13*. Sweet

2K 111 9
                                    

"Ayah gak sampe malem?? Tumben, Chan masih masak nih."

Ayahnya terkekeh di bahu nya, pelukkan sang ayah yang hangat dan erat dari belakangnya itu membuat Haechan tersenyum sembari memotong sayur sayuran.

"Iya, males ah malem terus, ayah kangen sama anak ayah."

Cup!

Ciuman itu mendarat di pipinya, membuat Haechan terkekeh karena kini, ayahnya mendusalkan wajahnya pada ceruknya. Tentu itu membuat Haechan geli.

"Ayah belum cukuran ihhh, geli tauuu." Haechan sedikit menyikut perut ayahnya agar memberi jarak juga menjauhkan wajah ayahnya dari ceruknya. Kumis juga janggut ayahnya yang sudah mulai tumbuh itu membuatnya semakin geli di ceruknya.

"Loh, emang kenapa sihh?"

"Ahahahahaha, ayahh ihh geliii!!"

Haechan tergelak hingga menaruh pisau nya agak menjauh dari mereka, tubuhnya meronta pelan di pelukkan ayahnya menghindari wajah ayahnya yang kini semakin brutal mengusak dagu juga hidung di ceruknya. Tangannya menahan perut ayahnya agar menjauh dari pelukkan sang ayah.

Johnny, ayahnya semakin semangat menjahili anaknya. Tangannya merambat pada lekuk tubuh anaknya, pinggang ramping itu sangat pas di tangan besarnya.

Tangannya memutar tubuh Haechan, membuat mereka saling berhadapan. Menggelitik pinggang ramping itu hingga anaknya tertawa keras dan mendorong tubuhnya dengan lemas.

"Ayahh ahhahahahahaha, stop! Berhenti ahahahaha!!"

Ayahnya pun akhirnya meng akhiri acara menggelitik anaknya, masih dengan sisa tawanya, ia meraih dagu Haechan dengan lembut. Mengajaknya saling bertatapan. "Cukurin dong." Pinta nya membuat anaknya melebarkan senyuman manisnya.

"Ih, manja! Sana cukur sendiri, Chan mau masak aja." Haechan mendorong pelukkan ayahnya, kembali membalikkan tubuh untuk melanjutkan masak. Mata beruangnya sedikit melirik pada kompor yang agak jauh dari jangkauan mereka, melihat keadaan sup yang ia buat.

Clek!

Kompor itu di matikan ayahnya, membuat Haechan menatap ayahnya ingin protes.

"Ayo, cukurin ayah."

Setelahnya Haechan menjerit rusuh hingga membuat ayah nya tertawa. Di gendong ala karung beras di bahu ayahnya, tentu ini mengerikan dan menyebalkan!

"AYAAHHH TURUNINN!!!"

"Ahahahahaha! Gak!! Pokonya cukurin ayah, ayah kangen sama anak ayah."

Hup!!

Tubuhnya di turunkan dan di dudukkan di samping wastafel membelakangi cermin. Haechan membuang wajahnya ke kiri dalam mode merajuknya.

Johnny jelas tertawa gemas melihat kelakuan anaknya. Memilih menyiapkan keperluan mencukur dimana itu berada di rak belakang cermin, sehingga ia memeluk tubuh anaknya untuk mempermudah mengambil alat cukurnya.

Haechan terdiam, ayahnya yang menaruh dagu di bahunya dan mendempetkan tubuhnya tanpa jarak membuatnya semakin mengerucutkan bibirnya merajuk.

"Ayok ah, jangan cemberut gitu, makin gemes tau."

Ayahnya memberinya pisau cukur, Haechan yang masih cemberut hanya bisa menerima sodoran dari ayahnya dan mulai mendongakkan wajahnya untuk melihat ayahnya.

"Padahal ayah bisa sendiri." Ucap Haechan menaruh pisau cukur di sampingnya dan meraih shaving cream.

"Pengennya di cukurin."

Terkekeh, Haechan mulai meraih pipi ayahnya, menekan alat itu hingga keluar sebuah cream. Haechan meratakan busa cream itu di dagu, kumis hingga rahang ayahnya dengan lembut, membuat ayahnya hanya bisa menatap dirinya dengan tatapan yang... lembut.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang