22*. JENO JAEMIN

1.7K 102 14
                                    

Haechan terduduk dengan wajah sebamnya, sementara orang lain di sekitarnya bersorak seru melihat pertarungan hebat antar 2 pemain karate di bawah.

"Yame!"

"Final kumite kategori siswa SMA 60 Kg tingkat nasional, di menangkan oleh Lee Jeno dari perguruan Karateka Hoshi dengan hasil nilai score 30-13."

Seluruh anggota di stadion bersorak merayakan kemenangan. Sangat heboh begitu juga dengan anggota karate di bawah yang saling memeluk Jeno di bawah.

Haechan hanya terdiam menangis. Bukannya tidak senang Jeno menang, tapi Haechan takut Jeno semakin jauh karena kemanangan lombanya. Kemarin katanya ia sudah kursus Bahasa Jepang karena mendapatkan beasiswa, lalu sekarang, dengan Jeno yang menjadi juara di tingkat nasional, Jeno akan kemana lagi?? Apa mungkin akan semakin di percepat keberangkatannya?? Atau bagaimana??

"Ke-kenapa Jeno mau sama Haechan yang gak ada apa apanya?? Hiks!" Bisikkan kecil di tengah sorak gembira membuat Haechan semakin ingin pergi dari area pertandingan. Semua ini menyakitkan!

.
.
.
.
.

"Sebentar ayah, Chan masih mau disini."

"Kamu nangis?? Suara kamu kenapa begitu??"

"Engga Chan gak nangis, Chan cuma capek tadi jadi suporter."

"Jangan kecapekan, nanti sebelum pulang makan dulu ya??"

"Um, Nanti Chan makan."

"Makannya jangan aneh aneh, makan nasi, nanti kamu sakit."

"Iya ayah, Chan dah SMA ih!"

"Nanti ayah jemput di depan sekolah ya, kalo dah sampe kasih tau ayah."

"Iyaaaa."

"Yaudah, ati ati, ayah masih mau lanjut."

"Dadah ayahh."

Haechan memutuskan sambungan telponnya dengan sang ayah, lalu kini ia berbalik untuk melihat Jeno yang masih asik berbincang dengan pelatihnya.

"Hai sensei, arigatou gozaimasu."

"Oh, ini siapa?? Temen kamu??"

Jeno dengan spontan menatap Haechan yang ternyata sudah ada di sebelahnya.

Haechan hanya berharap Jeno bilang 'tidak kenal' atau bahkan ia takut jika Jeno tidak mengakui nya. Satu sisi Haechan malu, satu sisi Haechan takut, kalian pasti tahu rasanya seperti apa.

"Lebih dari temen, sensei." Ucap Jeno sembari meraih pingganganya dan merangkulnya erat.

"Ohh?? Bukan sahabat, kan??"

Jeno terkekeh, lalu samar Haechan merasakan Jeno mengangguk, karena Haechan hanya menunduk malu.

"Wahh, pantes dari tadi ada yang ngeliatinnya serius banget, khawatir yaa."

Pelatih itu mencolek lengan Haechan agar tidak terus menunduk, tapi Haechan hanya semakin mendekatkan diri pada Jeno untuk menghindar tangan sang pelatih itu.

"Ahahaha, kenalan dulu, beliau pelatih aku, Hiroki Sensei yang suka aku ceritain." Ucap Jeno dengan lembut membuat Haechan hanya mengangguk kecil.

"Seo Haechan, sensei." Cicit Haechan sembari membungkukkan tubuhnya sedikit.

Pelatih itu terkekeh, "Hiroki desu, yoroshiku onegaishimasu." Balas pelatih itu sembari ikut menganggukkan kepalanya.

Haechan bingung, pelatih itu berbicara Bahasa Jepang, lalu ia harus menjawab apa?? "Yoronyu nyu shimasu." Cicit Haechan kembali membungkukkan tubuhnya. Disitu Jeno tertawa, membuat pelatih itu ikut tertawa.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang