27. Renjun

1.1K 78 5
                                    

"Kenapa Chan?? Polisinya kenapa??"

Suara Renjun di depan kamarnya tidak di indahkan oleh Haechan. Haechan merasa semua orang di sekitarnya menakutkan, termasuk Renjun.

Bagaimana jika Renjun juga jahat seperti polisi-polisi itu?? Atau seperti Hyunjin saat ia terpergok sedang melakukan itu dengan ayahnya?? Apa Renjun akan menjauhinya dan mencacinya juga??

"Chan, biarin gua masuk ya??" Suara Renjun kembali terdengar.

Haechan memang sengaja tidak mengunci pintu karena sejujurnya, Haechan membutuhnya orang lain, ia butuh pertolongan. Tapi ia tidak mau orang lain tahu hal ini.

Krieeett....

Renjun menengok perlahan ke dalam kamar Haechan, menatap berantakkannya kamar teman sejurusannya itu. Fokusnya hanya satu, dimana Haechan??

"Haechan?? Lu dimane??" Renjun sama sekali tidak melihat keberadaan Haechan, padahal ia sangat yakin tadi sehabis dari kantor polisi, Haechan berlari entah kemana dan kata ibu kost Haechan sudah pulang. Toh sepatunya saja ada di depan kamar.

"Makan dulu yuk?? Sambil cerita sini tadi kenapa?? Gua traktir fore deh." Lagi, Renjun bersuara mata rubahnya meneliti sudut ruangan kanar Haechan  tapi pemiliknya sama sekali tidak terlihat.

Haechan ini kemana sih??

"Atau lu mau seblak?? Gimana Chan?? Lu gak sendirian kok, ada gua." Kini Renjun memilih untuk ke kamar mandi, siapa tahu Haechan bersembunyi di kamar mandi.

Di bukanya pintu kamar mandi dan-

Kosong.

Dimana Haechan??

"Chan?? Ayo yuk, cari bunda, kali ini gua ikut nemenin, setidaknya lu makan dulu ya sekarang??" Renjun masih berusaha membujuk Haechan yang entah ada dimana.

"Astogeng, gua pesen makan beneran ya, kita makan bareng-bareng, oke??" Renjun beralih ke ponselnya, memesan beberapa makanan dan minuman rasa coklat. Siapa tahu itu membuat Haechan tenang.

"Dah gua pesen nih, yuk keluar Chan. Kata bu kost lu dah balik?? Kunci kamar lu juga masih di depan pintu kamar." Ucap Renjun tidak menyerah, ia kini berjongkok di bawah ranjang Haechan, siapa tahu Haechan bersembunyi di bawah ranjang namun, hanya ada kekosongan di bawah sana.

"Gini deh Chan, gua ga tau lu lagi ada masalah apa. Setau gua, Mas Mark gak ada, lu mulai berubah." Renjun memilih duduk di ranjang Haechan, menarik napasnya kasar merasa sedikit takut untuk memancing Haechan bercerita. Salah-salah, ia yang menjadi pemicu depresi temannya.

"Chan, faktor Mas Mark bunuh diri gak dari lu doang pasti, jadi ini bukan salah lu, mungkin Mas Mark juga stuck karena skripsinya, ya kan?? So, lu gak salah Chan, jangan nyalahin diri atas bunuh dirinya Mas Mark. Toh, Mas Mark positif vibe sama bijaksana gitu, pasti gak mungkin dia bunuh diri kalo ga ada masalah lain, Chan."

"Buat bunda lu, bunda lu pasti ada Chan, mungkin dia juga lagi nyari dimana lu sekarang. Atau, lu lagi ada masalah sama kakak lu?? Atau mama lu?? Lu bisa cerita Chan, jangan di pendem sendiri Chan, ada gua. Gua tau mungkin gua ga bisa ngasih solusi yang bagus tapi setidaknya gua bisa jadi pendengar lu, walau gua mungkin ga bisa jadi pendengar yang lu mau, tapi setidaknya ngeringanin rasa beban lu, Chan."

"Tadi kenapa lu lari dari kantor polisi?? Polisinya jahat?? Mereka ngapain lu?? Cerita Chan, gua ga tau kalo lu ga cerita."

Renjun terdiam, berusaha mendengar kesunyian berharap mendengar isak tangis atau apalah itu yang membuatnya tahu dimana Haechan.

Atau Haechan tidak ada di kamarnya??

"Chan, kita ini makhluk sosial yang butuh manusia lain, lu ga bisa mendem semuanya sendiri, lu kesakitan nanti." Kini Renjun bangkit dari duduknya, menghampiri satu satunya benda yang belum ia periksa.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang