechan pulang bersama ayahnya karena ternyata ayahnya sedang ingin pulang.

Begitu tiba di rumah, Haechan langsung bersiap memasak, dengan kepala mungilnya yang berpikir membuat strategi untuk menyelesaikan misi gamenya nanti.

"Ganti baju dulu Chan."

Suara berat ayahnya terdengar, tapi Haechan hanya mengangguk sembari fokus memotong daging ayamnya. Rencananya adalah memasak ayam tepung dengan saus lada hitam, yaaa ala ala steak begitu lah.

"Ga denger ayah??"

Mendecih, Haechan pun dengan emosi menggeprek daging ayam dengan pisaunya. "Nanti Yah!! Sekalian kotor!!" Jawabnya emosi.

"Yaudah kalem aja sih jawabnya, sensi banget kek cewe pms."

Haechan membalikkan tubuhnya dan menatap ayahnya nyalang, "Chan cowok!!!!"

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang