6*. Married

3.1K 170 20
                                    

"Ayah habis dari mana??"

Johnny yang di lempari pertanyaan Haechan hanya bisa menaikkan alisnya.

"Dari restoran." Jawabnya.

Haechan mengerutkan dahinya merasa berbeda akhir akhir ini ayahnya. Selalu pulang larut, selalu tersenyum, selalu bermain ponsel, sama sekali tidak menghiraukan Haechan bahkan sama sekali tidak menyentuhnya.

Dan itu aneh.

"Ayah bohong ya?" Haechan menghampiri ayahnya, alisnya masih terus berkerut seolah menelisik jauh ke dalam pikiran ayahnya.

"Loh, ayah beneran dari restoran." Jawab Johnny acuh, lalu ia pergi meninggalkan Haechan.

Haechan terdiam, ia di abaikan ayahnya. Sakit ya? Lepas dari itu, lebih baik ia melanjutkan tugas ospeknya saja.

"Halo?? Iya aku udah sampe rumah kok."

Kembali, Haechan mengerutkan dahinya. Ayah nya, sedang menelpon siapa?? Bunda??? Bunda sudah ada???

"Huum, besok ya, kita jalan jalan, mungkin bisa sekalian aku kenalin ke anak aku."

Apa?? Kenalin?? Bunda kan, sudah kenal dengan Haechan?? Apa ayah sedang menelpon dengan orang lain?? Selain bundanya??

"Ahahaha boleh, mungkin bakal akrab ya, kan sepantar juga anak kita."

Hah??

Jantung Haechan berdetak tidak karuan. Apa ayah nya sedang berpacaran?? Lalu bunda??

"Aku mandi dulu ya sayang, nanti aku hubungin lagi."

Lalu sepi. Haechan masih membeku, percakapan sang ayah itu membuat Haechan sesak ingin menangis.

Tringg!! Tringg!!

Haechan meraih ponselnya yang berada di kantong celana rumahannya, menatap kontak siapa yang menelponnya.

"Ya, Renjun??"

Renjun, anak yang dekat dengannya karena NIM mereka berdekatan. Pasti Haechan akan kembali sibuk dengan tugas ospeknya. Untung saja kelompok, dan tugas nya sudah selesai.

"Gua udah kirim di grup, kalo pada ga lanjutin bilang aja sama kambing, laporin aja. Kita ga salah kok." Ya, masalah tugas kelompok adalah ketika ada anggota atau beberapa anggota yang tidak.mau bekerja. Setan sekali manusia yang seperti itu.

"Okay, udah tidur aja, besok ada 2 kelas, mayan bisa buat ngerjain tugas, belom gua harus berangkat pagi."

"....."

"Iyaa, ntar gua bilang ke ayah biar ngekost, jujur capek juga sih gua, au deh gimana ayah ntar ye."

"...."

"Yoo."

Sambungannya terputus. Haechan memilih masuk ke kamar ayahnya dimana itu juga kamarnya. Walau apartemen ini memiliki 2 kamar, tapi sudah sejak Haechan SD mereka satu kamar.

Haechan menunggu ayahnya mandi di kasur. Bermain game atau bahkan membalas chat dari Renjun. Haechan rasa, ia perlu berbicara dengan ayahnya, karena sumpah demi apapun, Haechan benar benar merasa di abaikan juga aneh atas sikap ayahnya akhir akhir ini.

"Ayah." Panggil Haechan begitu ayahnya keluar dari kamar mandi. Dengan rambut basah juga handuk yang melilit di pinggangnya, menampilkan tubuh atletis si ayah.

Johnny hanya menatap Haechan bertanya, lalu kembali berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian. Haechan merengut lalu menghela napas, ia pun ikut membuntuti ayahnya hingga berdiri di belakang ayahnya yang sedang berkaca memainkan rambutnya.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang