15*. Jaemin

1.8K 117 19
                                    

"Jaemin." Panggil Haechan.

Jaemin, anak SMP yang lumayan bulat itu menoleh pada Haechan. Tatapan bulatnya seperti kelinci seolah bertanya.

"Aku bawa bekel sekarang, kamu mau??" Tawar Haechan sembari menyondorkan kotak bekalnya.

Masih terhalang beberapa meja dari tempat duduk mereka, membuat Jaemin menatap Haechan sebentar dan menggeleng. Lalu, Jaemin kembali merebahkan kepalanya di atas meja menghadap dinding.

"Chan!!! Lu gak ikut jajan??? Ikut main basket gak?? Anak 9F ngajak tanding nih!! Lu kan jago!!"

Teriakan ajakkan yang memekang telinga itu membuat Haechan menghela napas. "Males ah!!! Gua lagi ga mood, duluan aja, ntar gua ikut finalnya." Jawab Haechan.

"Oke, gua duluan."

"Yaa."

Kini, Haechan mulai meraih sumpitnya, gulungan telur dadar dengan wortel kukus hasil buatannya membuatnya miris. Tapi ini enak!!

"Padahal kamu ikutan aja Chan."

Suara Jaemin menarik perhatian Haechan, menatap Jaemin yang masih setia di posisinya membuatnya terkekeh.

"Kamu ngusir aku??" Tanya Haechan.

"Engga, agak aneh aja ada orang di kelas pas istirahat."

Haechan tertawa sebentar, lalu dengan segera meraih kotak bekalnya untuk ia bawa. Ya, Haechan memilih pindah duduk untuk duduk di sebelah Jaemin.

Jaemin yang merasa adanya sesosok di sampingnya mau tidak mau menaikkan kepalanya untuk menatap siapa yang duduk di sebelahnya. Ya, karena biasanya Jaemin duduk sendirian.

"A!"

Menurut, Jaemin membuka mulutnya menerima suapan telur dadar dengan wortel kukus dari Haechan. Pipi tembemnya menggembung membuat Haechan terkekeh gemas.

"Enak gak??" Tanya Haechan dengan semangat.

"Manis semua." Jawab Jaemin merasa agak aneh dengan telur dadar yang manis.

"Ahahahahaha!! Bener!! Ini gegara ayah aku salah masukin, harusnya garem tapi ayah masukinnya gula. Tapi enak kan??" Tanya Haechan dengan semangat.

Jaemin yang merasa seperti di paksa itu hanya bisa mengangguk. Sedikit meringis melihat Haechan yang memakan telur dadar manis itu dengan semangat.

"Chan, kamu kalo gak suka ga usah di paksa makan coba."

Ucapan Jaemin membuat Haechan tertawa di sela kunyahannya. "Gakpapa, emang enak kok. Lagian kalo ga di makan, sayang telurnya, nanti hari ini aku ga makan protein dong." Jawab Haechan membuat Jaemin terkekeh.

"Kamu teliti banget sama gizi." Komen Jaemin sembari membuka mulutnya lagi, ya menerima sodoran suapan Haechan.

"Harus, biar sehat!! Aku juga mau tinggi sampe 185 ngalahin ayah aku." Ucapan Haechan yang selalu semangat itu membuat Jaemin hanya terkekeh.

"Emang ayah kamu tingginya berapa?"

"Katanya 185."

"Wah, ayah kamu tinggi banget, kamu harus 190 Chan."

"Nah itu target utama!! Ayo makan yang banyakk!! Aaaa!!"

"Engga deh, kan kamu katanya mau tinggi, buat kamu aja."

"Hmm, yaudah, aku makan sendiri gapapa??"

"Iyaa."

Jaemin pun hanya menatap Haechan yang memakan bekalnya dengan semangat. Walau Jaemin masih bisa merasakan rasa telur manis itu di dalam mulutnya, rasanya benar benar.... astaga. Rasanya gurih, enak, hanya saja itu manis sekali. Bahkan hasil gulungan dadarnya ada yang gosong kerena efek gula nya.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang