15. Holiday 2

1.6K 119 10
                                    

3 lelaki itu terdiam. Dengan salah satunya duduk di kasur dengan posisi bersandar di head board.

"Ck, jadi ga liburan kan?" Ucap Hyunjin sembari mulai memijat telapak kaki Haechan yang di perban. Total mendapatkan 5 jahitan di betisnya tadi.

"Ga usah pegang pegang anjing!!!"

Hyunjin terdiam dan menjauhkan tangannya segera, sudah di bilang, Haechan itu mengerikan.

"Lagian gegara lu ye! Jadi ga bisa liburan kan gua ah elah!!!" Haechan berteriak meluapkan emosinya, seketika Hyunjin meringis karena sakit telinga.

"Kak, sini deh, foto yang ini sama yang ini bagusan yang mana??" Suara papa nya lebih menarik minat Hyunjin, dengan semangat ia menghampiri papa nya untuk ikut duduk di sebelah papanya yang terduduk di sofa.

"Wih papa jago foto, yang ini keren. Ini juga keren pah."

"Yang ini ya??"

"Huum! Yang ini kakak keren."

"Wah iya bener, lha ini mukanya."

"Ahahahahaha mukanye kenape tuh ahahaha ngakak!!"

"Ahahaha muka muka azab."

"Astogeng pah aokakaka."

"Coba samaain sama aslinya."

Haechan memajukan bibirnya, karena kini Hyunjin dan ayahnya sedang mengarahkan kamera ke arahnya, seolah sedang menyamai wajahnya dengan kamera.

"Yang asli kayak dugong." Ucap Johnny mampu membuat Hyunjin tertawa keras hingga terpingkal pingkal, sesekali menepuk bahu papanya membuat sang papa ikut tertawa.

Berbeda dengan bahan topik pembicaraan mereka, Haechan sudah melengkungkan bibirnya kebawah. Selain cemburu ayahnya dengan kakak tirinya, ia juga tidak terima di samakan dengan dugong.

"Liat, dugongnya mau nangis tuh."

"AHAHAHAHAHAHA!!"

Baik tawa Hyunjin juga ayahnya benar benar menyebalkan di indra pendengarannya, ingin menghajar mereka tapi ia tidak bisa kemana mana karena kakinya yang terluka.

"Emang dugong bisa nangis ya kak??"

Kini Hyunjin semakin tertawa hingga merosotkan tubuhnya dari sofa, tidak lupa manusia itu menatapnya dan kembali tertawa keras. Benar benar membuat Haechan marah.

"BANGSAT!! SINI LO ANJING!!"

Tidak tahan, dengan nekat Haechan turun dari ranjangnya. Bertumpu sepenuhnya pada kaki kirinya dimana ia terhuyung dan-

Hup!

- saat itu juga Hyunjin sudah menahan tubuh nya agar tidak jatuh. Tatapan bulat penuh rasa syok itu Haechan lempar pada Hyunjin.

"Ati ati!! Bandel sih keras kepala kek monyet!!"

Bruk!!

Belum sempat Haechan membalas ucapan Hyunjin, kakak tirinya sudah mendorong tubuhnya hingga duduk kembali di atas ranjang.

"Duduk!! Tau sakit terima nasib aja goblok!!"

"Hahahahaha."

Jangan tanya siapa yang tertawa, jelas yang tertawa adalah Johnny. Dengan jahilnya, Johnny mengarahkan kameranya pada Hyunjin yang masih beradu tatapan sengit dengan anaknya.

Clik, ckrek!

Spontan baik Hyunjin juga Haechan menatap ke arah Johnny karena suara itu.

Ckrek!!

"Ahahahaha mukanya sama sama melongo!"

"AYAHHHH!!!"

"PAPAH MAH!!"

"AHAHAHAHAHAHAHA!!"

.
.
.
.
.

"Dadah adek kuu, aku liburan dulu yahh, mau main banana boat blee!!"

Haechan mendelik penuh kebencian, Hyunjin dengan senang memakai sunscreen sembari bergunam nyanyian yang membuat Haechan ingin membunuh kakak tirinya itu.

"Liburan di pantai, sama papah, asik asik." Gunam Hyunjin dengan nada tidak jelas. Tubuhnya berjoget random, benar benar menyebalkan di mata Haechan.

"Ayah gua anjing! Ngaku ngaku lo sat!" Bentak Haechan dengan galak, masing masing tangannya menggenggan kuat sprei di dalam selimut penuh emosi.

"Bleee yang penting main sama ayah, emang lu cuma duduk doang disitu?? Anak ayah bukan?? Bukan kan? Yodah diem ae lu."

"Asu lo!! Lu yang bikin aing gini ye sat!!!"

"Nye nye nye nye, ayahh!!! Kakak udah siapp!!!"

"HEH LU MANGGILNYA PAPAH YE!! ENAK AJE MANGGILNYA AYAH!!"

Hyunjin tersenyum senang, "Ayok yah!!" Dengan sengaja Hyunjin kembali mengganggu adiknya membuat Haechan melempar bentalnya ke arah Hyunjin.

"Pergi lo anjing!!!"

"AHAHAHAHAH!!"

Bantal itu berhasil mengenai punggung Hyunjin. Tidak bereaksi apapun, Hyunjin hanya lari keluar kamar villa yang mereka sewa.

Setelah kepergian Hyunjin, Haechan jadi sendirian. Tadi ayahnya bilang keluar sebentar untuk membeli makan siang, sengaja menyuruh Hyunjin untuk menemaninya tapi tadi, ia sudah mengusirnya dan kini sendirian.

Clek!

Pintunya terbuka, menampilkan ayahnya dengan kantong plastik di tangannya. Haechan menatap semangat pada ayahnya, yang tentu di sambut kekehan dari ayahnya.

"Beli apa yah???" Tanya Haechan dengan berbinar.

"Adanya toko kecil, kalo restoran... kayaknya mahal deh hehehe. Jadi ayah beli roti sama susu, gapapa kan??" Ayahnya menduduki diri di sampingnya. Haechan dengan semangat merebut bungkus plasti sembari mengangguk, tanda ia tidak keberatan dengan menu makan siang kali ini.

"Tapikan Chan makan antibiotik tadi yah." Haechan menatap ayahnya, dimana ayahnya kini menatapnya bingung.

"Emang kenapa??" Tanya nya membuat Haechan menghela napas.

"Antibiotik sama susu ga boleh di satuin yah, nanti kinerja antibiotiknya gak maksimal kan jadi sia sia." Terang Haechan mulai meraih sekotak susu itu, ia membuka plastik pelindung di sedotannya, menancapkan sedotan itu pada lubangnya dan memberikannya pada ayahnya. "Ayah aja yang minum."

Johnny, menerimanya dengan senyuman. Lalu tangannya terulur untuk mengusap belakang kepala Haechan dengan sayang.

"Kak Hyunjin dimana yah?" Tanya Haechan yang sudah sibuk dengan acara membuka bungkus roti.

"Lagi ngantri naik paralayang tadi." Jawab Johnny disusul anaknya yang mengangguk paham.

"Ayah gak ikut ngantri???"

"Engga, ayah disini nemenin kamu."

Deg!!!

Sial!! Ini bahaya!

Salam waras,Merinosheep20 Jan 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam waras,
Merinosheep
20 Jan 23

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang