21. Si Pembicara Andal

1.3K 108 14
                                    

BRAK!!!

Baik Haechan dengan pelaku pendobrakan pintu kostannya sama sama terkejut. Mereka saling menatap, hingga akhirnya sang pelaku pendobrak pintu langsung menghampirinya.

"Jangan aneh aneh, lu itu kuat!!" Bisiknya dengan suara bergetar sembari menggenggam pergelangan tangannya yang berdarah. Haechan hanya menatap wajah orang asing itu sembari terus menangis, tubuhnya membeku tidak mampu ia gerakkan hingga membiarkan orang asing itu menahan aliran darahnya.

"Ayo, ikut gua!"

Haechan hanya bisa ikut berdiri dan mengikuti tarikkan tangannya itu, dengan sedikit tertatih karena kakinya yang masih sakit. Entah kenapa, Haechan jadi kembali merasakan rasa sakit kembali di tubuhnya.

Orang itu yang merasa jalan Haechan sangat lambat langsung menatapnya dengan terkejut begitu melihat kaki Haechan yang di perban.

"Eh??" Haechan karena terkejut langsung memeluk leher orang asing itu begitu ia di gendong ala pengantin. Bahkan kini Haechan lupa dengan tangisannya.

"Duduk, lu pegangan ke gua yang kuat!"

Dan entah kenapa, Haechan hanya menuruti ucapan orang asing itu begitu mendudukan dirinya di atas motor. Tangannya yang penuh dengan darah diri sendiri itu menyengkram kuat kaos hitam yang di pakai orang asing itu.

"Sini."

"Ugh!"

Bruk!

Haechan langsung menabrakkan tubuhnya pada punggung tegap di depannya. Tangannya di raih dan di tarik kuat untuk memeluk perut orang itu sehingga Haechan di luar kendalinya hanya bisa menabrakkan tubuhnya ke depan.

Brumm!!

.
.
.
.
.

"Lain kali jangan di ulangi ya, udah di bilangin dokter noh, kalo ada apa apa bisa cerita dulu."

Haechan hanya mengangguk sembari menyedot es teh manisnya. Tadi ia sudah di tangani dokter di UGD, total mendapat pertolongan pertama di pergelangan tangannya. Untungnya tidak banyak darah yang keluar karena ia di bawa ke UGD tepat waktu, sementara untuk kakinya, itu hanya di ganti perban.

"Mie gorengnya 2 mas??"

"Iya pak, makasih banyak ya."  Orang itu menyondorkan sepiring mie goreng ke hadapan Haechan membuat Haechan menatapnya bertanya.

"Dimakan, gua traktir." Ucap orang itu dan langsung melahap mienya.

Haechan hanya terdiam, lalu dengan perlahan mulai meraih sumpitnya dan menarik piringnya agar lebih mendekat pada dirinya. Mengaduknya dengan tatapan kosong juga bingung, karena, ayolah siapa yang tidak bingung dengan orang asing yang tiba tiba mendatanginya, menolongnya dan mentraktirnya makanan?? 

"Enak kok, coba deh, ada udangnya tuh."

Hanya menganggukkan kepalanya perlahan, lalu menyumpit udang yang di tunjuk orang asing itu dengan perlahan, memasukkan udang itu kedalam mulutnya dan mulai mengunyahnya.

"Enakkan??" Tanya orang itu membuat Haechan hanya menganggukan kepalanya.

"Walau warung pinggir jalan gini, tapi rasanya gak kalah sama restoran, gile emang feeling gua sama warung begini pro banget."

Haechan hanya mengangguk menanggapi ocehan orang itu, kembali menyuap mienya mengikuti orang itu yang kembali menyuap mie.

"Btw, nama lu siapa???"

Orang itu menatapnya, membuat Haechan hanya ikut membalas tatapannya dengan mereka yang masing masing mengunyah mienya. "Seo Haechan." Jawab Haechan sedikit tidak jelas karena mengunyah.

They Never Know [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang